Mohon tunggu...
Hadiva Nur Fauziyyah
Hadiva Nur Fauziyyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UMJ

Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Body Shaming: Penyebab Hancurnya Rasa Percaya Diri dan Kesehatan Mental

19 Januari 2024   08:53 Diperbarui: 19 Januari 2024   09:00 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Body shaming adalah isu yang semakin lazim di masyarakat saat ini. Bentuknya bisa bermacam-macam, mulai dari komentar negatif tentang penampilan seseorang hingga intimidasi dan ejekan dari teman sebaya atau anggota keluarga. Body shaming dapat berdampak besar pada kepercayaan diri dan kesehatan mental seseorang, sehingga menimbulkan perasaan malu, cemas, dan depresi. Penyebab dan dampak body shaming terhadap kepercayaan diri dan kesehatan mental, peran media dalam melanggengkan body shaming, dan strategi untuk mengatasi dan mencegah perilaku berbahaya ini.

Perkembangan teknologi dan media sosial memberikan dampak yang besar terhadap cara kita memandang tubuh dan penampilan. Sayangnya, fenomena body shaming semakin meningkat di era digital ini. Body shaming adalah tindakan merendahkan atau menjatuhkan seseorang berdasarkan penampilan fisiknya. Fenomena ini tidak hanya memiliki pengaruh negatif terhadap rasa percaya diri seseorang, tetapi juga dapat merusak kesehatan mental secara keseluruhan.

Rasa percaya diri merupakan bagian penting dari kesehatan mental yang baik. Ketika seseorang mengalami body shaming, mereka dapat merasa malu, minder, dan merasa tidak layak diterima. Komentar-komentar yang meremehkan tentang bentuk tubuh, berat badan, atau penampilan fisik secara umum dapat merusak kepercayaan diri seseorang. Mereka mungkin mulai meragukan nilai dan keindahan diri mereka sendiri, bahkan hingga mengarah pada gangguan makan, depresi, atau kecemasan.

Dampak lain nya ada self-objectification adalah menurunnya aspek psikologis dalam diri seseorang. Seseorang yang mendapatkan perlakuan body shaming bisa jadi mengalami penurunan motivasi untuk melakukan sesuatu. Akibatnya, ia akan merasa tidak berharga yang selanjutnya apabila hal itu berlangsung terus-menerus akan berujung pada perasaan putus asa. Tidak jarang, rasa putus asa ini memunculkan pemikiran bunuh diri pada seseorang

Sekarang, dengan media sosial, ekspektasi tentang bagaimana tubuh yang "ideal" seakan ditetapkan oleh standar yang tidak realistis. Foto-foto yang diedit atau diproses secara digital, tubuh-tubuh yang sempurna yang dipromosikan oleh selebritas dan influencer, semuanya menimbulkan tekanan pada individu untuk mencapai bentuk tubuh yang tidak realistis tersebut. Dan itu menjadi pemicu terjadinya body shaming.

Body shaming tidak hanya bersifat individu, tetapi juga terjadi dalam lingkungan sosial. Kita sering kali melihat kasus-kasus di mana suatu kelompok masyarakat mengejek atau membatasi penampilan fisik individu yang berbeda dari norma. Perbedaan berat badan, bentuk tubuh, ras, atau disabilitas sering menjadi sasaran body shaming yang menyedihkan. Tindakan seperti ini tidak hanya merusak rasa percaya diri individu tersebut, tetapi juga menghancurkan rasa keberagaman dan inklusi dalam masyarakat.

Untuk mengatasi dampak negatif body shaming terhadap rasa percaya diri dan kesehatan mental, langkah-langkah harus diambil baik dari level individu maupun dari masyarakat secara keseluruhan. Pertama, penting untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menghormati keunikan dan keragaman bentuk tubuh. Masyarakat harus memahami bahwa setiap individu berhak dicintai, diterima, dan dihormati, tidak peduli bagaimana penampilan fisik mereka.

Menurut Santrok dalam (Utami et al., 2023) harga diri (self esteem) merupakan cara seseorang dan mengevaluasi diri  serta membandingkan  konsep  diri  yang  ideal  dimana  seseorang  menginginkan  dirinya berada dalam suatu kondisi yang diharapkan (ideal self) dengan konsep diri yang sebenarnya yakni kondisi sebenarnya individu saat ini (self real).

Selain itu menurut Coopersmithh dalam Komarudin Hidayat dan Khoerudin Bachsori seseorang dapat memiliki self esteem yang tinggi jika konsep diri yang diharapkan nya (ideal self) sesuai dengan kondisi yang sedang dialami saat  ini  (real  self  )  begitupun  sebaliknya.  Harga  diri seseorang  merupakan  hasil  evaluasi terhadap dirinya sendiri yang diungkapkan ke dalam sikap terhadap dirinya sendiri. Self esteem seseorang  dapat  dilihat dari  kemampuannya  dalam  menerima  dirinya,  berarti,  berhasil, berharga, serta meyakini seberapa besar dirinya mampu berdasarkan kemampuan yang dimiliki dirinya.

Selanjutnya, para influencer dan selebritas juga memiliki peran yang besar dalam memerangi fenomena body shaming ini. Dalam menghadapkan diri mereka pada khalayak, mereka dapat mempromosikan pesan positif tentang penerimaan diri, self-love, dan keberagaman. Pemilihan model dengan bentuk tubuh yang beragam juga dapat menjadi langkah penting untuk menunjukkan bahwa kecantikan ada dalam berbagai bentuk dan ukuran.

Yang tidak kalah pentingnya adalah sebagai individu, kita juga memiliki tanggung jawab untuk berhenti memperkuat stereotype tentang bentuk tubuh atau penampilan fisik. Kita harus belajar untuk menghargai keberagaman dan mencintai diri sendiri apa adanya. Hindari mengomentari atau mengejek penampilan orang lain, dan bertindaklah sebagai pembela dalam masyarakat yang membangun kepercayaan diri dan rasa saling menghormati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun