Mohon tunggu...
Muhammad Hadziq Averroes
Muhammad Hadziq Averroes Mohon Tunggu... Lainnya - Santri SMPIT/Pondok Pesantren Insan Madani Banjarmasin

Tertarik menulis ketika berumur 9 tahun dan terus belajar menulis lebih baik. Pada usia 11 tahun menerbitkan sebuah novel sederhana "Play Armada".

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Warrior's Path 1

6 Juli 2024   06:00 Diperbarui: 6 Juli 2024   06:15 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Pedang dan kedua tangannya dililit rantai besi, sempurna mengikat. “Amara, Kiato!” panggilnya, menoleh kebelakang. Sejurus kemudian katana dan seluruh tubuhnya mengarah kebelakang. Pedang itu jauh terlontar, berdentang keras.

Qanae memanfaatkan momen tersebut, menerjang kedua muridnya di belakang. Dengan teramat elegan, dia melompat sekaligus menghindari dua tebasan sabit kusarigama, angin bahkan berteriak oleh bilah cepatnya, tanpa disadari membelah sesuatu.

Buk.

Qanae menendang kedua muridnya di bagian dada, keduanya terjerembab. Denki berdiri dengan tertatih, menerjang gurunya dengan ganas, mengangkat pedang untuk tebasan langsung. Besi itu hanya sepersekian millimeter melintas di dekat kimononya tanpa saling menyentuh. “kau perlu lebih lincah dari pada itu Denki” sambil tersenyum kemenangan.

Sreek.

Tidak, Qanae tidak melakukan tendangan untuk menjatuhkan muridnya itu. Dia memecut langkahnya untuk mengambil katana, di ikuti gerak hebat sambil berlari, dia berhasil meloloskan tangannya dari lilitan rantai Kiato. Dia menebaskan pedangnya di jarak kejauhan, mengayunkan sabit kusarigama keudara.

Trang.

Denki terlambat memasang kuda-kuda, katananya terbanting jauh. Pemberat yang berada diujung rantai Kusarigama ikut meluncur setelah melepaskan pedang Qanae. Membuat goresan kecil di bawah mata Denki. Qanae melempar sebuah shuriken kebelakang.

Sementara dibelakang mereka, Kiato membantu Amara duduk. Tendangan tadi terukur dan berbahaya, ketika melepaskan tenaga semaksimal mungkin kebagian trakea, itu menohok pernapasan mereka. Kiato melihat senjata yang melesat kearahnya, dia mendekatkan tubuh kesamping Amara, kemudian mengangkat sabitnya untuk menangkis shuriken itu.

Angin tiba-tiba menderas.

Qanae melepaskan tebasan-tebasan mematikan “kurasa kalian tidak akan lulus di ujian kali ini”, ia tersenyum lagi. “kami akan lulus sensei, bagaimanpun caranya” Denki membalas senyuman itu dengan seringai. Sejurus kemudian, gurunya melakukan tehnik guntingan dalam gerakan cepat. Membanting muridnya ke atas lapangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun