Pada bagian lalu sudah disampaikan penjelasan tentang dua Wanita Buruk, yaitu isteri Nabi Nuh dan isteri Nabi Luth. Keduanya berkhianat dengan tidak mengikuti ajakan dakwah suami mereka yang adalah seorang utusan Allah.
Dalam tulisan ini dijelaskan dua wanita kebalikannya yang merupakan Wanita Baik, yaitu isteri Fir'aun dan Maryam. Keduanya disebutkan dalam rangkaian ayat tentang dua wanita buruk sebelumnya sebagaimana terdapat pada ayat 10, 11, dan 12 surat al-Tahrim (66). Â Â
Khusus tentang wanita baik ini, ayat 11 dan 12 menuturkan, "Dan Allah membuat isteri Fir'aun perumpamaan bagi orang-orang beriman ketika ia berkata 'Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisiMu dalam surga dan selamatkan aku dari Fir'aun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim'; dan Maryam puteri 'Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kamii tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari (ciptaan) kami, dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan kitab-kitabNya, dan dia termasuk orang-orang yang taa (QS. 66 : 11-12).Â
Kebaikan isteri Fir'aun yang bernama Asiyah binti Mazahim tercatat langsung dalam al-Qur'an surat al-Qashash (28) ayat sembilan, yaitu meminta Fir'aun agar tidak membunuh Musa yang masih bayi 'merah', saat keranjang berisi bayi mengalir sampai ke istana keluarga Fir'aun, "Ia adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya. Mudah-mudahan ia bermanfaat untuk kita atau kita ambil ia menjadi anak", kata Asiyah
Ibn Katsir dalam Qashash al-Anbiya menulis bahwa saat keranjang/tabut yang berisi bayi Musa dibuka, terpancar cahaya (kenabian) dari wajah bayi Musa.
Doa yang dipanjatkan oleh Asiyah di atas adalah saat Asiyah tidak luput dari penyiksaan suaminya (Fir'aun) yang mengetahui keimanan  isterinya kepada Allah; Fir'aunpun kemudian mengikat tangan dan kaki Asiyah yang tersenyum karena melihat rumahnya di surga, sesaat ia memanjatkan doa, hingga Allah mewafatkannya.  Demikan ditulis Ibn Katsir dalam Tafsir al-Qur'an al-'Azhim. Â
Wanita baik kedua adalah Maryam yang merupakan ibunda Nabi 'Isa 'alayhissalam. Ada tiga sifat Maryam yang disebutkan pada ayat tersebut : memelihara kehormatannya, membenarkan kalimat-kalimat (firman) Allah dan kitab-kitabNya, dan juga kepatuhannya kepada Allah. Â
Sifat pertama berkenaan dengan tuduhan orang-orang kafir kepada Maryam yang mengandung sementara dia tidak memiliki suami (QS. 19:27-28). Â Namun tuduhan mereka itu ditangkal olehnya dengan mempersilahkan mereka berbicara langsung dengan bayi 'merah' 'Isa yang digendongnya, yang atas izin Allah, sang bayi (di antaranya) berkata, "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi" (QS. 19:30)Â
Sifat kedua Maryam adalah membenarkan kalimat-kalimat (firman) Allah dan kitab-kitabNya. Fakhr al-Din al-Razy dalam Mafatih al-Ghayb, menafsirkan bahwa yang dimaksud kalimat-kalimat Allah adalah suhuf yang diturunkan Allah kepada Nabi Idris dan nabi yang lain, sementara yang dimaksud dengan kitab-kitabNya adalah kitab Allah yang empat (al-kutub al-arba'ah) (Zabur, Taurat, Injil, dan al-Qur'an).Â
Sementara sifat ketiga Maryam sebagai termasuk orang-orang yang taat adalah, kembali mengutip Fakhr al-Din al-Razy, perilakunya yang baik sebagai mewarisi sifat-sifat baik Nabi Harun, saudara Nabi Musa 'alayhimassalam.Â
Kedua wanita baik ini berdasar penjelasan Ibn Katsir saat menafsirkan surat al-Tahrim ayat lima yang menjelaskan janji Allah untuk menggantikan isteri Nabi SAW, baik ia janda (tsayyibat)Â maupun gadis (abkara), kelak di surga menjadi isteri Nabi Muhammad SAW. Â
Wallahu a'lam
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H