Mohon tunggu...
Hadiyan
Hadiyan Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar Universitas Muhammadiyah Jakarta Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam

Minat pada Studi Islam dan Sosial

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Filosofi Jenjang Pendidikan

23 Juli 2022   06:30 Diperbarui: 10 November 2022   11:06 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Profesor Ahmad Mubarok, Ketua Senat Akademik Universitas Islam al-Syafi'iyyah (UIA), saat acara Pengukuhan Guru Besar Prof. Dr. Daud Rasyid, MA, dan Penganugerahan Guru Besar Kehormatan Prof. (H.C) Zainulbahar Noor, M.Ec., di Kampus UIA, 20 Juli 2022, menyampaikan hal menarik tentang jenjang pendidikan yang dikenal dengan Strata Satu (S1), Strata Dua (S2), dan Strata Tiga (S3). Menurutnya, seseorang yang sedang menempuh jenjang pendidikan S1 adalah rajulun yata'allamu (orang yang belajar), pada jenjang pendidikan S2 adalah rajulun yatahaqqaqu (orang yang mencari kebenaran), sementara pada jenjang S3 adalah rajulun yajtahidu (orang yang 'menemukan' kebenaran).

Tiga ungkapan ini menarik; pada jenjang S1 atau Sarjana, seorang mahasiswa dalam posisi belajar yang boleh jadi hasilnya banyak kekurangan. Skripsi sebagai karya ilmiah untuk jenjang pendidikan ini, sangat mungkin pembahasannya kurang mendalam, oleh karena mahasiswa, misalnya, 'hanya' mengoleksi teori-teori dari bidang keilmuan yang diminatinya.  Pada jenjang ini, mahasiswa didorong untuk belajar dan mampu berfikir ilmiah, sistematis, objektif, dan rasional. Bila karya ilmiahnya mengandung tiga kata kunci terakhir ini, yang bersangkutan secara filosofis adalah sungguh seorang Sarjana. Pada jenjang S2 atau Magister, seorang mahasiswa dalam posisi mencari kebenaran. Maksud 'mencari' adalah usaha yang penuh kesungguhan mengkaji suatu objek penelitian. Cara berfikir ilmiah (sistematis, objektif, dan rasional) adalah bekal usahanya untuk mencari kebenaran yang hendak ditemukannya. Istilah 'kebenaran' itu sendiri merujuk kepada hasil pengkajiannya yang mendalam pada suatu bidang ilmu. Hasil pengkajiannya ini, meski seoyogyanya mendalam, namun belum merupakan sesuatu yang baru sekali. Pada jenjang S3 atau Doktor, seseorang dianggap telah 'menemukan' kebenaran. Ikhtiarnya mengkaji suatu objek penelitian menghasilkan sesuatu yang baru, di mana orang lain belum melakukan dan belum menemukan. Seorang Doktor berijtihad dalam pengertian berusaha sekuat tenaga menemukan sesuatu yang dapat disumbangkannya pada dunia keilmuan dan kemanusiaan.

Filosofi jenjang pendidikan 'versi' Profesor Ahmad Mubarak sangat penting karena filosofi tersebut menggambarkan ikhtiar keilmuan yang berkesinambungan --mempelajari, mencari, dan menemukan--yang seyogyanya harus dilakukan terus oleh sivitas akademika semua perguruan tinggi, terutama seorang dosen sebagai seorang peneliti.

Wallahu a'lam.. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun