Mohon tunggu...
Hadiyan
Hadiyan Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar Universitas Muhammadiyah Jakarta Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam

Minat pada Studi Islam dan Sosial

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

COO Kompasiana Beri Pembekalan Magang Profesi Mahasiswa UMJ

25 Oktober 2022   18:45 Diperbarui: 23 Februari 2023   21:34 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                  Foto : Dokpri

Chief Operating Officer (COO) Kompasiana, Nurulloh, memberikan Pembekalan Magang Profesi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta, pada Rabu, 12 Oktober 2022, di gedung Perintis II. 

Acara yang diikuti oleh 47 orang mahasiswa KPI ini dibuka oleh Wakil Dekan I FAI UMJ, Busahdiar, MA. Narasumber lain yang juga memberikan pembekalan adalah Abdul Aziz, M.IKom, dari CNN Indonesia.. 

Kegiatan pembekalan ini mengusung tema "Keunggulan Kompetitif Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam dengan Penguasaan Kompetensi Khitabah (speaking), Kitabah (writing), dan I'lam (Broadcasting). Kami sendiri bertindak sebagai moderator. 

Nurulloh pada sesi dengan topik Jurnalisme di Era Digital Digital banyak memberikan tips menulis kepada para peserta pembekalan; di antaranya pentingnya penulis mengenali audiens tulisannya, baik berdasar demografi, kebutuhan, kebiasaan, dan keinginan. 

Sesudah itu, penulis perlu memerhatikan elemen-elemen suatu artikel, yaitu, runut, memiliki 'cantolan' isu,  mengungkap data dan fakta, memiliki nilai kebaruan, menawarkan solusi atau gagasan, dan supaya lebih berpeluang dimuat adalah 80 persen bersifat orisinil. 

Nurulloh juga memberikan beberapa tips yang perlu dihindari dalam menulis; pertama tidak terpaku dalam menentukan dan memilih judul di permukaan. 

"Hal ini dapat membuat waktu terbuang sia-sia dan bahkan menyebabkan penulis susah dalam mengembangkan ide dan alur cerita", tegasnya. 

Kedua, menulis atau mengedit di kepala. Hal ini, katanya, dapat mengaburkan alur cerita hingga menemukan stagnasi dalam melanjutkan cerita. 

Ketiga, membaca berulang kali sebelum selesai. "Menulis bukanlah melukis yang seringkali perlu memperhatikan sudut pandangan. Tulis sampai selesai", imbuhnya. 

Keempat, tidak terpaku dengan buku atau penulis idola. Nurulloh mengingatkan hal ini dapat mengakibatkan konten yang dibuat tidak memiliki nilai tambah atau keunikan karena terlalu mengadopsi dari bacaan atau penulis favorit. 

Di akhir presentasinya, Nurulloh mengingatkan pentingnya seorang penulis memperhatikan etika dalam menulis. Penggunaan diksi yang tidak etis harus dihindari termasuk menyebarkan berita hoax. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun