[caption id="attachment_183852" align="alignleft" width="300" caption="salah satu jalan di Jakarta - dok.pribadi"][/caption]
“Jakarta terapung, Jakarta punya Monorail”
Ingatkah anda dengan iklan tersebut? Sebuah iklan tentang kota Jakarta dan pembangunannya. Kalau tidak salah pada masa-masa sebelum pemilukada gubernur Jakarta. Jika mengingat iklan tersebut, kita bisa melihat betapa majunya Jakarta hari ini.
Ya ya ya, Jakarta adalah ibu kota Endonesia. Jadi sangat wajar kalau Jakarta harus lebih maju dari daerah lain di Indonesia (?). Di Usianya yang hampir empat abad, ternyata Jakarta tetap menjadi sentral pembangunan Endonesia. Apa-apa diukur dengan standar Jakarta. Mulai dari tarif listrik hingga harga premium. Semuanya Jakarta-Minded.
Ya ya ya, sekali lagi wajar kalau Jakarta lebih maju dari daerah lain. Hampir seluruh kegiatan ekonomi dikendalikan di Jakarta. Kantor-kantor pusat segala perusahaan terletak di Jakarta. Kantor-kantor pusat pemerintahan juga ada di Jakarta. Jadi wajar saja kalau Jakarta memiliki banyak pusat hiburan, karena jumlah penduduk yang bekerja di Jakarta sangatlah banyak. Membludak. Dengan alasan beban kerja yang luar biasa di Jakarta, menjadi alasan terus dibukanya pusat hiburan di Jakarta. Mulai dari tempat karaoke, bioskop, tempat dugem, bahkan arena bermain anak, ada di Jakarta. What a glamorous life.
Ya ya ya, wajar apabila semua orang daerah terbersit untuk mengadu nasib di Jakarta karena Jakarta yang dilihat di layar kaca seolah-olah memberikan janji-janji surgawi. Hidup enak meskipun macet. Banyak duit meskipun udara menyengat. Semua tidak jadi masalah karena Jakarta adalah tempat segala-galanya.Termasuk saya, dulu saya mencoba mengadu nasib di Jakarta, namun berujung pada kata:”maaf, anda belum sesuai dengan kualifikasi yang kami inginkan”. Sebuah penolakan halus warga Jakarta yang dibebani pekerjaan mencari karyawan baru. Saya pun patah arang untuk menjejak di Jakarta.
Kenapa semua orang ingin ke Jakarta? Ya ya ya, karena pembangunan endonesia tidak pernah merata. Lain halnya dengan Indonesia, yang selalu memeratakan pembangunan dengan dana seuprit. Endonesia hanya milik orang Jakarta, sedangkan Indonesia adalah tanah air orang-orang se-nusantara.
Ah, berbicara tentang Jakarta membuat saya sebagai warga Indonesia menjadi ngiri saja. Di kota tempat tinggal saya, yang notabene adalah wilayah Indonesia, tidak pernah saya temukan gedung tinggi menjulang yang lebih dari empat lantai. Di sini juga tidak ada bioskop, karaoke, kantor-kantor menjulang, dsbnya seperti halnya di Jakarta Endonesia. Saya yakin, daerah-daerah lain yang berpokok usaha agraris, tidak pernah mengenal kata-kata yang saya sebutkan barusan.
Namun saya beruntung tidak tinggal di Jakarta. Saya bebas banjir. Bebas udara panas. Dan yang penting bebas macet. As I know, macet itu biang dosa karena seringkali keluar sumpah serapah yang cukup membuat hati mangkal dan pikiran tambah stres, hehe.
Jakarta oh Jakarta, ada kenangan buruk disana, hehehe. Apakah saya harus turut mengucapkan selamat ulangtahun Jakarta? Hehe, silakan anda warga Jakarta yang merasa memiliki Jakarta, untuk tidak hanya sekedar mengucapkan selamat ulang tahun Jakarta saja, tapi turut menjaga agar Jakarta menjadi tempat yang lebih bermartabat, lebih sedap dipandang, dengan menjaga lingkungan dan tertib berlalu lintas. Hehehe….
Tidak tahu mau nulis apa, yang penting saya turut berpartisipasi dalam HUT Jakarta ini. Have a nice weekend para urban Jakarta. Silakan, ini waktu anda untuk memacetkan Bandung dan Kawasan Puncak hahaha… Peace!!! (HS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H