Mohon tunggu...
IndahS
IndahS Mohon Tunggu... Freelancer - pengangguran berkarakter

penyuka sebuah senyuman karena sebuah senyuman kadang hidup terasa hidup

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tempat Syukur

17 Agustus 2016   02:38 Diperbarui: 17 Agustus 2016   02:57 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelan-pelan awan membuka tabir cahaya pagi itu

dan perlahan matahari mulai naik melewati batas cakrawala

persis seorang bintang panggung bercahaya terang penuh pesona

sedang aku seperti seorang penonton yang menantikannya dengan hati bergetar

pagi itu dingin masih memeluk manja sepotong rangka dan daging yang berbalut kulit

ini indah, sangat indah bahkan ketika dinikmati sendiri dalam sepi

dan syukur perlahan menyusup kedalam hati 

menggaung tanpa kata yang berani loncat dari bibir penuh dosa

Tuhan memang tidak pernah salah menitipkan ku di rahim perempuan negeri ini

negeri yang di berkahi, yang kalau boleh memilih

biar saja tak usah mencicipi syurga 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun