Mohon tunggu...
Hadi Suwarno
Hadi Suwarno Mohon Tunggu... Penulis - Pendidik

Menulis adalah kegiatan untuk lebih meningkatkan rasa syukur nikmat Tuhan, menghamba untuk imbalan berkah karunia-Nya dan menemukan hikmah pribadi dibalik semua peristiwa sehari-hari.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pro Kontra Pulsa Mas Menteri

22 Oktober 2020   06:31 Diperbarui: 22 Oktober 2020   08:20 1249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengeluarkan kebijakan untuk menunjang proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) pada masa pandemi Covid-19. Kebijakan ini berupa subsidi kuota internet untuk siswa, guru, mahasiswa, dan dosen. Kebijakan tersebut  diberikan empat kali dari September sampai Desember 2020. Besarannya adalah Kuota 35 GB per bulan bagi siswa, 42 GB bagi guru, dan 50 GB bagi dosen serta mahasiswa. Untuk merealisasikan program tersebut, Kemendikbud  memberikan bantuan Rp7.2 triliun untuk subsidi kuota internet selama empat bulan tersebut.

Upaya yang dilakukan Kemendikbud untuk memberikan bantuan pengadaan pulsa ini menurut Mendikbud, Nadiem Makarim berdasarkan masukan masyarakat yang mayoritas terkendala pulsa kuota internet dalam mengakses pembelajaran jarak jauh (PJJ). Nadiem Makarim, berharap kebijakan ini bisa menjadi jawaban atas kecemasan masyarakat di tengah kesulitan ekonomi akibat terdampak pandemi.

Terhadap kebijakan tersebut ada yang menanggapi positif ada juga yang memberikan kritik. Kalangan pendidik tentu menyambut gembira atas program tersebut. Demikan halnya salah satu anggota DPR memberikan apresiasinya. Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Agustina Wilujeng Pramestuti berpendapat bahwa bantuan ini dapat meringankan beban baik untuk pengajar maupun siswa selama masa pembelajaran online. Ia menambahkan, kebijakan ini disambut baik oleh Komisi X DPR RI dan diyakini akan berdampak positif bagi siswa.

Keadilan Sosial, Kepentingan Bisnis dan IoT

Tanggapan kritis juga muncul dari berbagai pengamat. Mereka memandang program pemberian kuota pada saat PJJ dikaitkan dengan pemenuhan delapan standar pendidikan perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius. Karena tidak semua masalah PJJ bisa diselesaikan dengan kebijakan subsidi kuota. Ditilik dari delapan standar nasional pendidikan, subsidi kuota internet hanya dapat menunjang standar proses semata.

Dengan demikian Kemendikbud perlu lebih memperhatikan persoalan pemenuhan standar nasional pendidikan di berbagai daerah agar tak terjadi disparitas layanan pendidikan.

Pengamat sosial dari Universitas Indonesia (UI) Rissalwan Lubis mengatakan, subsidi kuota internet bagi siswa, mahasiswa, guru, dan dosen tanpa mengukur kemampuan ekonomi penerima, menunjukkan sebuah kebijakan yang tidak mempertimbangkan keadilan sosial.

Menurut Rissalwan, kebijakan pukul rata ini seolah-olah juga menunjukkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) seperti hanya mau ambil mudahnya saja, tanpa bersusah payah memilah kebutuhan kuota internet bagi siswa yang membutuhkan.

Sedangkan pengamat pendidikan, Indra Charismiadji menilai, salah satu bahaya dari kebijakan itu adalah data siswa yang mungkin saja dimanfaatkan oleh oknum tidak bertanggung jawab untuk kepentingan bisnis baik politik dan ekonomi. Dengan sudut pandang ini perlu menjadi kewaspadaan agar tidak sekededar perluasan pelanggan baru oleh provaider telekomunikasi.

Selain dua hal tersebut di atas ada satu hal yang akan mengalami perubahan mendasar dalam praktek pendidikan yaitu berubahnya ekosistem pendidikan menjadi ekosistem konsumen kuota. Ada hubungan yang makin intens antara daya juang belajar dengan keterbatasan kuota. Hal ini akan cukup mengkhawatirkan apabila pembelajaran menjadi tidak berlangsung oleh sebab tidak adanya kuota.

Lebih jauh terkait dengan penggunaan kuota juga munculnya perilaku pengguna dari sekedar daring menjadi internet of things (IoT). Dalam kecenderungan ini seolah belajar hanya soal memberi tugas melalui internet, melakukan kegiatan telekonferen dan menggunakan aplikasi LMS.

Solusi Berdimensi Luas dan Jangka Panjang

Subsidi kuota internet ibarat memotret fenomena gunung es, yang hanya melihat persoalan dari permukaannya. Padahal, adanya disparitas standar nasional pendidikan, seperti sarana prasarana atau infrastruktur pendidikan di daerah, menjadi faktor penghambat utama dalam proses pembelajaran pada era pandemi saat ini. Karena itu perlu dibarengi atau dikaji lebih dalam untuk menyelesaikan persoalan jangka panjang (republika.co.id).

1. Daring, Migrasi yang Direncanakan

Model belajar daring merupakan kebutuhan peserta didik jangka panjang. Bukan hanya soal wilayah Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau yang harus dijangkau, namun juga soal kemajuan teknologi digital yang perlu diterapkan dalam pendidikan.

Dengan demikian hal ini perlu langkah strategis untuk migrasi dari satu sistem pendidikan luring ke daring. Daring bukan hanya terjadi karena darurat Covid 19, namun didisign untuk memecahkan masalah. Karena penyiapan mapping blank spot, perlu operational guidance bagi insan pendidik dan lembaga pendidikan di seluruh Indonesia.

2. Platform Pendidikan  yang Terjangkau

Menciptakan platform aplikasi anak negeri yang tanpa kuota. Bila harus dengan kuota dapat dilakukan lewat pola kerja sama dengan perusahaan-perusahaan provider sehingga sebisa mungkin, pemerintah mendapatkan sejumlah diskon atau bahkan digratiskan. Kemendikbud dapat bermitra dengan saluran televisi swasta untuk membuat suatu program tayangan pendidikan secara khusus. Jadi, berbagai upaya itu dapat menjadi sarana untuk memberikan edukasi kepada peserta didik pada masa pandemi saat ini.

3. Membangun Infrastruktur Digital

Lebih baik, anggaran itu sebagian digunakan untuk membangun sarana prasarana digital, seperti membangun saluran digital khusus pendidikan di berbagai daerah dan membantu dalam memfasilitasi gawai atau laptop bagi anak-anak dari kalangan marginal. Juga dapat diwujudkan proyek pembuatan lantop nasional yang terjangkau agar dapat dibeli semua kalangan (republika.co.id).

Sudah seharusnya perlu diterapkan pemenuhan standar nasional pendidikan dan pemerataan infrastruktur pendidikan yang memiliki dampak panjang guna menunjang pembelajaran jarak jauh secara menyeluruh ke pelosok tanah air Indonesia.

Sumber Bacaan:

Kemendikbud Alokasikan Rp8,9 Triliun untuk Subsidi Kuota Internet dan Tunjangan Profesi Pendidik

Kuota Internet Siswa, Pengamat: Kemendikbud Mau Ambil Mudahnya 

Kedaulatan Digital dan Subsidi Kuota Internet untuk Pelajar

Program Bantuan Kuota Gratis dari Kemendikbud, Dinilai Membahayakan Siswa 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun