Lebih spesifik lagi, rohmah itu adalah bentuk belas kasih yang bersifat mutlak tanpa membedakan apakah diungkapkan dengan cara yang menyakiti orang yang disayangi ataukah dengan cara yang tidak menyakiti orang yang disayangi. Ini yang membedakan dengan ro'fah, karena ro'fah itu adalah belas kasih yang diungkapkan dengan cara yang tidak menyakiti orang yang disayangi. Al-'Askari berkata (al-Fariiq al-Lughawiyah : h. 246 - 247) ;
"Ro'fah lebih kuat daripada rohmah dari sisi kaifiyyah karena ro'fah itu memberikan nikmat yang bebas dari rasa sakit, sementara rohmah adalah bentuk memberikan nikmat secara mutlak yang kadang disertai ketidaksukaan (dari orang yang disayangi) dan rasa sakit untuk kebaikan"
Jadi bagi orang yang beriman, tragedi adalah keniscayaan sepaket dengan desain kehidupan yang bekerja dengan landasan mekanisme deterministic sebab-akibat. Pada akhirnya, pemahaman orang yang beriman tersebut hanya bisa direkonsiliasi, difahami sepenuhnya bila kita menyakini kehidupan itu ada tujuannya, ada maksudnya, tak sia-sia. Bahwa kehidupan itu persis kalimat Istirja'; Â innalillahi wa Inna ilaihi roji'un. Dengan demikian "Tragedi" merupakan peringatan yang berguna bagi manusia itu sendiri, yakni berguna sebagai; Â Peringan pelipur duka dan menumbuhkan rasa welas asih manusia pada dunia diluar dirinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H