Kalau kita cermati, di sekeliling kita akan kita jumpai 3 jenis orang. Mereka ada dan hidup di tengah-tengah kita. Mereka memiliki kualitas yang berbeda, pun juga penerimaan yang berbeda dari lingkungannya. Tipe pertama adalah mereka yang keberadaannya sangat diharapkan. Tipe kedua adalah mereka yang ketiadaannya diharapkan. Sedangkan tipe ketiga adalah mereka-mereka yang ada atau tiadanya tak ada beda. Nah anda termasuk yang mana? Mari kita lihat satu persatu siapakah mereka.
Tipe 1: Keberadaanya dirasakan, ketiadaannya dicari
Kita dapat mengamati secara langsung di sekitar kita bahwa dalam suatu komunitas masyarakat, bangsa, atau negara, selalu ada individu-individu tertentu yang tampil sebagai pemimpin dan penggerak. Mereka memiliki keunggulan dalam hal kemampuan berpikir serta dalam menawarkan solusi bagi berbagai permasalahan masyarakat. Ide-ide yang mereka sampaikan cenderung berkembang, diterima oleh banyak pihak, dan mampu menginspirasi setiap individu yang mendukungnya. Aktivitas serta program-program yang mereka rancang memberikan pengaruh besar terhadap dinamika kehidupan masyarakat luas. Orang-orang seperti ini tidak selalu berasal dari keluarga bangsawan atau memiliki kekayaan materi yang melimpah, tetapi mereka tetap mampu memainkan peran penting sebagai pendorong perubahan.
Tokoh-tokoh seperti Mahatma Gandhi di India, Nelson Mandela di Afrika Selatan, dan Soekarno di Indonesia merupakan contoh nyata dari individu semacam ini. Gandhi, melalui prinsip ahimsa atau tanpa kekerasan, berhasil memimpin perlawanan terhadap penjajahan Inggris di India. Nelson Mandela menginspirasi dunia dengan perjuangannya melawan apartheid dan komitmennya terhadap rekonsiliasi. Sementara itu, Soekarno berhasil membakar semangat rakyat Indonesia untuk bangkit melawan kolonialisme dan meraih kemerdekaan.
Selain itu, individu-individu seperti Malala Yousafzai yang memperjuangkan pendidikan bagi perempuan, Ibu Teresa yang mengabdikan hidupnya untuk membantu kaum miskin, dan Elon Musk yang menjadi pelopor inovasi teknologi modern juga layak disebut. Mereka menunjukkan bahwa pengaruh besar tidak selalu lahir dari kekayaan atau kekuasaan, tetapi dari visi yang kuat dan dedikasi untuk memperjuangkan perubahan positif.
Pemikiran dan gagasan mereka kerap menjadi katalisator yang menggugah semangat banyak orang untuk bertindak. Tidak jarang pula, individu-individu ini memunculkan ide kreatif yang mampu membentuk pola pikir masyarakat. Mereka tergerak oleh keinginan untuk memberikan solusi nyata yang berdampak, tanpa memandang status sosial atau kepemilikan harta yang besar. Dengan demikian, pengaruh mereka hadir bukan karena kemewahan atau latar belakang yang prestisius, melainkan karena kemampuan untuk memahami kebutuhan masyarakat dan memotivasi banyak orang untuk mencapai tujuan bersama.
Orang seperti ini keberadaannya dirasakan oleh sekelilingnya, ketiadaannya dicari.
Tipe 2: Ketiadaannya lebih diharapkan dari keberadaannya
Dalam kehidupan bermasyarakat, kita juga dapat menemukan individu-individu yang justru menjadi beban, bahkan dianggap sebagai gangguan bagi lingkungan sekitarnya. Mereka tidak memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah pribadi mereka, apalagi berkontribusi dalam mengatasi permasalahan masyarakat. Sebaliknya, mereka sering kali menjadi sumber dari berbagai masalah di tengah komunitas. Kehadiran mereka kerap memicu keributan, ketidaknyamanan, dan keresahan di antara anggota masyarakat.
Bahkan, dalam banyak kasus, keberadaan mereka lebih sering dirasakan sebagai penghambat daripada membawa manfaat. Ketiadaan mereka mungkin lebih diinginkan oleh masyarakat dibandingkan keberadaan mereka yang cenderung merusak. Yang memprihatinkan, jumlah individu dengan karakteristik semacam ini tampaknya tidak sedikit dan cenderung meningkat seiring waktu.
Orang-orang seperti ini menciptakan situasi yang tidak kondusif, mulai dari memperkeruh suasana hingga melibatkan diri dalam tindakan yang merugikan banyak pihak. Ketidakmampuan mereka untuk menghadapi tantangan pribadi membuat mereka kehilangan peran positif dalam masyarakat, dan justru menjadi faktor yang menyulitkan terciptanya harmoni. Kehadiran mereka mengingatkan kita pada pentingnya pemberdayaan, pendidikan, dan pendekatan sosial untuk mengurangi dampak buruk yang mereka timbulkan sekaligus membantu mereka menemukan jalan keluar dari kondisi tersebut.
Tipe 3: Ada dan tiadanya sama saja
Di antara dua tipe sebelumnya, ada tipe 3 yaitu kelompok orang yang mampu menangani permasalahan pribadi mereka namun tidak memiliki kemampuan atau keinginan untuk membantu memecahkan masalah orang lain. Individu-individu ini cenderung fokus pada diri mereka sendiri, menghabiskan waktu, tenaga, dan pikiran demi kesenangan pribadi. Mereka terfokus pada kepentingan diri dan keluarganya, tanpa terlalu peduli dengan keadaan di sekitarnya.
Orang-orang seperti ini jarang memikirkan atau bertindak di luar lingkaran kepentingan pribadinya. Hubungan mereka dengan masyarakat terbilang renggang, dan perhatian mereka terhadap lingkungan sosial sangat minim. Selama diri dan keluarganya merasa nyaman, apapun yang terjadi di luar itu dianggap bukan urusan mereka. Pepatah yang mengatakan "wujuduhu ka adamihi"---yang berarti kehadirannya sama seperti ketidakhadirannya---cukup menggambarkan kondisi mereka.
Keberadaan mereka di tengah masyarakat tidak memberikan dampak signifikan. Mereka berjalan dalam arus yang netral. Bagi masyarakat, individu-individu seperti ini cenderung terlupakan karena kontribusi mereka tidak dirasakan. Bahkan, dalam banyak situasi, mereka dianggap sama saja dengan tidak hadirnya, sebab keberadaan mereka tidak meninggalkan jejak yang berarti.
Termasuk tipe yang mana anda?
Sesungguhnya apa yang mempengaruhi identitas diri seseorang? Tunggu dalam tulisan berikutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H