Mohon tunggu...
Hadi Tanuji
Hadi Tanuji Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Analis Data, Konsultan Statistik, Pemerhati Hal Remeh Temeh

Aktivitas sehari-hari sebagai dosen statisika, dengan bermain tenis meja sebagai hobi. Olah raga ini membuat saya lebih sabar dalam menghadapi smash, baik dari lawan maupun dari kehidupan. Di sela-sela kesibukan, saya menjadi pemerhati masalah sosial, mencoba melihat ada apa di balik fenomena kehidupan, suka berbagi meski hanya ide ataupun hanya sekedar menjadi pendengar. Sebagai laki-laki sederhana moto hidup pun sederhana, bisa memberi manfaat kepada sesama.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jodoh di Ujung Keraguan (1)

2 Februari 2025   03:41 Diperbarui: 2 Februari 2025   05:37 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI Janji suci (Sumber: Freepik)

"Farhan, aku ingin jujur," ujar Aisyah akhirnya. "Aku sangat menghargai niat baikmu, tapi aku masih memiliki banyak pertimbangan. Aku ingin tahu bagaimana keluargamu mempengaruhi cara pandangmu tentang kehidupan dan pernikahan."

Farhan menatapnya dalam-dalam. Ini adalah kesempatan baginya untuk menunjukkan siapa dirinya sebenarnya.

"Aku tumbuh dalam keluarga yang berantakan," ujar Farhan jujur. "Tapi justru dari sana aku belajar banyak. Aku melihat bagaimana perceraian itu menyakitkan, dan aku tidak ingin mengulanginya. Ibuku selalu mengajarkan nilai-nilai Islam kepadaku. Dan meskipun ayahku berbeda keyakinan, dia tetap menunjukkan tanggung jawabnya sebagai seorang ayah."

Aisyah terdiam, menyerap kata-kata itu dalam-dalam. Farhan melanjutkan, suaranya penuh ketulusan.

"Aku tidak ingin masa laluku menjadi beban," lanjutnya. "Justru aku ingin membangun rumah tangga yang lebih baik. Aku ingin menciptakan keluarga yang harmonis dan saling mendukung. Aku ingin menjadi suami yang bertanggung jawab dan ayah yang baik kelak."

Farhan bisa melihat bahwa kata-katanya menggugah hati Aisyah. Namun, ia tidak ingin memaksakan keputusan. Ia ingin Aisyah memilihnya dengan hati yang benar-benar yakin.

Hari-hari berikutnya, Farhan menunggu dengan sabar. Ia lebih banyak menghabiskan waktu dengan berdoa, meminta petunjuk kepada Allah. Ia sadar bahwa takdir bukan sesuatu yang bisa ia paksakan. Jika Aisyah memang jodohnya, maka ia yakin Allah akan membukakan jalan.

Lalu, pada suatu sore, sebuah pesan masuk ke ponselnya. Dari Aisyah.

"Farhan, aku sudah memikirkan semuanya dengan matang. Aku sudah beristikharah, dan aku ingin menerima lamaranmu. Aku percaya bahwa masa lalu tidak menentukan masa depan, tetapi bagaimana kita menjalani hidup yang akan menentukan segalanya."

Farhan menatap layar ponselnya, merasakan hatinya menghangat. Ia menutup mata, mengucapkan syukur dalam hati. Akhirnya, kebimbangan yang ia rasakan berakhir dengan jawaban yang ia harapkan.

Beberapa bulan kemudian, mereka mengikat janji suci dalam sebuah akad nikah yang sederhana namun penuh keberkahan. Farhan tahu, perjalanan rumah tangga mereka tidak akan selalu mudah. Namun, ia juga tahu bahwa ia tidak sendiri. Bersama Aisyah, ia siap melangkah, membangun masa depan yang lebih baik, tanpa bayang-bayang masa lalu.

Hari itu, Farhan belajar satu hal penting: jodoh bukan ditentukan oleh latar belakang, tetapi oleh niat dan usaha untuk menjalani kehidupan bersama dalam kebaikan.

(Diadaptasi dari kisah nyata. Cerita ini kupersembahkan buat mereka yang sedang bimbang)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun