Sebelumnya saya meminta maaf tidak berizin dulu kepada Ibu Christina untuk menuliskan ini. Sebagai keluarga utuh di kompasiana, apa yang dialami oleh satu anggota keluarganya pasti akan dirasakan oleh anggota keluarga yang lain.
Sepulang berbulutangkis di hari minggu ini, kembali saya (yang mulai kecanduan kompasiana) membuka blog keroyokan ini. Seperti di hari libur biasanya, saya berselancar masuk ke profil teman-teman saya kemudian membaca tulisan-tulisan anda sekalian dan tak lupa memberikan komentar jika dirasa perlu. Selain itu, saya juga selalu kembali berkunjung ke artikel yang pernah saya baca hanya untuk melihat berapa puluh jumlah komentar dan berapa ratus jumlah pembaca di artikel tersebut.
Salah satu yang bikin saya tertarik adalah artikel ajakan dari admin Pepih Nugraha yang berjudul "Mari Menulis untuk Almarhumah Puri" yang berisi ajakan untuk menuliskan sesuatu yang positif tentang apa yang pernah diupayakan Puri semasa hidupnya. Semacam estafet untuk menghidupkan semangat para penderita kanker, gitu deh.
Satu persatu saya membaca komentar di tulisan Kang Pepih, dan mulai tertarik dengan sebuah komentar dari seorang kompasianer bernama Christina. Begini komentarnya:
" Bisa jadi, mereka penderita kanker yang masih sanggup berdiri, berjalan, dan tertawa-tawa, tetapi merasa dirinya sudah menjadi "setengah mayat" karena pintu kematian sudah terbuka lebar-lebar.......aku suka dengan kalimat ini .....karena aku berada di episode ini .....tapi setiap bangun pagi 2 hal pertama yg ku lakukan....bersyukur karena masih bangun pagi yg kedua menyemangati diri sendiri bahwah hari ini harus diisi dengan sesuatu yg bermanfaat dan tersenyum......itu vitaminku"
Kalimat Ibu Christina seolah menyadarkan saya, bahwa semangat Puri harus tetap hidup. Puri telah mengajarkan kita untuk berbagi semangat dan memberikan suntikan energy bagi para penderita kanker untuk memandang hidup ini dengan penuh optimis.
Tulisan ini adalah sebuah bentuk dukungan dan penyemangat untuk ibu Christina. Sebuah langkah kongkrit saya untuk mewujudkan impian Puri memberikan semangat untuk sesama. Sebuah kalimat pernah saya dapatkan dari seorang teman, bahwa Tuhan tidak pernah iseng. Apapun yang telah dan akan diberikannya akan selalu mempunyai hikmah.
Saya teringat quote dari seorang psikolog, Bahril Hidayat Lubis, yang menuliskan satu kalimat pada bukunya yang berjudul ‘aku sadar, aku gila' seperti ini: "selalu ada hikmah di setiap musibah."
Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, Bu! Ketika berkehendak sembuh, pasti akan sembuh. Dalam ajaran agama saya, Islam, disebutkan bahwa Tuhan itu sesuai dengan sangkaan hamba-Nya. Jadi intinya, berprasangka positiflah kepada-Nya, bahwa kesembuhan akan datang. Tapi bukan hanya sekedar berpangku tangan saja, harus ada ikhtiar tentunya. Berpikir positif dan melakukan therapy (pengobatan) adalah salah satu upaya ikhtiar untuk memperoleh kesembuhan itu.
Sekali lagi, kita adalah satu keluarga besar di Kompasiana. dan kita pasti berdoa untuk kesembuhan Ibu Christina, dan teman-teman lain yang sedang mengalami masalah yang sama. Banyak yang menaruh harapan, kesembuhan itu akan datang. Jadi, seperti pesan yang telah Puri tinggalkan untuk saya, Bu Christina, dan juga para kompasianer lainnya, termasuk mungkin yang saat ini tengah mengalami derita apa yang pernah Puri alami; Chayooo, Semangat ^_^
Salam,
NB: kalo saya gak salah baca, rekan mawarfirdausi juga mengalami hal yang sama, fibroedoma atau apa gitu deh... bener ngga mbak mawar?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H