Mohon tunggu...
Hadi Tanuji
Hadi Tanuji Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Institut Teknologi dan Bisnis Muhammadiyah Grobogan

Saya adalah ayah dari 5 anak dan suami dari 1 orang istri. Aktivitas sehari-hari sebagai dosen statisika yang selalu berkutat dengan angka, sehingga perlu hiburan dengan bermain tenis meja. Olah raga ini membuat saya lebih sabar dalam menghadapi smash, baik dari lawan maupun dari kehidupan. Di sela-sela kesibukan, saya menjadi pemerhati masalah sosial, mencoba melihat ada apa di balik fenomena kehidupan, suka berbagi meski hanya ide ataupun hanya sekedar menjadi pendengar. Sebagai laki-laki sederhana moto hidup pun sederhana, bisa memberi manfaat kepada sesama.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Renungan Isra Mi'raj: Andai Kita Hidup di Masa Nabi, Dimana Kita Berdiri?

27 Januari 2025   08:21 Diperbarui: 27 Januari 2025   08:21 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI Sholat salah satu bukti keimanan (Sumber: Freepik)

Bayangkan kita berada di antara dua kelompok di masa itu: para sahabat Nabi yang setia dan para kaum Quraisy yang terus mencela. Di mana kita akan berdiri?

Akankah kita seperti Abu Bakar, yang tidak goyah meski berita itu tampak mustahil? Ataukah kita tergoda untuk bergabung dengan barisan orang-orang yang mencemooh? Sejarah menunjukkan bahwa peristiwa Isra Mi'raj memisahkan mereka yang beriman sejati dari mereka yang setengah hati.

Renungan ini adalah panggilan bagi kita untuk mengevaluasi kualitas keimanan. Iman bukanlah tentang seberapa besar pengetahuan kita, tetapi seberapa tulus dan dalam keyakinan yang kita miliki.

Hikmah dari Isra Mi'raj

Isra Mi'raj juga mengingatkan kita tentang hubungan vertikal dan horizontal dalam kehidupan. Dalam perjalanan malam itu, Nabi diperlihatkan berbagai hal yang menggambarkan pentingnya shalat, keadilan, dan ketaatan kepada Allah. Shalat, yang menjadi kewajiban dari peristiwa Mi'raj, adalah bentuk komunikasi langsung kita dengan Allah. Maka, pertanyaannya, sudahkah kita menjalankan kewajiban ini dengan sepenuh hati?

Sementara itu, Isra mengajarkan kita untuk memperhatikan sesama manusia. Sebagaimana Nabi melewati tempat-tempat yang memiliki keutamaan, kehidupan kita pun memiliki ruang untuk berbuat baik kepada orang lain. Bagaimana hubungan kita dengan keluarga, tetangga, dan orang-orang di sekitar kita? Adakah kita menjadi sosok yang membawa manfaat seperti yang Nabi ajarkan?

Sebuah Tantangan

Isra Mi'raj bukan sekadar kisah perjalanan Nabi, tetapi sebuah ujian iman lintas zaman. Kisah ini menantang kita untuk merenungkan sejauh mana kita mempercayai kebesaran Allah dan kebenaran Rasul-Nya. Jika kita tidak hidup di masa itu, setidaknya kita masih bisa bertanya pada diri sendiri: "Jika ujian seperti Isra Mi'raj datang di masa ini, akankah iman saya cukup kuat untuk tetap berada di sisi Rasulullah?"

Semoga renungan ini menginspirasi kita untuk terus memperkuat iman, menjalankan perintah-Nya, dan mengikuti sunnah Rasul-Nya. Karena pada akhirnya, iman yang kuat tidak hanya sekedar jawaban lisan, tetapi keyakinan bahwa Allah selalu benar dan pembuktian, dengan menerapkan semua ajaran-Nya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun