Di antara faktor yang merusak tatanan hidup manusia adalah kedustaan. Betapa tidak merusak; Nabi SAW melarang berkata dusta, "Jangan kalian berdusta, karena kedustaan mendorong perbuatan tercela (fujur), dan perbuatan tercela mendorong kepada neraka(HR. Muslim No 4721)".Â
Jika  hadis keras mengecam perbuatan dusta sebagai tercela, maka sebelumnya al-Qur'anpun mengecamnya sehingga Allah berfirman 10 kali sekaligus dalam satu surat tentang nasib para pendusta, Neraka Wail untuk orang-orang yang berdusta !!! (QS.77:15, 19, 24, 28, 34, 37, 40, 45, 47, 49).
Mengapa Al-Qur'an dan Hadis sangat mencela perbuatan dusta? Â
Pertama, dalam sejarah, perilaku dusta memang ditunjukkan oleh setan saat mengelabui Adam tentang pohon Khuldi yang, katanya, tidak akan binasa (QS. 20:120). Perilaku dusta setan ini diakuinya sendiri saat nanti di Hari Kiamat, dia berdebat dengan orang-orang yang ditipunya bahwa semua janji-janjinya adalah palsu  (QS.14:22). Jadi, siasat dusta memang khas laku setan.
Kedua, jika ada satu kata identik dengan Agama, maka 'ia' adalah keterjagaan/keterpeliharaan/keterawatan (al-hafazah), dan lawan kata ini adalah kerusakan (al-fasad).
Bila Agama  menjaga/memelihara/merawat lima Kebutuhan Primer manusia : Agama, Akal, Harta, Keturunan, dan Kehormatan; maka perbuatan dusta dapat merusak kelimanya.Â
Agama didustakan, misalnya, jika perilaku sosial kita terhadap orang-orang lemah, lemah bahkan buruk, seperti menelantarkan anak-anak yatim dan enggan berbagi rezeki kepada orang-orang miskin  (QS.107:1-3). Kerusakan akal disebabkan karena seseorang mengkonsumsi khamar yang dilarang agama (QS. 5:90), dan pelanggaran terhadap larangan agama jelas perbuatan merusak dan mendustakan kebenaran ajaran agama.Â
Harta dirusak dengan membelanjakannya secara berlebihan dan bersikap pelit Bakhil. Perbuatan berlebih-lebihan dilarang dalam ajaran agama  (QS.7:31), sementara perilaku bakhil pelit juga dilarang (QS. 17:29). Perusakan harta dengan dua perbuatan ini juga mendustakan kebenaran ajaran agama.
Keturunan dirusak jika kita meninggalkan generasi yang lemah yang dilarang oleh agama (QS. 4:9), sementara kehormatan rusak oleh peberbuatan zina yang dinyatakan sebagai perbuatan keji dan cara tercela (QS.17:32).
Jika kedustaan-kedustaan di atas disebabkan oleh pendustaan hati dan fikiran terhadap ketentuan-ketentuan agama, maka kedustaan oleh mulut dan lidah tidak kalah berbahayanya. Mulut dan lidah yang berdusta memutar-balikkan yang benar menjadi salah dan yang salah menjadi benar. Karenanaya, bersaksi palsu di sidang Pengadilan digolongkan sebagai perbuatan dosa besar selain berzina, durhaka kepada orang tua, dll. Mulut dan lidah yang berbohong adalah di antara tanda munafik, dan orang munafik ada di bagian paling bawah neraka dan tidak ada yang bisa menolong mereka (QS.4:145).
Imam al-Ghazali juga ada mengingatkan lebih berbahayanya lidah tinimbang perbuatan dosa anggota tubuh lainnya; bayangkan, jika anggota badan kita (tangan, kaki, mata) berbuat dosa  secara terbatas, maka lidah melampaui batas. Orang yang difitnah, keberadaannya tidak dalam jangkauan kaki dan tangan, juga tidak terlihat mata, tetapi dengan lidah, kehidupannya rusak gegara lidah si pendusta.
Mengambil deskripsi siksa di neraka ada orang yang disetrika punggung, lambung, dan jidatnya gegara menahan harta zakat (QS. 9:35), maka mudah membayangkan ada siksa neraka di mana bibir dan lidah digunting gegara dusta. Awas !
Na'udzu bi 'l-Lah.. Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H