Suatu waktu di malam yang penuh dengan bintang - bintang. Malam yang cerah berhiaskan bintang dengan cahaya terang berbarengan dengan lampu - lampu jalanan. Saat itu, seorang guru akan melaksanakan tugasnya untuk mengajar kepada murid - muridnya yang memiliki kelebihan mereka masing - masing. Saat itu, sang guru kebetulan akan mengajar 3 orang murid sekaligus. Murid yang pertama adalah murid yang sangat dibanggakan oleh nya. Karena muridnya yang pertama ini merupakan anak yang sangat rajin, mudah sekali belajar, dan senang sekali dengan hal - hal yang diajarkan oleh gurunya.
Murid yang kedua terkenal lebih aktif dan terkadang tidak menuruti apa yang diperintahkan gurunya. Seringkali ia membandel dengan tidak ingin ikut belajar dengan alasan ia malas untuk melakukannya. Sampai - sampai, sang ibu harus sesekali membentaknya agar ia ingin ikut belajar bersama sang guru. Dengan berat hati, murid kedua ini mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh gurunya. Meski begitu, muridnya yang kedua ini memiliki jiwa hati dan kasih sayang yang besar dan seluas samudra. Ia sangat menyayangi siapapun, terutama sekali kakaknya yang merupakan murid pertama dari sang guru yang mengajarnya ini. Keduanya, memang selalu bersama dan merupakan saudara kandung yang tidak dapat terpisahkan.
Murid yang ketiga adalah anak yang sangat jujur. Ia sangat lugu ketika menjawab segala pertanyaan yang disampaikan oleh gurunya. Meski begitu, ia merupakan murid yang sangat aktif dalam setiap kegiatan belajar bersama dengan gurunya. Terkadang, ia seringkali tidak bisa diam dan senang sekali mengutak - atik apapun yang ada di dekatnya. Termasuk mainan milik murid pertama dan kedua.Â
Kegiatan belajar ketiga murid ini selalu berlangsung di rumah milik kakak beradik murid pertama dan kedua. Itu juga merupakan permintaan langsung dari ibu kedua murid tersebut yang meminta sang guru untuk mengajarkan ilmunya kepada kedua anaknya itu. Sementara murid yang ketiga sendiri merupakan tetangga dari ibu kakak beradik ini yang seringkali ikut dalam setiap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh sang guru.
Sang guru sebetulnya sudah tidaklah asing lagi bertemu dengan mereka bertiga. Karena kegiatan belajar dan mengajar yang dilakukannya sudah terhitung cukup sering sehingga sang guru tidak terlalu banyak memperhitungkan sudah berapa lama dan berapa kali ia mengajar mereka bertiga. Hingga pada suatu malam, pembelajaran kembali dilangsungkan oleh sang guru bersama dengan ketiga muridnya.
Kegiatan pembelajaran pun dibuka oleh doa - doa yang biasa sang guru ajarkan kepada mereka. Mereka bertiga pun mulai memanjatkan doa dengan khidmat. Sesi berdoa pun selesai, saatnya sang guru menyampaikan materi pembelajarannya kepada ketiga muridnya ini. Murid pertama dan kedua sangat memperhatikan sang guru dengan sangat serius. Mereka mendengarkan setiap apa - apa saja yang disampaikan oleh sang guru kepada mereka. Akan tetapi, justru berbanding terbalik dengan murid ketiga yang cenderung tidak bisa diam.
Murid pertama dan kedua ini merasa sangat aneh dengan murid ketiga. Biasanya murid ketiga ini akan selalu mengutak - atik benda - benda yang ada di sekitarnya semisal mainan. Kini, ia tidak melakukan itu. Ia kini nampak seperti seseorang yang berusaha menahan tawa. Sang guru dan kedua murid ini merasa bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi.Â
"Wahai muridku, kamu ini kenapa? Apakah kamu sedang tidak baik - baik saja?"Â tanya sang guru guna memastikan kepada muridnya bahwa dia baik - baik saja dan tidak ada masalah. Lalu sang murid menjawab seraya menahan tawa dengan menutup mulutnya menggunakan tangan ia berkata, "Tidak guru. Saya baik - baik saja" . Tentu saja sang guru belum puas bertanya kepada sang murid itu. Kemudian, sang guru kembali bertanya kepada sang murid, berusaha untuk memastikan lebih mendalam, "Lantas, jika kamu merasa baik - baik saja, kenapa kamu menutup mulutmu dengan kedua tanganmu?".Â
Murid itu kemudian menjawab seraya tersenyum, "Wahai guruku, jika anda bertanya kenapa saya bisa seperti ini karena saat ini saya sedang melihat hal yang sangat lucu tepat di depan saya", begitulah katanya. Sang guru kemudian bertambah bingung dengan pernyataan itu yang kemudian ia kembali bertanya, "Hal lucu apa yang membuatmu seperti ingin tertawa begitu, wahai muridku?" .
Murid itu kemudian menjawab, "Saya ingin tertawa ketika saya melihat wajahmu, wahai guru" .Â
"Wajahku? Ada apa dengan wajahku, wahai muridku?"Â tanya sang guru sembari memegang wajahnya .