Mohon tunggu...
Politik Pilihan

Revolusi Besar Lawan Korupsi Ala Humor Gus Dur

17 September 2016   23:13 Diperbarui: 18 September 2016   00:00 1040
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini tanggal 17 September 2016 Indonesia kembali dikejutkan dengan berita tertangkapnya seseorang dengan initial IG oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Banyak yang terkejut dengan kasus tertangkapnya IG ini karena selama ini dia selalu menunjukkan nilai kesantunan yang sangat tinggi. Netizen bertanya-tanya apakah KPK memang salah tangkap.

Para netizen mencoba membahas apa yang salah dengan bangsa ini karenapetinggi bangsa yang pernah mengucapkan kata setuju bagi siapa saja yangkorupsi harus dihukum mati. Tetapi ternyata orang yang mengucapkan ini malahan kini ditangkap KPK. Lihat di sini.

Sulit mencari jawaban dan solusi untuk bangsa Indonesia dengan uraian yang akademis melalui penelitian yang rumit atas budaya korupsi ini. Walaupun semangat pemberantasan korupsi sudah disebutkan secara jelas dalam Nawa Cita sebagai sembilan program prioritas dalam janji kampanye Jokowi dan Jusuf Kalla ketika Pilpres 2014. Namun semangat ingin korupsi dari berbagai kalangan seperti tiada kunjung henti untuk mau memberikan tanda mundur atau berhenti.

Namun bangsa Indonesia dapat memakai humor dalam menjawab kerumitan akan akar masalah pemberantasan korupsi. Salah satu solusi pemberantasan korupsi bisa dapat dipecahkan melalui humor seperti ditulis oleh Darminto M. Sudarmo  di Kompas 17 September 2016 dengan judul "Mari Kembali ke Humor".

Saya mengutip kembali tulisan dari Darminto M. Sudarmo di Kompas sebagai berikut:

Bukan berarti humor satu-satunya jalan untuk pemulihan luka budaya yang terjadi ini, tetapi setidaknya humor memiliki daya tahan yang unik dalam menghadapi kondisi penuh ketidakpastian.

Humor dalam politik? Hati-hati terhadap lelucon politik, didalam lelucon politik selalu terselip revolusi kecil (George Orwell). Ketika negara seolahingkar akan tugasnya, humor hadir untuk mengingatkan.

Bahkan, seorang Park Chung-Hee (1917-1979), bekas pemimpin Diktator Korea Selatan, pernah mengatakan, "Humor itu ibarat perlawanan, sudahupaya  paling akhir".

Humor ala Gus Dur sebagai bentuk Perlawanan 

Ternyata Gus Dur selalu mau hadir didalam kejenakaannya dalam menghadapi segala kerumitan bangsa dengan memberikan humor di dalam kesehariannya. Lelucon ala Gus Dur  ini ternyata sangat ampuh membangkitkan nilai-nilai yang bersih dan dapat mengobarkan kembali semangat Kebangsaan  untuk melakukan perlawanan sengit dalam memberantas korupsi.

Mari kita baca dan simak kembali Humor Gus Dur yang dimuat di sosial media sebagai bentuk perlawanan atas budaya korupsi yang seolah lestari dan tiada habisnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun