Beberapa waktu ke belakang kita disuguhkan berita yang cukup menggemparkan, tidak hanya di Indonesia tetapi di dunia. Dan semua tertuju ke salah satu negara eropa yaitu Perancis. Perancis dianggap menghina tokoh suci agama Islam yaitu nabi Muhammad. Dari situ banyak serangan ditunjukan kepada Perancis terutama kepada presiden Macron.Â
Seperti konflik pada umumnya terdapat dua pihak yang pro dan kontra. Dan yang paling vokal menentang Macron adalah Erdogan presiden dari negara Turki, tak hanya itu mayoritas negara timur tengah yang berpenduduk muslim pun ikut menentang dan berdiri bersama Erdogan. Salah satu hal yang dilakukan oleh pihak yang menentang adalah boikot produk dari Perancis yang tujuannya mempengaruhi ekonomi Perancis.Â
Statement yang dikeluarkan oleh Erdogan pun cukup keras kepada Macron, ia berkata Macron butuh perawatan mental. Nah sebelum dilanjutkan ke pembahasannya, saya akan membedah persoalan awal dari konflik ini.Â
Jadi, persoalan ini dimulai dari karikatur nabi Muhammad yang dibuat oleh salah satu media Perancis, yaitu Charlie Hebdo. Sebenarnya media ini memang media satir,dan latar belakang dari media ini diisi oleh orang orang atheis yang tidak mempunyai empati, saya mendapat informasi ini setelah berdiskusi dengan. orang yang pernah tinggal di negara Francophone (Negara berbahasa Perancis).Â
Nah dari situ saya mendapat informasi bahwa media ini memang sudah biasa membuat komik atau karikatur sartir berbau sex. Dan media ini tidak hanya menyerang salah satu agama yang dianggap publik yaitu agama Islam tetapi memang dari dulu media ini menyerang siapapun tanpa pandang bulu, agama, tokoh politik dan lain lain.Â
Salah satu contohnya saya pernah melihat karikatur tokoh agama Nasrani yaitu Yesus. Di karikatur tersebut Yesus digambarkan dengan hal hal berbau sex, tidak hanya tokoh agama bahkan presiden Perancis pun sering dijadikan karikatur berbau sex salah satunya Macron itu sendiri. Dia pernah digambarkan bersama istrinya didalam kamar tanpa busana dan bagian penis dari Macron diganti Piala Dunia, setelah Timnas sepakbola Perancis menjadi Juara Piala Dunia 2018 di Rusia. Trump dan Erdogan pun pernah dibuat karikatur berbau sex oleh Charlie Hebdo.
Masalah muncul setelah ada murid yang membunuh gurunya setelah di kelas saat pelajaran berlangsung sang guru(non Islam) yang bernama Samuel Patty, ia ingin memberikan pandangan tentang kebebasan dan sang guru memberikan contoh karikatur nabi Muhammad yang di buat oleh Charlie Hebdo, seperti yang kita ketahui dalam agama Islam sendiri bahwa nabi Muhammad tidak boleh digambarkan wujudnya.Â
Nah si murid ini adalah murid beragama Islam dan tak terima gurunya menampilkan karikatur nabi Muhammad dikelasnya. Dan beberapa waktu berlalu sang guru dibunuh oleh muridnya. Disini muncul masalah, pemerintah Perancis memihak kepada Samuel Patty yang notabene nya orang yang menampilkan karikatur nabi Muhammad. Disitu muncul konflik dan pertentangan dari umat muslim seluruh dunia,terutama erdogan yang mengecam sikap Macron.Â
Dari sudut pandang kontra memang yang dilakukan oleh Majalah Hebdo adalah sesuatu yang salah, karena memang di agama Islam ada peraturan bahwa tidak boleh membuat gambar atau membuat karikatur yang menggambarkan Rasullullah SAW. Dan di pihak pro, mereka salut terhadap negara Perancis yang tetap mempertahankan sekularisme mereka meskipun mendapat tekanan dari pihak-pihak yang berlatar belakang Islam.Â
Ya memang masalah ini kompleks karena di satu sisi jika Perancis membubarkan atau melarang Hebdo sekularisme yang mereka anut akan terasa omong kosong, di sisi lain jika mereka tetap membiarkan Hebdo untuk tetap eksis, negara Perancis dan Macron yang mendapat tekanan dari pihak-pihak negara yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam.Â
Dan banyak ancaman juga salah satu nya memboikot produk-produk yang berasal dari Perancis. Tetapi saya melihat data dari BBC News, ancaman boikot produk Perancis ternyata tidak berdampak besar bagi perekonomian Perancis dan bahkan lebih besar efek dari Virus Corona dibanding efek boikot dari beberapa negara yang mayoritas berpenduduk Islam.Â
Dan disaat saya menulis tulisan ini, situasi sudah lebih baik, teror-teror di Perancis sudah mereda dan bahkan sudah tidak terdengar lagi ancaman boikot-boikot produk Perancis. Di Indonesia sendiri, kedutaan besar Perancis yang ada di Indonesia melakukan kunjungan-kunjungan ke beberapa organisasi Islam untuk mempererat hubungan, salah satunya ke NU.
 Ya dari permasalah ini saya melihat bahwa politik identitas tidak bisa dilepaskan dari dunia politik, mau di Indonesia maupun di kancah internasional, politik identitas masih menjadi pemisah terbesar antar negara maupun antar kelompok kepentingan. Apalagi kelompok Islam sendiri mempunyai massa yang besar di kancah Internasional, yang kebanyakan masih meromantisme kejayaan Islam di masa lampau (Golden Age).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H