Menulis adalah jalan menuju Tuhan. Menulis adalah jalan pengabdian kepada Rabb. Allah SWT. Menulis adalah upaya, ikhtiar, membuktikan kebenaran akan janji semua masing-masing kita sebagaimana di wartakan al-Qur'an; Bukankah Aku ini Tuhanmu, Mereka (Muhammad Abduh dalam al-Manar, mengatakan manusia di alam arwah, Pen) menjawab, "Benar, kami menjadi saksi" (Q.S.7:172). Menulis dengan mendasarkannya sebagai ibadah li 'llahi ta'ala dengan demikian luar biasa tinggi kedudukannya. Marwahnya luhur nan mulia. Menulis adalah aktivitas yang sejak semula mempunyai 'logika ilahiyah'.
Demikian di antara rangkuma 'utama' acara "Bincang Penulis Generalis dari Berbagai Tema dan Beragam Jenis Tulisan" yang diselenggarakan oleh Rumah Produktif Indonesia (RPI), Sabtu, 10 Oktober 2020, Pukul 15.30-17.00 via Zoom Cloud Meeting. Hadir sebagai narasumber adalah Yanuardi Syukur, Presiden RPI, seorang penulis produktif yang telah menggeluti 20 tahun dunia kepenulisan dan menghasilkan 80 karya buku. Acara dipandu oleh Hamli Syaifullah, seorang penulis produktif lainnya dan juga Pengurus RPI bidang Riset dan Kepenulisan. Hamli juga staf pengajar Universitas Muhamamdiyah Jakarta.
Menulis dengan logika ilahiyah nampak menjadi ruh paparan Yanuardi, yang juga seorang dosen ini. Baginya, dunia penulisan adalah jalan untuk berdakwah menebarkan sebanyak-banyaknya informasi (ilmu) buat orang lain. Perkaranya adalah panggilan dakwah, bukan perkara lainnya, apalagi semata soal fulus, royalti dan sebaginya. Dia terlihat sangat yakin akan logika ilahiyah yang, menurutnya, menjadikan aktivitas menulisnya sebagai jalan untuk memperberat timbangan amal kebaikan di akherat dalam pertanggungjawaban di hadapan Allah kelak. Luar biasa. Yanuardi tegas sekali mengajak peserta untuk tidak semata-mata menjadikan aktivitas menulis sebagai aktivitas -meminjam istilahnya-'logika manusiawi' yang menjadikan menulis untuk hal-hal seputar duniawi : royalti, fulus, keterkenalan, gelar, dan sebagainya. Konsep, wacana, gagasan tentang 'menulis secara islami' ini dijelaskannya secara gamblang dengan kekuatan-kekuatan kutipan ayat al-Quran dan Hadis, yang secara fasih meluncur dari seorang alumni pesantren (Darun Najah, Jakarta) ini. Memahami akan potensi yang luar biasa banyak diberikan oleh Tuhan, dirasakan Yanuardi sebagai jalannya 'ditakdirkan' menjadi seorang penulis generalis.
Di bagian akhir, Yanuardi yang karena berkah menulis dengan logika ilahiyah ini telah menyambangi negeri Kanguru dan negeri Paman Sam tekait perhelatan acar-acara kepenulisan, memberikan empat tips untuk menjadi penulis produktif; Pertama kesadaran (yaqdzah) untuk menjadikan aktivitas sebagai jalan untuk beribadah dan berdakwah, kedua, tekad ('azm) untuk membuat tulisan-tulisan dengan target-target waktu tertentu, ketiga, wawasan (fikrah) dengan memperkaya gagasan (meminjam istilah moderator 'rakus membaca') agar tulisan menjadi dalam, dan keempat ketajaman mata hati (bashirah) untuk senantiasa terpaut dengan energi ilahiyah yang selalu dilatih dengan utamanya ibadah shalat. Khusus terkait tips keempat ini, Yanuardi mengatakan bahwa shalat adalah kunci untuk produktif menulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H