Mohon tunggu...
Hadiyah Marowati
Hadiyah Marowati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Buruh pabrik

Lulusan SMA yang gemar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kobaran Api Kedengkian di Pulau Wyrn

21 September 2014   09:55 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:03 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kobaran Api Kedengkian di Pulau Wyrn

-Kenangan Pahit di Ladang Tebu-



Rafa tidak percaya adanya reinkarnasi. Ia juga tidak sepenuhnya percaya pada perkataan makhluk bernama Dewa Thurqk tentang definisi alam kematian yang sedang dialaminya. Ia tak tergiur dengan iming-iming terlahir kembali yang dijanjikan bagi pemenang turnamen. Karena Rafa berkeyakinan dirinya masih hidup.

“Apa tujuan turnamen ini? Pamer kesadisan?” tanya Rafa kepada Hvyt yang membawanya.

Kepakan sayap hitam Hvyt bertambah kencang. Hvyt makin membumbung tinggi. Terbang menembus gumpalan awan Nanthara Island. Dari ketinggian, Rafa dapat menyaksikan gugusan kepulauan yang mengambang di lautan semerah darah.

“Lakukan saja perintah Tuan Thurqk. Selesaikan pertarungan dan jadilah pemenang,” sahut Hvyt cuek. “Tunjukkan segala kemampuanmu agar kau pantas dipertahankan! Oh ya, jika beruntung, kau akan bertemu istrimu di pulau Wyrn,” lanjut Hvyt seraya melepas cengkramannya dari tubuh Rafa.

Sontak, Rafa terkejut. Ia terombang-ambing di udara. Rafa berusaha menstabilkan posisinya. Gravitasi membuat Rafa meluncur ke Bumi dengan kecepatan tinggi.

Desingan angin membuat telinganya berdenging. Rafa mengunakan tudung hoodie untuk melindungi kepalanya.

Hvyt melesat menyusul Rafa. Ia mensejajari posisi Rafa. “Lumuri pedangmu dengan darah! Aku takkan menjemputmu tanpa itu. Selamat bertarung!” kata Hvyt.

Kemudian Hvyt kembali membumbung tinggi. Meninggalkan Rafa yang sedang dipermainkan angin. Tanpa buang waktu, Rafa membuka parasutnya. Ketinggiannya saat ini tak memungkinkan untuk berlama-lama melayang di udara.

Tumpukan jerami di area persawahan menjadi zona pendaratan yang dipilih Rafa. Ia mendarat dengan cukup mulus meskipun sempat jatuh berguling di atas tumpukan jerami. Bergegas ia menggulungdan memasukkan parasutnya ke kantong belakang hoodie.

Gemerisik daun tebu yang bergesekan menyambut kedatangan Rafa di pulau Wyrn. Rafa bangkit sambil mengibaskan jerami yang mengotori pakaiannya. Ia menghirup udara. Merasakan hawa yang sangat akrab dengannya, hawa sejuk pedesaan. Aroma tanah bercampur rumput mengingatkannya pada tempat ia dibesarkan. Tepatnya di sebuah desa bernama Sruweng di kabupaten Kebumen.

Sepintas, pemandangan di hadapannya terlihat serupa kampung halamannya. Hamparan sawah, kebun sayuran, ladang tebu, aliran sungai, dan perkampungan penduduk.

“Krasak!” suara batang tebu yang roboh membuat Rafa menoleh. Satu per satu batang tebu roboh ditebas seseorang. Agak ragu, Rafa melangkah membelah rerimbunan batang tebu. Tangan kanannya mengenggam gagang pedang.

Rafa terbelalak. Ia menyaksikan dirinya sedang berkelahi dengan seorang preman. Keduanya baku hantam di tengah ladang tebu. Kejadian yang sama persis dengan peristiwa sore itu, 8tahun lalu.

Sebuah perkelahian di ladang tebu. Ketika ia masih berseragam abu-abu. Ia dan Bambang terlibat perkelahian dengan seorang preman bernama Eko. Awalnya, Rafa hanya bermaksud membela Bambang yang sedang dipukuli oleh Eko. Tapi mendadak Rafa kehilangan kendali dan menghajar Eko hingga tewas.

Rafa sempat pingsan usai membunuh Eko. Ia masih belum sanggup mengendalikan kemampuannya saat itu. Dan ketika sadar, ia melihat tangan Bambang berlumuran darah. Kepada Rafa, Bambang mengaku bahwa dirinya yang membunuh Eko bukan Rafa.

Rafa sempat mengajak Bambang kabur keluar kota. Namun Bambang malah menyerahkan diri dan mengakui perbuatannya kepada polisi. Bambang rela meringkuk di penjara demi melindungi Rafa. Sebagai imbalannya, Ayah Rafa memberikan sejumlah uang santunan kepada keluarga Bambang.

Kasus pembunuhan itu terselesaikan dengan menjadikan Bambang sebagai kambing hitam. Rafa terbebas dari segala tuduhan. Kemudian Rafa diboyong ke Jakarta bersamaan dengan pelantikan Ayahnya sebagai pejabat di pusat pemerintahan.

Meskipun terbebas dari segala jerat hukum, tapi Rafa tak dapat memungkiri rasa bersalahnya. Ia belum bisa memaafkan dirinya atas tindakan kriminal yang telah ia lakukan. Ia tak mampu bersembunyi dari rahasia kelam masa lalunya.

Rafa tersentak ketika seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Hanya kegelapan yang terbaca olehnya. Tak ada kilasan memori yang dapat ia baca dari orang itu. Nyaris serupa saat ia mencoba membaca pikiran Hvyt.

Pemandangan adegan perkelahian di hadapannya juga sirna. Tanpa bekas. Rumpun tebu tampak masih tegak. Sepertinya Rafa mengalami halusinasi.

Rafa membalikkan badan. Ia mendapati seorang gadis berdiri di depannya. Gadis itu membawa bakul berisi tebu sunduk. Yaitu potongan tebu kupas yang ditusuk kulit batang tebu. Jajanan lawas yang pernah ia nikmati sewaktu di desa.

“Hai, selamat datang di pulau Wyrn. Ini untukmu, peserta terakhir,” sapa gadis itu seraya memberikan seikat tebu sunduk berisi 5 potong tebu.

“Siapa kamu? Apa kamu peserta juga?” sahut Rafa.

“Haruna. Anggap saja aku penghuni pulau ini,” jawab gadis itu.

“Oh. Tadi kamu bilang aku peserta terakhir, di mana yang lainnya?” kata Rafa.

“Mereka ada di perkampungan, 3 orang. Sedangkan 3 orang berada di hutan pinus. Shiren sedang menjemput peserta yang ada di hutan,” jelas Haruna.

“Shiren? Mungkinkah?” gumam Rafa.

“Ya, Shiren, istrimu memang ada di sini. Temui dia sebelum terlambat, karena…” kata Haruna.

Belum selesai Haruna bicara, Rafa telah berlari menuju hutan pinus. Masa bodoh dengan penjelasan Haruna. Ia tak peduli apapun selain segera menyelamatkan Shiren.

***

-Hantu Berjubah Pengincar Nyawa-

Di dalam hutan yang ditumbuhi pohon pinus, seorang pemuda berkemeja putih berlari dari kejaran sesosok hantu berjubah. Ia menjerit ketakutan. Berulangkali ia jatuh terjungkal. Kemejanya basah oleh keringat dan celana coklatnya belepotan lumpur.

Pemuda itu bernama Noumi Shu. Seharusnya ia bisa melenyapkan hantu berjubah dengan kekuatan void-nya. Tapi ketakutan telanjur menguasainya. Ia tak mampu mengendalikan void saat dirinya kalut.

Shu mengidap skizofrenia yang membuat kenyataan dan khayalannya melebur jadi satu. Kekuatan void takkan bekerja jika hantu yang dihadapinya hanya khayalan. Hantu itu takkan lenyap dan akan terus mengejar dirinya.

Namun Shu bisa merasakan yang dialaminya nyata. Kakinya nyeri karena terkilir. Kulitnya lecet dan terasa perih akibat terkoyak rerantingan pohon dan duri.

Pikiran dan perasaan Shu berkecamuk. Saling berbantahan dan menyangkal eksistensinya. Nyata dan khayal melebur. Tiada pembeda dan pembatas. Shu kehilangan pijakan. Ia terhisap dalam pusaran kegelapan. Ia jatuh pingsan.

Seberkas sinar melintasi Shu. Sinar laser itu ditembakkan Rafa untuk menghalau hantu berjubah. Hantu itu bergeming. Sinar laser menembus tubuhnya yang melayang di udara. Tak tersentuh sama sekali. Hantu itu bagai jubah hitam kusam tanpa badan. Tak berwajah, hanya sepasang mata dan mulutnya yang bersinar kuning. Sepasang lengan dengan cakar tajam menyembul dari balik jubahnya.

Rafa merangsek maju. Ia mengayunkan pedangnya ke tubuh hantu berjubah. Tebasan pedang Rafa menembus hantu itu. Rafa malah terpelanting terkena tepisan lengan hantu berjubah. Tubuhnya membentur pohon pinus. Ia jatuh terjerembab mencium tanah.

Rafa bergegas bangkit. Ia melecutkan cambuk api dari pedangnya.

Hantu berjubah terlilit kobaran api. Dalam sekejab tubuhnya terbakar dan berubah menjadi abu. Menyisakan lengkingan menyeramkan dan kepulan asap tipis berbau belerang.

Rafa menghela napas lega. Ia kembali menyarungkan pedangnya. Kemudian ia melangkah menghampiri Shu yang tergeletak di tanah.

“Hei, gimana keadaanmu? Apa hantu itu melukaimu?” Rafa menepuk pipi dan menguncangkan badan Shu berulangkali.

Shu siuman. Ketakutan masih menguasainya. “Tolong aku, hantu…hantu berjubah itu akan membunuhku!” jerit Shu sambil menutupi wajahnya dengan tangan.

“Tenanglah, hantu itu sudah musnah,” kata Rafa. Ingatan Shu terbaca oleh Rafa. Sehingga Rafa mengetahui bahwa Shu sempat bertemu Shiren sebelum hantu berjubah itu mengejar Shu.

Dalam memori Shu, Rafa melihat jika Shiren juga memberi Shu seikat tebu sunduk. Lalu munculah 2 sosok hantu berjubah. Sesosok berjubah putih dan satunya berjubah hitam. Shu malah melarikan diri dan membiarkan Shiren berhadapan dengan hantu berjubah putih sendirian.

Rasa kasihan terhadap Shu lenyap. Berganti perasaan marah dan kecewa di hati Rafa. Ia tak habis pikir jika Shu tega meninggalkan Shiren dalam marabahaya demi keselamatannya sendiri.

“Dasar pengecut!” maki Rafa sambil beranjak meninggalkan Shu. Ia berlari menuju tempat Shiren berada. Perasaan Rafa berkecamuk. Ia sangat mencemaskan keadaan Shiren. Ia mempercepat ayunan kakinya. Berharap belum terlambat untuk menyelamatkan Shiren dari hantu berjubah putih.

Dari kejauhan, Rafa menyaksikan seorang pendekar samurai sedang bertarung dengan hantu berjubah putih. Sepasang pedang beradu dengan tajamnya cakar. Sesekali hantu berjubah putih itu menghajar pendekar samurai dengan sihir.

Pendekar samurai itu bernama Petra Arcadia. Seorang Gilgamesh tersohor. Ahli pedang dan petarung yang handal. Salah seorang peserta lain nan tangguh.

Rafa juga melihat Shiren sedang bersembunyi di balik pohon. Ia bergegas menghampiri Shiren dan langsung memeluknya erat-erat. Namun Shiren meronta dalam pelukan Rafa. Ia mendorong Rafa menjauh darinya.

“Jangan sentuh aku, sebelum kau berhasil mengalahkan hantu berjubah itu!” ketus Shiren.

“Hei, ada apa denganmu? Ayo kita pergi dari sini. Biarkan pendekar samurai itu yang menghadapinya!” Rafa meraih tangan Shiren.

Shiren menepis tangan Rafa. “Pergilah! Aku lebih baik di sini daripada bersama pengecut sepertimu,” cibir Shiren.

“Di sini berbahaya, Shiren!” tegas Rafa sambil mencengkram lengan Shiren.

“Apa kau takut? Memalukan! Ternyata suamiku seorang penakut. Sepertinya aku harus mengabdikan diri pada pendekar samurai itu demi membalas budi. Aku berhutang nyawa padanya.” Shiren melepas cengkraman tangan Rafa.

Wajah Rafa memerah. Perkataan Shiren menyulut kecemburuan dalam hatinya. “Berlindunglah, akan kuhabisi hantu berjubah itu untukmu!”

Rafa merangsek maju. Ia melancarkan serangan membabi buta baik dengan tebasan pedang, tembakan laser ataupun lecutan api. Tapi serangannya seakan sia-sia. Tenaganya terasa terserap oleh hantu berjubah putih.

“Semakin kau menyerangnya maka Deismo akan semakin kuat,” cegah Petra. “dia menyerap energimu dan membalikkannya. Diamlah, biar Orb-ku bekerja!” Petra melontarkan sepasang shape shiffer orb ke arah Deismo. Berwujud sepasang bola berigi tajam yang melayang di udara. Melesat dan menghajar Deismo tanpa ampun.

Deismo tampak kewalahan. Gerakannya tak terkendali dibarengi suara eraman yang menakutkan. Sebuah suara lengkingan terdengar dari kejauhan. Deismo merespon lengkingan tersebut dengan suara serupa, lalu bergegas pergi meninggalkan tempat itu. Sosok Deismo melesat terbawa oleh tiupan angin. Lenyap dari hadapan Rafa dan Petra.

Shiren keluar dari persembunyian. Ia berlari menghampiri Rafa. “Terima kasih, Petra. Tanpa pertolonganmu mungkin aku sudah tewas oleh hantu berjubah itu,” kata Shiren.

“Sudah kewajibanku. Apa kau penghuni pulau ini, Nona?” sahut Petra.

“Begitulah, aku tertahan di pulau ini sampai suamiku berhasil memenangkan turnamen ini. Nasibku kurang beruntung,” ujar Shiren.

“Aku tak bermaksud melibatkanmu, Shiren. Aku juga terpaksa mengikuti permainan Thurqk,” kilah Rafa.

“Aku tak butuh penjelasan apapun. Yang terpenting, kau selesaikan turnamen, menang dan kita bebas dari cengkraman Thurqk. Sebaiknya kita ke pemukiman. Menyusun rencana untuk menyelesaikan ronde kali ini,” jelas Shiren.

Shiren berdiri di samping Rafa. Ia mendekatkan wajahnya ke telinga Rafa dan berbisik, “jangan kecewakan aku lagi. Nasibku berada di tanganmu.”

***

Bersambung….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun