Mohon tunggu...
Hadi Jakariya
Hadi Jakariya Mohon Tunggu... Jurnalis - Freelancer

Just voicing ideas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ngopi Sachet di "Warung Nenek", Cerita Bude Siti Tetap Dagang di Danau Kemuning Sribhawono

4 Januari 2025   18:49 Diperbarui: 4 Januari 2025   19:16 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bude Siti, tampak tenang duduk dikursi plastik dibalik dagangannya yang sudah tersusun diatas meja. Sumber: Hadi Jakariya

Tangguh dan pantang bosan. Dua kata yang rasanya pas buat menggambarkan sosok Siti Mariam alias Bude Siti, perempuan 53 tahun yang sejak 2013 sudah berdagang di lokasi Kali Mesin, yang kini dikenal sebagai Danau Kemuning, Desa Sribhawono, Kecamatan Bandar Sribhawono, Lampung Timur.


Sabtu, 4 Januari 2025, saya bersama istri, anak, dan seorang kawan yang juga mengajak istri serta dua anaknya, sengaja meluangkan waktu santai di Danau Kemuning. Cuaca mendung, angin sesekali bertiup lembut, menambah syahdu suasana. Kami duduk di gazebo berukuran 2x2 meter, menyeruput kopi sachet yang kami pesan dari "Warung Nenek", begitu orang-orang menyebutnya milik Bude Siti.

Obrolan ngalor-ngidul mengalir begitu saja, sampai akhirnya gerimis berubah menjadi hujan. Terpaksa kami berteduh di warung Bude Siti sambil membeli beberapa jajanan. Saya dan teman saya pun memesan dua gelas kopi lagi, untuk melanjutkan obrolan kami, sementara ibu-ibu dan anak-anak sibuk menikmati Pop Mie dan minuman coklat yang dijual di sana.

Sambil ngobrol bersama teman, mata saya beberapa kali tertuju pada sosok Bude Siti yang saat itu duduk santai di kursi plastiknya. Wajahnya tenang, tatapannya seperti menyimpan banyak cerita. Ada sesuatu dari raut wajahnya yang bikin saya penasaran.

“Bude udah lama dagang di sini?” tanyaku akhirnya, mencoba membuka percakapan.

Awalnya, saya ragu apakah pertanyaan ini mengganggunya. Tatapannya tadi begitu tenang, seolah tak ingin diganggu. Tapi dugaan saya salah.

"Sudah dari 13 tahun om, saat lokasi ini masih sepi," jawabnya santai, dalam bahasa Jawa yang saya terjemahkan ke bahasa Indonesia agar lebih mudah dimengerti.

Dan dari situlah, cerita panjang tentang perjalanan hidupnya pun mengalir.

Saya makin penasaran. Bertahan 13 tahun di tempat wisata yang pasang surut pengunjungnya tentu bukan perkara mudah.

"Sejak tahun 2013, saat ini masih bertahan, apa ada peningkatan penghasilan?" tanyaku, mengingat hari itu pun pengunjung bisa dihitung dengan jari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun