Mohon tunggu...
hadisawamura
hadisawamura Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jadi Buat Apa Kita Bekerja?

1 Juni 2016   10:04 Diperbarui: 1 Juni 2016   10:07 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

praktis sudah hampir 7 tahun ini, setelah lulus dari kuliah dan ngambil jurusan yang lumayan laku di pasar, mucul seringkali pertanyaan, jadi 7 tahun saya bekerja ini untuk siapa ya?

yup, sebenarnya pertanyaan klise, tapi ya itu ternyata bentuk dari kesadaran diri sebagai pengingat. 

jelas, saya bekerja untuk keluarga, dengan bekerja saya dapat imbalan. sehingga bisa membiaya segala keperluan dan tuntutan. teori ekonomi berlaku, saya memperoleh sebagaimana saya telah berbuat. 

tapi ternyata bukan itu yg saya maksud, memang pekerjaan adalah bentuk dari aktualisasi diri dan sebagai cara untuk mendapatkan sesuatu yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi kita dan sosial. namun, lebih dalam, sebenarnya kita bekerja dimana dan untuk siapa sebenarnya kita melakukan pekerjaan sehari hari ita itu?

selama baru 7 tahun saya bekerja, dua tahun sempat bekerja di perusahaan negara, sisanya bekerja di perusahaan swasta. pikiran klasik yang selalu terlintas dikepala sebelum memilih tempat bekerja, ya.. siapa pemilik dari perusahaan itu.

tahun pertama, setelah lulus kuliah, saya tidak berfikir panjang, saya bekerja di perusahan swasta yang tidak peduli siapa pemilik nya. initinya saya bekerja untuk mencari nafkah. dua tahun ditempat tersebut, saya mulai berfikir, jadi saya mati matian bekerja ini adalah untuk kepentingan pemiliki. setiap tahun bisnisnya naik, revenue bertambah, investasi bertambah, dan income bersihnya tumbuh. dan saya, ya saya mendapat penghasilan sebagaimana bentuk relationship saya dengan perusahaan sebagai pekerja. lalu saya bertanya, apa hidup saya seperti ini, sebagai bisnis development mengembangkan bisnis perusahaan yang saya tidak tahu value dan visi hidup dari si pemilik seperti apa. 

singkat cerita, sepertinya ini salah, dampak pekerjaan yang saya lakukan tidak memiliki pengaruh ke masyarakat, hasil nya hanya terbatas dapat dinikmati oleh perusahaan, pemilik dan saya sendiri. akhirnya saya putuskan untuk mencari perusahaan negara... dengan tujuan mulia.. bekerja untuk saya dan Negara saya.

percaya atau tidak, tujuan atau visi kita bekerja "mentrigger" passion kita dan semangat kita. karir, kemampuan, exposure akan datang dengan sendirinya manakala kita bekerja dengan passion. saya sadar itu, dan saya terapkan itu. dan sekarang saya bekerja untuk negara, penuh passion dan etos tinggi yaitu untuk negara.

setahun, dua tahun.... iya, kenapa hanya dua tahun? hasil laba rugi dan neraca dari perusahaan negara tentunya adalah milik negara dan menjadi "revenue stream" negara. namun apa yang saya lihat, saya rasakan, saya cermati di Perusahaan Negara ini kok berbeda. walaupun semangatnya sama, bekerja keras, menumbuhkan perusahaan, dan memperbanyak bisnis. namun juga memperbanyak bisnis kita untuk sendiri.... setiap "oknum" berusaha keras bekerja tapi tujuannya lain, yaitu mendapatkan bisnis untuk dinikmati sendiri didalam bisnis perusahaan. nah, kok jadi begini... etos kerja pun juga tidak terlalu cepat, toh perusahaan juga tidak mungkin rugi, negara sangat besar, apalah artinya rugi dari perusahaan ini. jadinya, etos dan budaya kerja yang tidak maksimal, tingkat prudent sedikit diabaikan, pun dilakukan dengan tujuan sebagai bentuk birokrasi yang membuat lamban pengambilan keputusan dan hanya untuk mengalihkan resiko pribadi. 

jujur, sangat disayangkan sekali, banyak hal yang bisa diurus, dikerjakan, dan dihasilkan untuk perusahaan, namun tidak dilakukan dengan upaya maksimal. dan memang membuat sangat "nyaman". hal inilah kembali menelisik saya, untuk berfikir ulang, bekerja untuk siapa??

memang tidak ada sesuai yang sempurna, bahkan ketika kembali pindah ke perusahaan swasta. namun, at least... kita masuk punya akar pikiran yang idealis. menentukan dulu perusahaan apa yang kita minati, siapa owner nya, bagaimana value, seperti apa business process didalamnya, baru kita join dengan maksimal passion dan effort. 

segala sesuatunya tetap berjalan, dan saya bersyukur atas apa jalan yang saya tempuh. dengan tetap menaruh harapan, semoga bisa bekerja yang bisa berkontribusi baik tentunya untuk diri saya dan keluarga, masyarakat, dan Bangsa. 

#catatan pribadi yang bersifat opini personal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun