Mohon tunggu...
Hadyan BayuGraha
Hadyan BayuGraha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dinamika Sosial-Budaya Perspektif Sosiologi Pendidikan

19 Mei 2021   13:25 Diperbarui: 19 Mei 2021   13:33 1987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dinamika Sosial-Budaya Perspektif Sosiologi Pendidikan

Oleh: Rizky Gemar, Tri Ambarwati, Atiqoh Nur Bainah, Rahma Amanda, Dede Annisa Fauziah, Hadyan Bayu Graha, Zaenal Arifin


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Latar belakang 

Menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002 : 263 -- Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik.

Oemar Hamalik, 2001: 79 : "Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungan dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat". 

Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. 

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang terjalin erat karena sistem tertentu, tradisi tertentu, konvensi dan hukum tertentu yang sama, serta mengarah pada kehidupan kolektif. Sistem dalam masyarakat saling berhubungan antara satu manusia dengan manusia lainnya yang membentuk suatu kesatuan. Menurut Maclver, Pengertian Masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok, berbagai golongan dan pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan individu (manusia). Keseluruhan yang selalu berubah inilah yang dinamakan dengan masyarakat.

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi; diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia. Bentuk lain dari kata budaya adalah kultur yang berasal dari bahasa Inggris yaitu culture dan bahasa Latin cultura. Dilansir dari buku Pengantar Antropologi (1991) karya Koentjaraningrat, kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dimiliki manusia dengan belajar. Kebudayaan adalah bentuk hasil dari karya cipta, rasa, dan juga karsa dari manusia.

Rumusan masalah

1. Bagaimana hubungan masyarakat dengan pendidikan ?

2. Bagaimana hubungan maryarakat dengan kebudayaan ?

3. Bagaimana sosiologi pendidikan melihat perubahan sosial dan kebudayaan ?

Pembahasan

1.Bagaimana hubungan masyarakat dengan pendidikan ?

Pendidikan secara praktis tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat. Keduanya sangat erat sekali hubungannya karena saling melengkapi dan mendukung antara satu sama lainnya. Seperti dalam sebuah peribahasa: "Adakah kayu di rimba sama tinggi". Artinya bahwa semua yang ada di dunia ini diciptakan Tuhan dengan segala perbedaannya dengan tujuan untuk saling melengkapi. Oleh sebab itu, pendidikan dan masyarakat menjadi satu kesatuan yang saling simbiosis mutualisme.

Pendidikan yang muncul dalam tri pusat pendidikan (informal, formal, dan nonformal) dibentuk dan ada karena masyarakat. Ilmu tentang masyarakat diketahui sebagai sosiologi. Sosiologi merupakan ilmu yang membahas tentang interaksi atau hubungan dan pergaulan antara manusia yang satu dengan yang lainnya dalam kelompok dan struktur sosialnya. Sementara itu, pendidikan merupakan usaha sadar dan sengaja melalui proses interaksi atau tingkah laku antara dua/lebih individu dalam mengembangkan potensi diri menuju arah lebih baik.

Pendidikan sekarang sedang berkembang ke arah kemajuan untuk meningkatkan nilai-nilai kehidupan umat manusia dan sebagai bekal bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kita simpulkan bahwa sosiologi pendidikan memberikan penggambaran pada ilmu yang berbicara pada masalah-masalah pendidikan yang berisi tentang tingkah laku manusia dan institusi pendidikan sebagai percampuran dengan lingkungan sosial budaya, politik, ekonomi dalam totalitas kehidupan bermasyarakat.

Di dalam Sosiologi Pendidikan akan memberikan gambaran pada unsur-unsur yang terkait dalam ranah kajian sosiologi pendidikan yang meliputi tujuh unsur yaitu mengenai apa dan bagaimana peserta didik, pendidik, hubungan guru dan murid yang terangkum dalam istilah interaksi edukatif, tujuan pendidikan, materi pendidikan, serta alat dan metode pendidikan. Apa dan bagaimana juga dibahas dalam buku ini mengenai hubungan pendidikan dengan masyarakat yang disajikan dalam bentuk definisi pendidikan, definisi masyarakat, serta studi kasus hubungan pendidikan dengan masyarakat. Sosiologi pendidikan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara pendidikan dan masyarakat, mengembangkan ide dan gagasan pada efek samping ataupun tujuan pendidikan itu sendiri dalam pengaruhnya di masyarakat.

Sebagai faktor maupun dampak pendidikan, masyarakat masih mengiyakan adanya sistem penghargaan tertentu dari pendidikan. Pendidikan terhadap status dengan berpindah ataupun naik turunya status diistilahkan dengan stratifikasi sosial dan mobilitas sosial. Disamping itu, pendidikan sebagai faktor yang diharapkan untuk meningktkan kondisi ekonomi seseorang. Harapan tersebut berasumsi bahwa semakin tinggi pendidikan, ada harapan untuk semakin tinggi taraf ekonomi seseorang. Linearitas hubungan pendidikan dengan startifikasi, mobilisasi, dan ekonomi tersebut tidak lupa mengarahkan pada pembahasan pada kondisi masyarakat saat ini. Modernitas salahsatunya yang perlu dibahas dalam buku ini, dikarenakan semakin berkembang ilmu pengetahuan dan teknologi, memberikan rasa optimis pada manusia untuk lebih dinamis, kreatif dan inovatif khususnya dalam bidang pendidikan. 

2.Bagaimana hubungan maryarakat dengan kebudayaan ?

Diakui secara umum bahwa kebudayaan merupakan unsur penting dalam proses pembangunan atau keberlanjutan suatu bangsa. Lebih-lebih jika bangsa itu sedang membentuk watak dan kepribadiannya yang lebih serasi dengan tantangan zamannya. Dilihat dari segi kebudayaan, pembangunan tidak lain adalah usaha sadar untuk menciptakan kondisi hidup manusia yang lebih baik. Menciptakan lingkungan hidup yang lebih serasi. Menciptakan kemudahan atau fasilitas agar kehidupan itu lebih nikmat. Pembangunan adalah suatu intervensi manusia terhadap alam lingkungannya, baik lingkungan alam fisik, maupun lingkungan sosial budaya. 

Pembangunan membawa perubahan dalam diri manusia, masyarakat dan lingkungan hidupnya. Serentak dengan laju perkembangan dunia, terjadi pula dinamika masyarakat. Terjadi perubahan sikap terhadap nilai-nilai budaya yang sudah ada. Terjadilah pergeseran sistem nilai budaya yang membawa perubahan pula dalam hubungan interaksi manusia di dalam masyarakatnya.

Masyarakat dan kebudayaan di mana pun selalu dalam keadaan berubah, ada dua sebab perubahan :

a.Sebab yang berasal dari masyarakat dan lingkungannya sendiri,misalnya perubahan jumlah dan komposisi

b.sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup. Masyarakat yang hidupnya terbuka, yang berada dalam jalur-jalur hubungan dengan masyarakat dan kebudayaan lain, cenderung untuk berubah secara lebih cepat. 

c.adanya difusi kebudayaan, penemuan-penemuan baru, khususnya teknologi dan inovasi.

Dalam masyarakat maju, perubahan kebudayaan biasanya terjadi melalui penemuan (discovery) dalam bentuk ciptaan baru (inovation) dan melalui proses difusi. Discovery merupakan jenis penemuan baru yang mengubah persepsi mengenai hakikat suatu gejala mengenai hubungan dua gejala atau lebih. Invention adalah suatu penciptaan bentuk baru yang berupa benda (pengetahuan) yang dilakukan melalui penciptaan dan didasarkan atas pengkom-binasian pengetahuan-pengetahuan yang sudah ada mengenai benda dan gejala yang dimaksud. 

Ada empat bentuk peristiwa perubahan kebudayaan. Pertama, cultural lag, yaitu perbedaan antara taraf kemajuan berbagai bagian dalam kebudayaan suatu masyarakat. Dengan kata lain, cultural lag dapat diartikan sebagai bentuk ketinggalan kebudayaan, yaitu selang waktu antara saat benda itu diperkenalkan pertama kali dan saat benda itu diterima secara umum sampai masyarakat menyesuaikan diri terhadap benda tersebut. Kedua, cultural survival, yaitu suatu konsep untuk menggambarkan suatu praktik yang telah kehilangan fungsi pentingnya seratus persen, yang tetap hidup, dan berlaku semata-mata hanya di atas landasan adat-istiadat semata-mata. Jadi, cultural survival adalah pengertian adanya suatu cara tradisional yang tak mengalami perubahan sejak dahulu hingga sekarang. Ketiga, pertentangan kebudayaan (cultural conflict), yaitu proses pertentangan antara budaya yang satu dengan budaya yang lain. Konflik budaya terjadi akibat terjadinya perbedaan kepercayaan atau keyakinan antara anggota kebudayaan yang satu dengan yang lainnya. Keempat, guncangan kebudayaan (cultural shock), yaitu proses guncangan kebudayaan sebagai akibat terjadinya perpindahan secara tiba-tiba dari satu kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Ada empat tahap yang membentuk siklus cultural shock, yaitu: (1) tahap inkubasi, yaitu tahap pengenalan terhadap budaya baru, (2) tahap kritis, ditandai dengan suatu perasaan dendam; pada saat ini terjadi korban cultural shock, (3) tahap kesembuhan, yaitu proses melampaui tahap kedua, hidup dengan damai, dan (4) tahap penyesuaian diri; pada saat ini orang sudah membanggakan sesuatu yang dilihat dan dirasakan dalam kondisi yang baru itu; sementara itu rasa cemas dalam dirinya sudah berlalu.

3.Bagaimana sosiologi pendidikan melihat perubahan sosial dan kebudayaan ?

Masyarakat manusia di manapun tempatnya pasti mendambakan kemajuan dan peningkatan kesejahteraan yang optimal. Kondisi masyarakat secara obyektif merupakan hasil tali temali antara lingkungan alam, lingkungan sosial serta karakteristik individu. Ketiga-tiganya selalu berhubungan antara satu sama lain sehingga membentuk sebuah bangunan masyarakat yang dapat dilihat sebagai sebuah realitas sosial. Perjalanan panjang dalam rentangan periode kesejarahan telah mengajak masyarakat manusia menelusuri hakikat kehidupan dan tata cara kehidupan yang berkembang pesat. Kemampuan akal budi sebagai instrumen unggulan manusia telah melahirkan beraneka ragam karya cipta melesat melampaui aspek-aspek material dilingkungan luarnya. Dengan demikian, senjata pamungkas tersebut rupanya berperan besar menafsirkan realitas sosial yang selama ini dipandang sebagai kenyataan alamiah yang steril dari kemungkinan intervensi kekuatan manusia. 

Kiranya semenjak diakuinya kemampuan akal mengungkap kekuatan alam, secara perlahanlahan kalangan pemikir mulai melirik masyarakat sebagai obyek yang mampu dipahami gejala gejalanya lalu dikendalikan dan disusun rekayasa sosial berdasarkan pemahaman menyeluruh tentang kondisi obyektif msayarakat tersebut. 

Lahirnya ilmu-ilmu sosial khususnya sosiologi manandai bahwa masyarakat sebagai kenyataan kini dipahami seperti sebuah benda yang bisa "diutak-atik". Begitu pula tentang perubahan sosial, terlepas dari berbagai definisi perubahan sosial, pada hakikatnya telah mampu mengungkap hukum-hukum dan antisipasi proses-proses sehingga mampu memberikan kontribusi terhadap peradaban manusia. 

Apabila perubahan sosial dipahami sebagai suatu bentuk peradaban manusia akibat adanya ekskalasi perubahan alam, biologis maupun kondisi fisik maka pada dasarnya perubahan sosial merupakan sebuah keniscayaan yang terjadi sepanjang hidup. Ruang gerak perubahan itupun juga berlapis-lapis, dimulai dari kelompok terkecil seperti keluarga sampai pada kejadian yang paling lengkap mencakup tarikan kekuatan kelembagaan dalam masyarakat. 

Perubahan sosial sebagai "cetak biru" pemikiran, pada akhirnya akan memiliki manfaat untuk memahami kehidupan manusia dalam kaitan dengan lingkungan kebudayaannya. Kehidupan manusia adalah satuan sosial terkecil, dalam pola belajarnya akan berhadapan dengan tiga sistem aktivitas. Menurut Peter Senge, 2000 (dalam Salim, 2002) bahwa manusia akan menjumpai (1) ruang kelas dalam sekolah: manusia akan belajar dalam lingkungan kelas sehingga melibatkan unsur guru, orang tua dan murid. (2) Lingkungan sekolah: manusia akan belajar dalam lingkungan sekolah sehingga melibatkan unsur kepala sekolah, kelompok pengajar, murid di kelas lain dan pegawai administrasi. (3) lingkungan komunitas masyarakat: manusia akan belajar dari lingkungan komunitasnya sehingga mencakup peran serta masyarakat, kelompok-kelompok belajar sepanjang hidup, birokrasi yang mendukung, sumber informasi yang luas dan beragam dll. Dengan begitu kehidupan manusia tidak dapat dilepas dari peran ketiga lingkungan sistem aktivitas belajar dan mencermati dirinya, terbentuknya kesadaran, pengalaman yang menggelitas dan keberanian untuk mulai menapak menggunakan potensi yang dimilikinya. 

Analogi dengan pemikiran itu, apa yang dapat dinyatakan dengan lengkap, perubahan sosial adalah suatu proses yang luas, lengkap yang mencakup suatu tatanan kehidupan manusia. Perubahan sosial tidak hanya dilihat sebagai serpihan atau kepingan dari peristiwa sekelompok manusia tetapi fenomena itu menjadi saksi adanya suatu proses perubahan empiris dari kehidupan umat manusia. 

Oleh karena itu, daya serap perubahan sosial akan selalu merembes ke segala segi kehidupan yang dihuni oleh manusia, khususnya dalam sektor pendidikan. Perubahan sosial akan mempengaruhi segala aktivitas maupun orientasi pendidikan yang berlangsung. Intervensi kekuatan proses tersebut juga mencakup semua proses pendidikan yang terjadi di berbagai sektor lain masyarakat. Baik dari tingkat basis keluarga sampai interaksi antar pranata sosial. Sebagai bagian dari pranata sosial, tentunya pendidikan akan ikut terjaring dalam hukum-hukum perubahan sosial yang terjadi di dalam masyarakat. 

Sebaliknya, pendidikan sebagai wadah pengembangan kualitas manusia dan segala pengetahuan tentunya menjadi agen penting yang ikut menentukan perubahan sosial masyarakat ke depan. Karena perubahan sosial mengacu pada kualitas masyarakat sementara kualitas masyarakat tergantung pada kualitas pribadi-pribadi anggotanya maka tentunya lembaga pendidikan memainkan peranan yang cukup signifikan menentukan sebuah perubahan sosial yang mengarah kemajuan. 

Mengingat begitu eratnya keterkaitan perubahan sosial dengan pendidikan maka pembahasan perubahan sosial menempati ruang tersendiri dalam analisa sosiologi pendidikan. Sebagai bagian dari gejala sosial maka upaya untuk mengupas perubahan sosial akan tetap merujuk pada ilmu induk yang menaunginya yakni sosiologi.

Telah kita ketahui bersama bahwasanya pendidikan lahir seiring dengan keberadaan manusia, bahkan dalam proses pembentukan masyarakat pendidikan ikut andil untuk menyumbangkan proses-proses perwujudan pilar-pilar penyangga masyarakat. Dalam hal ini, kita bisa mengingat salah satu ungkapan para tokoh antropologi seperti Goodenough, 1971; Spradley, 1972; dan Geertz, 1973 mendefinisikan arti kebudayaan di mana kebudayaan merupakan suatu sistem pengetahuan, gagasan dan ide yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat yang berfungsi sebagai landasan pijak dan pedoman bagi masyarakat itu dalam bersikap dan berperilaku dalam lingkungan alam dan sosial di tempat mereka berada (Sairin , 2002). 

Sebagai sistem pengetahuan dan gagasan, kebudayaan yang dimiliki suatu masyarakat merupakan kekuatan yang tidak tampak (invisble power), yang mampu menggiring dan mengarahkan manusia pendukung kebudayaan itu untuk bersikap dan berperilaku sesuai dengan pengetahuan dan gagasan yang menjadi milik masyarakat tersebut, baik di bidang ekonomi, sosial, politik, kesenian dan sebagainya.

Sebagai suatu sistem, kebudayaan tidak diperoleh manusia dengan begitu saja secara ascribed,tetapi melalui proses belajar yang berlangsung tanpa henti, sejak dari manusia itu dilahirkan sampai dengan ajal menjemputnya. Proses belajar dalam konteks kebudayaan bukan hanya dalam bentuk internalisasi dari sistem "pengetahuan" yang diperoleh manusia melalui pewarisan atau transmisi dalam keluarga, lewat sistem pendidikan formal di sekolah atau lembaga pendidikan formal lainnya, melainkan juga diperoleh melalui proses belajar dari berinteraksi dengan lingkungan alam dan sosialnya. 

Melalui pewarisan kebudayaan dan internalisasi pada setiap individu, pendidikan hadir dalam bentuk sosialisasi kebudayaan, berinteraksi dengan nilai-nilai masyarakat setempat dan memelihara hubungan timbal balik yang menentukan proses-proses perubahan tatanan sosiokultur masyarakat dalam rangka mengembangkan kemajuan peradabannya. 

Sebaliknya, dimensi-dimensi sosial yang senantiasa mengalami dinamika perkembangan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan faktor dominan yang telah membentuk eksistensi pendidikan manusia. Penggunaan alat dan sarana kebutuhan hidup yang modern telah memungkinkan pola pikir dan sikap manusia untuk memproduk nilai-nilai baru sesuai dengan intensitas pengaruh teknologi terhadap tatanan kehidupan sosial budaya. 

Dalam hal ini, pendidikan menjadi instrumen kekuatan sosial masyarakat untuk suatu sistem pembinaan anggota masyarakat yang relevan dengan tuntutan perubahan zaman. Abad globalisasi telah menyajikan nilai-nilai baru, pengertian-pengertian baru serta perubahan-perubahan di seluruh ruang lingkup kehidupan manusia yang waktu kedatangannya tidak bisa diduga-duga. Sehingga dunia pendidikan merasa perlu untuk membekali diri dengan perangkat pembelajaran yang dapat memproduk manusia zaman sesuai dengan atmosfir tuntutan global. Penguasaan teknologi informasi, penyediaan SDM yang profesional, terampil dan berdaya guna bagi masyarakat, kemahiran menerapkan Iptek, perwujudan tatanan sosial masyarakat yang terbuka, demokratis, humanis serta progresif dalam menghadapi kemajuan jaman merupakan beberapa bekal mutlak yang harus dimiliki oleh semua bangsa di dunia ini yang ingin tetap bertahan menghadapi tata masyarakat baru berwujud globalisasi. 

Melihat urgensi hubungan antara pendidikan dan dinamika sosial budaya, sosiologi pendidikan berusaha menerapkan analisis ilmiah untuk memahami fenomena pendidikan dalam hubungannya dengan perubahan sosial-kebudayaan. Di mana pada langkah awalnya akan dibangun suatu proses penjelasan hakikat kebudayaan sebagai wahana tumbuh kembangnya eksistensi pendidikan terhadap anggota masyarakat. Sebagai salah satu perangkat kebudayaan pendidikan akan melakukan tugas-tugas kelembagaan sesuai dengan hukum perkembangan masyarakat. Dari sini dapat kita amati bersama sebuah alur pembahasan hubungan dialektik antara pendidikan dengan realitas perkembangan sosial faktual yang saat ini tengah menggejala pada hampir seluruh masyarakat dunia.

Kesimpulan :

Berdasarkan penjelasan diatas, kita dapat ketahui bersama apabila masyarakat, pendidikan, dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahakan. Ketiga unsur tersebut mempunyai pengaruh dan korelasi satu sama lain di dalam kehidupan.

Daftar Pustaka

Ravik Karsidi, (2005). Sosiologi Pendidikan. Surakarta: UNS Press dan LPP UNS.

Ahmadi, Abu, Sosiologi Pendidikan, Jakarta:Rineka Cipta, 2004.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun