Banyak dari senator yang khawatir bahwa Caesar akan terlalu berkuasa sehingga mengancam stabilitas Republik Romawi atau bahkan keselamatan mereka sendiri jika ada yang kelak berani menentangnya. Untuk mencegah Caesar lebih berkuasa, para senator mulai merancang konspirasi pembunuhan terhadap Caesar, orang yang sudah banyak berjasa membawa Republik Romawi dalam mencapai masa kejayaannya.
Mereka memutuskan untuk memilih Marcus Junius Brutus sebagai pemimpin konspirasi ini. Mengingat, ia adalah orang yang paling dekat dengan Julius Caesar. Pada akhirnya seperti yang kita tahu, Caesar pada akhirnya terbunuh akibat konspirasi yang dilancarkan oleh para senator dan Brutus yang sudah ia anggap sebagai saudaranya sendiri.Â
Harapan mereka setelah membunuh Caesar adalah, semua sistem demokrasi yang sebelumnya mereka anggap telah di rusak oleh Caesar karena ia terlalu berkuasa bisa kembali seperti semula. Namun, kenyataan tidak selalu indah seperti yang dibayangkan.
Banyak masyarakat Romawi yang kecewa atas pembunuhan Caesar yang dilakukan oleh para senator. Terkhususnya Brutus yang merupakan orang terdekat Julius Caesar.Â
Masyarakat Romawi begitu marah dan bahkan mengutuk mereka yang telah membunuh orang yang telah membawa kejayaan pada Republik Romawi. Pasca pembunuhan Caesar, kondisi Republik Romawi tidak membaik seperti yang diharapkan oleh mereka. Justru, Republik Romawi kelak akan runtuh dan akan digantikan oleh Kekaisaran Romawi yang akan berdiri beberapa tahun berikutnya.
Jika kita melihat ini dari konteks politik yang terjadi di republik. Ada banyak sekali kesamaan yang terjadi dengan apa yang dilakukan oleh Brutus kepada Caesar. Bagaimana seseorang yang sangat dekat dengan seorang pemimpin harus rela menjatuhkannya demi memuluskan dirinya kepada kekuasaan.Â
Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia merupakan makhluk yang serakah. Sepanjang sejarah peradaban umat manusia, sudah berapa banyak orang yang harus meregang nyawa demi memuluskan satu orang saja di atas tampuk kekuasaan dan mengatur banyak manusia lainnya?
Semua orang bisa menjadi Brutus, menganggap dirinya sebagai penyelamat. Namun sebetulnya dia membuat bangsa nya sekarat. Sekelompok orang bisa menjadi seorang diktator, diktator atas diri mereka sendiri dan masyarakat nya. Potret kemiskinan yang saat ini kita lihat adalah produk dari bagaimana orang - orang yang mengaku dirinya sebagai seorang Brutus namun memiliki akal bulus guna meloloskan keinginan nya yang rakus.Â
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme merupakan pencerminan dari republik yang sudah berumur hampir 8 dasawarsa ini. Bagaimana cita - cita perjuangan para pahlawan kita dibangun di atas tumpukan mayat, darah, keringat dan air mata. Namun semuanya bagaikan hanya cerita dongeng fiksi belaka. Banyak orang mengaku bahwa dirinya adalah Brutus, sang penyelamat Republik Romawi. Namun justru, ia adalah pembunuh dari republik itu sendiri.
Hanya karena ia memiliki koneksi yang dekat dengan penguasa, begitu jumawa mereka menjadikan rakyat sebagai sapi perah mereka. Menguras kantong masyarakat miskin dan anak - anak terlantar yang harus nya di pelihara oleh negara untuk memenuhi kantong - kantong mereka sendiri guna bisa bermain harta ataupun menyewa wanita - wanita cantik untuk bermesraan di kantor - kantor mereka.
Kritik dan masukan seakan menjadi momok mematikan bagi mereka yang kini berkuasa. Mereka begitu takut akan orang - orang yang menyampaikan kebenaran.Â