Terpenjara. Itulah yang kami rasakan saat itu. Tidak bisa berbuat apa - apa, hanya bisa menyaksikan berlalu lalangnya aktivitas orang - orang dari balik jendela rumah yang dibatasi oleh pagar besi yang bapak ku pasang di dalamnya. Sesekali beberapa petugas kesehatan datang ke rumah kami untuk melakukan penyemprotan disinfektan atau sekedar memeriksa keadaan kami sekeluarga seraya menanyakan apakah ada gejala aneh yang dirasakan.
Tapi, penjara yang kami tempati ini tidak seburuk yang kami pikirkan sebelumnya. Sebagian ada yang merasa takut, namun mereka juga mempedulikan nasib kami ketika itu. Mereka seringkali memberikan support baik moril maupun materi. Aku masih ingat ketika itu mereka sering sekali memberikan kami makanan yang kemudian mereka taruh di atas kap mobil Avanza hitam yang terpakir di wajah pintu rumahku.
Pintu rumahku sendiri tidak menghadap jalan, melainkan menghadap ke arah pos satpam yang berseberangan langsung dengan pintu rumah. Mereka sering sekali menaruh makanan atau bingkisan disana serta mendoakan kesembuhan untuk kami sekeluarga. Bahkan, kami serasa tidak kekurangan makanan pada saat itu. Justru, kami kelebihan makanan pada saat kami berada di dalam "penjara"Â itu. Sungguh kebaikan yang tak akan kami sekeluarga lupakan sepanjang hidup kami, dan kami, akan selalu mengingat mereka.