Mohon tunggu...
Hadiyah Marowati
Hadiyah Marowati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Buruh pabrik

Lulusan SMA yang gemar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Batik Superhero Indonesia (Eps.1)

1 Oktober 2012   15:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:24 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

-Singapura-

Jam dinding besar di gedung riset Singapura berdentang sebelas kali. Kegelapan malam melarutkan perseturuan Hafid dan Galih dalam perkelahian sengit di atap gedung berlantai 7. Hafid memutuskan keluar dari tim riset ilmuwan karena tidak sepaham bila "Partikel H" temuannya dijadikan senjata. Hafid hendak kabur dan pulang ke Indonesia. Tapi Galih menghalanginya.

Galih membujuk Hafid bergabung kembali dan lanjutkan riset. Tapi Hafid bersikukuh menolak. Baku hantam tak terelakan. Hafid mengepal geram. Sekuat tenaga ia meninju wajah Galih. Galih oleng dengan wajah lebam dan bibir berdarah.

Galih balik menyerang. Pukulan dan tendangan beradu. Keringat bercampur darah membasahi pakaian keduanya.

Hafid meletakan sebutir arang karbon di tangannya. Arang seukuran kelereng itu membara dan menjelma bola api yang berkobar-kobar. Dilemparkannya bola api itu ke arah Galih. Galih berhasil menghindar. Kobaran api membakar sebagian atap. Galih berkonsentrasi dengan sebulir embun di gengamannya. Sesaat kemudian air memancar dari tangannya yang bersarung tangan. Galih memadamkan api dengan air yang memancar dari tangannya.

Hafid meloncat ke gedung lainnya. Berlari kencang menuju gerbang. Sembari berlari Hafid menekan keypad ponselnya. Dia aktifkan kiriman pesan otomatis pada sistem komputer via ponsel. Pesan itu berupa video call kepada keluarganya di Indonesia. **

-Jakarta-

Ponsel  berdering. Anjar bergegas mengangkatnya.

"Assalamu'alaikum," sapa Anjar.

"Walaikumsalam, Nak. Kamu sehat kan?" jawab Hafid.

"Alhamdulillah sehat,  Pa. Gimana kabar Papa? Kami kangen Papa."

"Sehat. Mana Mamamu?"

Anjar  memberikan ponsel pada Mamanya.

Hafid meminta Cindy (istrinya) membawa Anjar ke laboraturium bawah tanah. Di lab Cindy melakukan ujicoba penyuntikan serum partikel H sesuai arahan Hafid. Anjar menurut.

Hafid menjadikan serum Anjar sebagai katalis partikel H. Anjar pengidap hemofilia sehingga butuh serum darah agar bisa hidup normal.

**

Cindy menyuntikkan serum ke lengan Anjar. Anjar mengigit bibir menahan nyeri di lengannya. Suntikan kali ini terasa lebih menyakitkan dari biasanya. Serum menyebar cepat ke seluruh pembuluh darah di tubuh Anjar.

Selanjutnya, Cindy menyalakan lampu inframerah. Tubuh Anjar mengejang seperti tersengat aliran listrik. Cindy cemas dan panik, dia berusaha menghentikan proses itu. Tapi penyinaran tak bisa dihentikan karena telah dikendalikan dari jarak jauh oleh Hafid.

Penyinaran berhenti. Cindy memeluk Anjar. Hafid menenangkan Cindy dan memintanya aktifkan ulang penyinaran. Cindy menolak.

Hafid membentak Cindy, tapi Cindy tak mau melepas pelukannya. Hafid mengaktifkan mesin penyinaran dari jarak jauh. Cindy terpental terkena sengatan listrik. Dia jatuh menimpa meja kecil di samping ranjang dan pingsan. Baskom dan alat suntik yang semula di atas meja jatuh berantakan di sekitarnya. **

Penyinaran selesai. Dengan tubuh masih lemas, Anjar turun dari ranjang mendekati Cindy yang terbaring di lantai. Hati-hati Anjar mencabut jarum suntik yang tertancap di lengan Cindy.

"Mama, bangun Ma." Anjar menguncangkan tubuh Cindy.

Cindy membuka mata dan langsung memeluk Anjar.

"Maafkan Papa, telah membuatmu kesakitan. Dan ada sebuah tugas penting untukmu, Nak." kata Hafid sambil menghapus setetes air di sudut matanya.

"Mama, tolong ambilkan koper di lemari pratikum. Di dalamnya ada kostum untuk Anjar." lanjut Hafid.

Cindy mengambil koper itu dan membukanya di depan Anjar. Koper itu berisi sebuah hoodie atau jaket bertudung berwarna biru dan sepasang sepatu booth. Tertera sulaman benang metalik kata "Semangat" di dada dan punggung jaket.

Anjar membuka resleting hoodie. Bagian dalam hoodie bermotif batik warna krem. Rupanya itu hoodie 2in1 alias hoodie dua motif.

"Pakai kostum Batikmu, Anjar." kata Hafid.

"Aktifkan inframerahnya." lanjut Hafid.

Anjar menuruti intruksi Hafid. Motif batik yang semula kawung berubah motif menjadi motif paranggeni atau karang api.

**

Pada bagian bawah hoodie muncul bawahan berupa kain batik sebatas lutut dipadu celana panjang hitam yang menyatu dengan sepatu booth. Pada bagian tudung muncul masker yang menutup muka Anjar hingga hanya terlihat matanya.

Pada bagian lengan muncul pelindung siku dan sarung tangan. Di bagian dada muncul gambar bintang dengan kata BATIK di tengahnya.

"Wow! Kostum keren! Tapi, tugas apa yang harus kukerjakan dengan kostum ini?" tanya Anjar.

"Jadilah superhero pembela kebenaran. Bantu Papa memerangi monster yang mengancam kelestarian Bumi." jawab Hafid.

"Monster apa Pa? Dan mustahil Anjar menjadi superhero. Jangankan berkelahi, terbentur saja  Anjar sudah kesakitan?" Cindy memberondong Hafid dengan pertanyaan.

"Kostum itu akan melindungi Anjar dari berbagai benturan. Kostum itu telah bersinergi dengan partikel H yang membuat Anjar kebal senjata. Partikel H memiliki kemampuan mengikat partikel di udara menjadi senjata yang bisa digunakan pengendalinya. Senjata bisa berupa bola, cemeti, semburan, pusaran ataupun tembakan yang terbentuk dari api, air, angin dan debu."jelas Hafid.

"Papa telah menyediakan stimulasi beladiri virtual sebagai latihan Anjar. Selalu gunakan kostum batik saat latihan untuk menghindari cidera " lanjut Hafid.

"Lalu monster apa yang harus dihadapi?" tanya Anjar.

"Monster berwujud manusia yang menyalahgunakan partikel H untuk kejahatan." jawab Hafid.

"Ketahuilah, monster itu berencana memanfaatkan partikel H untuk menciptakan kloning planet Bumi. Rencana konyol yang diprediksi akan menciptakan lubang hitam yang akan memusnahkan Bumi." lanjut Hafid.

Hafid menghela napas. Dia memalingkan muka sejenak, menghapus embun yang hampir menetes di sudut matanya. Lalu tersenyum dengan mata memerah.

"Anjar, Papa titip Mama ya. Papa akan berusaha sekuat tenaga melawan monster itu di sini. Oh ya, kapan liburan sekolah?"

"Bulan depan, Papa." jawab Anjar.

"Mama, Papa minta usai kenaikan kelas  XI SMA nanti ajak Anjar pindah ke Kutoarjo, kota kelahiranku. Agar Anjar bisa melanjutkan SMA di SMANDA. Bila tak ada halangan Papa akan segera menyusul." kata Hafid. "Anjar, berlatihlah dengan tekun. Persiapkan dirimu melawan para monster yang mulai bergerak di Kutoarjo." lanjut Hafid.

"Terakhir, maafkan Papa. Jaga dirimu dan Mama. Papa sayang kalian. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...." sambungan video call terputus.

**

-Singapura-

Sementara itu, Hafid masih berlari di atap gedung riset Singapura. Tangannya sibuk menekan keypad ponsel untuk menyusupkan virus ke database "riset partikel H". Dia berniat menghapus data tentang partikel H agar tidak disalahgunakan.

Virus berhasil menyusup dan menyerang database dengan cepat. Data tentang partikel H perlahan melebur dan menghilang dari database.

Helios, sang pimpinan riset mendeteksi keberadaan virus itu. Helios bergegas menemui Amarah dan Ceria. Keduanya adalah mantan hacker yang bekerja sebagai pengaman database.

Amarah dan Ceria sedang sibuk menghalau virus. Tangannya bergerak cepat memainkan keyboard dan tetikus. Matanya tak lepas menatap deretan huruf dan simbol di layar komputer.

Namun, virus menyerang lebih agresif. Virus berhasil dilumpuhkan tapi lebih dari separuh database terhapus.

"Berapa persen database yang terselamatkan?" tanya Helios.

"Maaf Pak, hanya 30% database yang terselamatkan. Virus terlalu agresif." jawab Ceria.

"Hanya 30%? Dasar hacker amatir, kerja tak becus! Kemasi barang kalian dan keluar dari kantorku sekarang! Kalian dipecat!" bentak Helios.

"Tapi Pak, kami..." Ceria membela diri.

"Keluar! Dasar manusia bodoh, anakku balita saja jauh lebih baik dari kalian." Helios menunjuk pintu.

Amarah meninju layar komputer hingga pecah lalu mengandeng Ceria keluar kantor.

"Amar, lepaskan! Tanganku sakit."protes Ceria.

"Maaf." Amarah melepas tangan Ceria.

"Hore! Kita bebas dari belenggu Helios. Saatnya bersenang-senang. Eh, kamu dengar tadi Helios berkata tentang anaknya? Memangnya dia sudah menikah?"kata Ceria.

"Entahlah, yang jelas dia harus dapat balasan atas penghinaan ini. Akan kubongkar semua aibnya." kata Amarah geram.

"Sudahlah Amar, jangan buang energi dengan marah-marah lagi. Simpan energimu untuk menggarap

Helios. Itu lebih menyenangkan." Ceria menyeringai. Amarah juga menyeringai.

Sementara itu di kantor, Helios sibuk dengan komputernya. Dia mengatur ulang konfigurasi sandi database. Helios meletakkan tetikus, lalu merogoh ponsel di saku jasnya.

"Tangkap dua hacker itu dan bawa ke lab!" perintah Helios di telepon.

Sebuah mobil van hitam berhenti di hadapan Amarah dan Ceria. Beberapa orang berpakaian serba hitam dan berhelm memaksa keduanya masuk ke mobil. Karena melawan keduanya dilumpuhkan dengan sengatan listrik hingga pingsan. Mobil melaju ke laboraturium rahasia Helios. **

Hafid masih berlari di atap gedung. Satu lompatan lagi ia dapat keluar dari kompleks gedung riset. Hafid memasang kuda-kuda dan bersiap melompati tembok. Sekuat tenaga Hafid melompat.

Tendangan Galih membuat Hafid terpelanting dan jatuh di atap. Perkelahian Hafid dan Galih berlanjut. Mendadak Galih tergelincir dari atap. Reflek Hafid mengulurkan tangan dan menahan Galih agar tidak jatuh.

Hafid memegang lengan kiri Galih erat-erat. Sekuat tenaga Hafid menarik Galih kembali ke atap. Sedangkan Galih tampak kesakitan menahan nyeri di kakinya yang berdarah-darah.

Tiba-tiba seberkas sinar laser menembus dada kiri Hafid. Darah muncrat dari mulut Hafid. Tubuh Hafid limbung dan jatuh merosot dari atap. Kini, keduanya bergelantungan di tepian atap.

Tangan kanan Galih masih berpegangan pada tepian atap. Tangan kirinya memegangi lengan Hafid yang lunglai.

"Bertahanlah Hafid." kata Galih.

Galih tak kuasa menahan tubuh Hafid lebih lama. Pegangan tangan kirinya terlepas. Gravitasi menarik Hafid ke pangkuan bumi. Hafid terlelap dalam pelukan kegelapan abadi. Berselimut merah darah. **

** -Singapura-

Galih melepas masker penutup mukanya. Dengan tertatih ia melangkah menjauh dari meja. Di atas meja, tubuh Hafid terbujur kaku usai di otopsi.

Galih mengetik laporan otopsi di PC tabletnya. Dia mengubah penyebab kematian Hafid yang semula karena gagal jantung menjadi pendarahan otak akibat trauma hebat di kepala. Galih juga menambahkan kalimat yang menyatakan bahwa Hafid terpapar radioaktif sehingga harus dikremasi.

"Lapor Pak, petimati dan jas telah tersedia Pak." kata seorang petugas.

"Simpan saja jas itu. Ridwan, Faiq, siapkan kain kafan! Hafid berhak mendapat penghormatan terakhir sebagai seorang muslim." perintah Galih.

"Baik, Pak." sahut Ridwan dan Faiq serempak.

"Faiq, tolong kamu mengimami shalat jenazah Hafid." pinta Galih. **

1350660126709916002
1350660126709916002

Bersambung….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun