Guru honorer ? Kualitas guru honorer ?sering sekali guru honorer dianggap kasta terendah dalam level pendidik sedangkan guru KKI atau p3k adalah kasta pendidik atas. banyak sekali yang membedakan ketiga golongan tersebut. Jika dilihat dari sekilas pasti mudah sekali membedakan antara guru honorer dan guru p3k ataupun guru kki, mulai dari seragam, nametag yang selalu terlilit di leher, dan tempat mengajar. Lantas bagaimana tentang kualitas ? Apakah guru p3k atau kki lebih kreative dan lebih kompenten dibanding guru honorer karena sering ikut berbagai macam pelatihan dan memiliki banyak tuntutan dari negara sehingga membuat mereka tertib administrasi kelas atau malah sebaliknya.Â
Jika dilanjutkan maka penulis yakin, tulisan ini tidak akan menjadi tulisan yang membangun sebuah sudut pandang baru melainkan hanya membuka sesi hujatan dan perdebatan. Maka dari itu penulis mencukupi perbahasan tentang guru honerer pada alinea ini dan akan lebih aktif membahas tentang akar permasalahan yaitu sistem perekrutan guru yang cocok di masa depan.Â
Di setiap awal tahun ajaran baru pasti banyak bersebaran info lowongan kerja, dari banyak info tersebut terdapat satu kalimat unik yaitu siap bekerja dibawah tekanan. entah kenapa kalimat " siap bekerja dibawah tekanan" terasa sangat familiar di mata para fresh graduate atau pun pejuang lowongan kerja.Â
Mungkin kalimat " siap bekerja dibawah tekanan" sudah menjadi template wajib di setiap pengumuman lowongan kerja sampai - sampai kalimat " siap bekerja dibawah tekanan" harus ditulis juga di penguman lowongan kerja guru. Padahal kalimat " siap bekerja dibawah tekanan" tidak menunjukkan kemampuan seorang guru saat mengajar. kenapa ? Karena menurut penulis, sekolah yang menulis kalimat " siap bekerja dibawah tekanan"cenderung memilikit banyak tuntutan kepada calon guru dan secara tidak langsung menuntut guru memiliki sifat tahan banting, kuat cacian dan kuat di segala medan peperangan. Bukankah mereka ingin melamar menjadi guru ? atau jangan - jangan sekolah itu tidak membutuhkan guru tetapi tentara militer.Â
Selain pemilihan kaliamt unik pada pengumuman, ada juga satu masalah lagi yaitu jarang sekali sekolah memiliki data - data yang absolute tentang calon guru yang ingin direkrut atau kurang standarisasi data yang harus dimiliki oleh calon guru. Contohnya dalam data yang ada di cv para calon guru, beberapa pihak sekolah sulit menentukan calon guru kalau hanya dengan milihat cv yang data prestasi dan keahlihannya bisa saja dimanipulasi tanpa ada bentuk sertifikat yang mendukung. Begitu di wawancara dan ditest microteaching hasilnya malah mengecewakan. Sehingga pihak sekolah kesulitan menemukan guru yang cocok untuk direkrut sesuai dengan harapan sekolah. Bahkan dibeberapa sekolah hanya melakukan seleksi perekrutan lewat cv dan wawancara saja, sehingga sering ditemukan guru tidak sesuai data di cv dan harapan sekolah.Â
Bukannya penulis berprasangka buruk tetapi jika ingin memperbaiki kualitas guru maka harus dimulai dari proses perekrutannya. Perbaiki alurnya, perbaiki syarat - syaratnya dan juga perbaiki kualitas calon guru sebelum dia menjadi guru. Â
Beberapa waktu lalu, tepatnya saat rapat kerja kemendikbud dengan komisi sepuluh DPR RI pada tanggal 24 Mei 2023 pak nadiem mengeluarkan beberapa ide tentang market place guru, pada dasarnya konsep market place guru merupakan database terbuka bagi seluruh sekolah yang ingin merekrut guru baru mulai dari guru honorer sampai asn. Database ini berupa data keahlihan guru, data pengalaman bekerja dan data prestasi guru. Dari data - data tersebut bisa dilihat oleh sekolah perekrut. Sudah selayaknya pemerintah menjadi fasilitator dalam perekrutan guru. Namun jika hanya sebatas pengadaan fasilitas dalam bentuk penyimpanan database calon guru, nampaknya hal itu tidak membantu banyak bahkan hanya cendrung menjiplak konsep web - web penyedia guru les atau web pencari lowongan pekerjaan yang sudah ada.Â
Banyak sekali beberapa rekan guru yang menganggap penyediaan marketplace guru itu bukan solusi untuk mensejahterakan guru. Mereka berpendapat marketplace guru menimbulkan ketidakpastian dan ketidakstabilan bagi para guru karena terdapat persaingan antara guru honorer yang lulus seleksi, guru ppg prajabatan dan guru calon asn.Â
Pastinya setiap sekolah swasta maupun negeri lebih memilih guru ppg prajabatan dan guru calon asn dibandingkan guru honorer yang lulus seleksi dengan alasan sekolah tidak perlu lagi membayar guru ppg prajabatan dan guru calon asn. Hal tersebut membuat guru honorer yang lulus seleksi tidak laku. Selain itu nasib guru honorer lulus seleksi juga ditentukan oleh dimana dia tinggal, semakin terpencil tempat guru tinggal maka semakin kecil pula peluang guru tersebut. DIkarena setiap sekolah pastinya memilih guru berdasarkan jarak dari rumah guru tersebut. Maka dari itu penulis menawarkan beberapa ide kepada pak menteri tentang cara mengontrol marketplce guru agar lebih effesien dan mudah dipengerti rekan - rekan guru.
1. Â Marketplace hanya untuk guru honorer yang berkualitas.
Guru Honorer berkualitas adalah guru yang telah mengajar minimal 2 tahun di sekolah sebelumnya, dan memiliki sebuah karya dalam bidang pengajaran bisa berupa tulisan di sebuah jurnal dan sebuah media pembelajaran berbentuk aplikasi, hasta karya dan sebuah vidio penerapan strategi pembelajaran. Dari kedua kriteria itulah dapat dijadikan syarat mendaftar marketplace guru. Setelah itu diadakan wawancara online untuk mengetahui kepribadian dan pengalaman guru dan test microteaching sesuai dengan keahlihan mengajar. Dengan kedua syarat tersebut dapat dilihat seberapa besar motivasi dan kesungguhan guru tersebut untuk mengajar.