Mohon tunggu...
Muhammad Hadziq Averroes
Muhammad Hadziq Averroes Mohon Tunggu... Lainnya - Santri SMPIT/Pondok Pesantren Insan Madani Banjarmasin

Tertarik menulis ketika berumur 9 tahun dan terus belajar menulis lebih baik. Pada usia 11 tahun menerbitkan sebuah novel sederhana "Play Armada".

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Warrior's Path 1

6 Juli 2024   06:00 Diperbarui: 6 Juli 2024   06:15 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“begitulah Denki, aku apresiasi kerjasama kalian yang solid dan tehnik sergapan kalian yang efektif. Tapi sayang, kantong ini masih di sini” Qanae hendak meraih pinggangnya. “begitukah sensei” kali ini Denki yang tersenyum penuh kemenangan, posisinya masih dikunci sempurna oleh gurunya, tersungkur. Dan tentu saja ia tidak akan menemukan kantong itu di sana.

Semenit yang lalu

“t… terima kasih Kiato” Amara malu-malu berucap, matanya teralihkan ketika melihat kantong yang berada di sisi gurunya sudah berpindah tangan. “bagaimana bisa” tanyanya, “beberapa tehnik kecil” Kiato tersenyum, menolehkan pandangan ke tengah sisi lain lapangan,pertarungan sudah usai.

“SENSEI!” teriaknya, mencuri perhatian, mengangkat kantong penuh koin itu. Tanda kemenangan.

“baiklah, kalian lulus” Qanae berdiri, melepas kunciannya. “pintar juga memotong talinya ketika itu” pujinya sambil memandang Denki, dan timnya bergantian. “ayo, pulang ke asrama. Ada sesuatu yang ingin ku sampaikan” bersama angin, mereka melangkahkan kaki.

Matahari perlahan sempurna tegak diatas kepala, menghilangkan bayang-bayangan pada sebuah tongkat penunjuk waktu di suatu lapang berbeda. Tapi perlahan juga, akhirnya mulai tergelincir ke barat untuk terus menjalankan janjinnya, kembali esok hari.

Selepas makan siang, mereka berempat, tidak berlima duduk di sekitar meja makan setelah piring-piring dan lainnya dibereskan, pembicaraan formal. Semuanya duduk dalam posisi seiza dengan takzim, siap mendengarkan apapun yang akan disampaikan guru mereka.

“hari ini kalian telah lulus di pelatihan tingkat awwal. Besok kita akan mulai dengan pelatihan tsani, ada satu hal yang ingin kusampaikan, karena mulai besok kalian memiliki rekan berlatih baru, perkenalkan, namanya Kerlin.

Gadis yang berada disamping Qanae mengangkat kepala, tubuhnya standar seperti yang lainnya, wajahnya cantik berhias rambut tiga warna sebahu, hitam, merah, putih. “salam kenal” ucapnya.

Bersambung….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun