Mohon tunggu...
Hadi Samsul
Hadi Samsul Mohon Tunggu... PNS -

HS try to be Humble and Smart

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Apanya Sih yang Jurnalisme Apaan???

19 Desember 2009   13:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:52 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ini adalah tanggapan untuk tulisan Jurnalisme Apaan??!!!” yang kemarin ditulis oleh Mas Dewanto.

***

Uhuy, seneng deh, kemarin malam pas baca tulisan karya seorang teman baru kita di kompasiana ini. Penulisnya mengkritisi tentang citizen journalisme yang diusung kompasiana, yang dirasa oleh sang penulis ‘sangat kurang’ sampai-sampai sang penulis memberi judul yang membuat bulu kuduk bergidikngeri ‘Jurnalisme Apaan’.

Sebagai seorang yang juga masih baru bergabung di kompasiana, saya saat ini masih menyelami seluk beluk kompasiana itu seperti apa. Apalagi, menurut Bapak publik blogger kompasiana, Prayitno Ramelan, Kompasiana ini sedang mencari bentuk.

Jujur, saya bukanlah seorang penulis. Saya hanya seorang pembelajar yang mungkin Cuma bisa berkontribusi dengan memberikan tulisan ’sampah’. Fenomena inipun sepertinya dilakukan oleh teman-teman lain disini mencoba belajar menulis, memberikan kontribusi sebisa mereka untuk kompasiana ini.

Menilik isi dari tulisan Jurnalisme Apaan kemarin malam, saya menangkap ternyata, katanya disini sedikit sekali yang melakukan jurnalisme warga. Saya jadi bertanya-tanya pada diri sendiri, apa sih jurnalisme warga itu???

Pada pesta blogger, oktober lalu, saya sengaja mengambil kelas (mini) workshop Citizen journalism, yang dipandu oleh admin Kompasiana Pepih Nugraha, dan juga founding dari panyingkul.com Lily Yulianti Farid. Dalam kelas tersebut, Pepih dan Lily berbagi tentang apa itu citizen journalism. Saya pernah mengangkat reportasenya disini dan disini. Menurut Pepih dan Lily, Citizen Journalism, atau diterjemah bebaskan sebagai Jurnalisme warga, adalah laporan langsung mengenai hal-hal yang tidak tertangkap oleh media mainstream, yang dilakukan oleh seseorang yang bukan wartawan profesional. Atau, jikapun dilakukan oleh wartawan profesional, dia tidak sedang bertugas sebagai wartawan pro ketika melakukan reportase khas CJ. berikut saya laporkan hasil pandangan mata saya saat mengikuti workshop, yang pernah saya muat beberapa waktu lalu di kompasiana ini. "Reportase langsung dari seseorang yang bukan wartawan professional, demikianlah yang saya tangkap dari pengertian citizen journalism yang dibeberkan oleh Lily Yulianti Farid ketika itu. Adapun yang dilaporkan, tidak harus sesuai dengan apa yang dilaporkan oleh media-media besar. Indie, mungkin begitu istilah yang bisa digambarkan dalam reportase CJ. Penjelasan kang Pepih Nugraha pun tidak kalah menariknya, bahwa citizen journalism ini lebih mengedepankan reportase dari sesuatu yang tidak diliput media mainstream yang terikat dengan aturan perusahaan. Sebagai seorang jurnalis, Lily dan Pepih pun ternyata melakukan citizen journalism. Mereka benar-benar melepaskan profesi mereka ketika menjadi citizen reporter, maksudnya mereka tidak menggunakan profesi kewartawanan mereka ketika menulis hal-hal yang tidak diliput oleh media mereka. “Sebagai contoh citizen journalism, adalah yang dilakukan oleh Cut Puteri pada saat kejadian Tsunami Aceh. Jika beruntung, citizen reporter akan menjadi terkenal berkat liputan yang disajikan.” Demikian Lily memberikan contoh citizen jurnalis."

Isi dari CJ, bisa saja hal yang remeh temeh, laporan pandangan mata tentang kejadian-kejadian kecil yang tidak pernah dilirik oleh media. Misalnya apa yang dituliskan wisnu nugroho yang melaporkan sesuatu dari istana, yang sama sekali tidak pernah diliput oleh media mainstream. Atau, saya juga pernah ketika melaporkan seseorang penyapu jalan di daerah MH Thamrin Jakarta, yang sama sekali tidak pernah diketahui dan dihiraukan keberadaannya. Kemudian, laporan dari Mama Wortel (saudari Lintang) yang melakukan reportase kuliner  makanan Surabaya di Jl. Arteri pondok indah, Jakarta. Ibu Limantina, yang menyajikan laporan dari daerah Simalungun sana tentang kayu kemenyan. Oya, jika teman-teman ingin tau contoh CJ, coba deh simak radio Elshinta yang menampung sms dari warga yang memberitahukan sesuatu yang sedang terjadi, berdasarkan laporan pandangan mata sang pengirim sms.

Think before posting!!! itu salah satu pelajaran berharga yang saya dapat dari Kang Pepih. Pikirkan sebelum disampaikan. Agaknya itu bisa jadi pelajaran buat kita semua, khususnya dalam menyikapi Jurnalisme Apaan, di kompasiana ini. Sepanjang yang saya cermati, sebenarnya sudah banyak kok, CJ yang dilakukan oleh teman kompasianer semua. Namun, mungkin hal ini luput dari pandangan mata kita yang cuma tiga hari saja mengamati. Dan itupun, mungkin, tidak 3x24 jam.

Check and Recheck before speak!!! Kita hadir disini saling melengkapi. Itulah sebabnya disediakan fitur-fitur mulai dari edukasi, hingga ekstra yang mewadahi fiksi dan puisi. Jika kita seragam, melulu Citizen Journalism, kemungkinan fitur-fitur kompasiana ini tidak akan laku terisi… kasian admin dong, heuheu!!!

[caption id="attachment_40188" align="alignleft" width="272" caption="Pepih, Amril, dan Lily dalam break out session Citizen Journalism, pada pesta blogger 2009 (foto: Dok. Pribadi)"][/caption]

Adapun tentang gaya penulisan, memanglah harus sesuai EYD. Tapi kita musti INGAT, bahwa tidak semua yang hadir disini berasal dari kalangan yang sama. Mungkin masih ada yang sedang menempuh pendidikan sekolah (menengah pertama, ataupun Atas), sehingga keilmuan mereka belum sampai seperti halnya kalangan S3 yang sudah pernah menyusun tesis S2 dengan kalimat yang ’EYD banget’. Dan harap diingat, tidak semua yang sudah pernah bertesis-tesis pun, selalu ingin terikat dengan EYD. Justru akan terasa kaku, jika itu disampaikan dalam kapasitas FIKSI. Bahasa prokem, kadang lebih mengena untuk menggambarkan sesuatu, dan itu tidak ada padanan istilahnya dalam ejaan yang disempurnakan. Eh, bukan berarti saya tidak mendukung EYD lho, bisa marah pak JS Badudu sama saya heuheuheu....

Harusnya, admin yaaaa yang menulis ini, untuk meredam kegelisahan teman-teman yang CJ nya kurang dihargai oleh orang-orang yang cuma mengamati tiga hari saja.

Saya malah terpikir, jangan-jangan kompasiana ini bukanlah tempat yang tepat untuk saya yang ingin melepaskan diri dari keterikatan feodalisme di dunia nyata. Mungkin, saya harus bertualang kembali untuk menemukan rumah yang tepat untuk melepaskan keterikatan saya itu.

Salam gundah gulanding (HS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun