Kamis pagi, 1 September 2011, perut istriku mulai mulas. Malam itu aku menginap di rumah orang tuaku di Citayam untuk mudik lebaran. Kupikir itu hanya keluhan sakit perut biasa, tapi aku sadar pasti itu ada hubungannya dengan kandungannya yang sudah sembilan bulan lebih. Sebenarnya dokter yang memeriksa istriku memprediksi bahwa sang bayi akan keluar tanggal 4 atau 5 September ini. Akhirnya selepas subuh kami menuju ke rumah sakit di kota Bogor dari tempat orang tuaku di Citayam. Sesampai di rumah sakit dokter memutuskan untuk melakukan tindakan operasi cesar karena posisi kepala si bayi tidak menunduk sehingga akan sangat sulit untuk melahirkan secara normal. Walaupun aku berharap istriku akan melahirkan normal seperti anak kami yang pertama namun apa boleh buat keputusan operasi adalah keputusan terbaik untuk sang ibu dan bayinya.
Menunggu istriku dioperasi adalah saat yang paling menegangkan. Pikiranku bercampuraduk antara harapan, kecemasan, ketakutan, kesedihan dan kepanikan. Tepat jam 11 siang kudengar suara tangis di ruang operasi. Tak terasa air mata membasahi pipi, tapi aku tak yakin apakah itu suara anakku. Baru ketika seorang asisten dokter memanggil namaku pada jam 11 : 08 menit aku benar-benar yakin kalau itu suara anakku. Airmataku semakin banyak tertumpah membasahi wajahku yang cemas sedari pagi itu. Tibalah aku meng-adzankan anakku di telinga kanannya. Tiba-tiba suara adzanku terputus dipertengahan karena rasa haru yang luar biasa. Aku merasa sangat berat melanjutkan adzan itu. Setelah berhenti sejenak kulanjutkan adzanku dan diakhiri dengan iqomah di telinga kirinya. Tujuan adzan dan iqomah ini adalah agar sebelum ia mendengarkan suara-suara manusia tentang banyak hal ia harus mengenal Tuhannya, Rasulnya dan tujuan hidup di dunia ini. Setelah itu aku bersujud menghadap kiblat karena rasa syukurku yang tak terhingga diberikan rejeki yang sangat berharga.
Ada beberapa cacatan unik dari kelahiran anakku ini menurutku. Ia lahir sesuai keinginanku : bulan September. Kakaknya dan ayahnya lahir bulan September. Mungkin ia ingin mengunjungi neneknya (ibuku) dulu baru keluar ke dunia, atau mungkin ia tidak ingin lahir pas Idul Fitri karena tahun ini Idul Fitrinya penuh kontroversi. Ketika pertama kali kulihat wajahnya sepertinya ia melihat kepadaku seolah-olah memberi harapan, padahal mata bayi yang baru dilahirkan biasanya terpejam. Aku menyimpulkan bahwa memang hari itu sudah saatnya ia datang ke alam dunia dari alam rahim ibunya, bukan kelahiran yang dipercepat karena dioperasi.
Kini saatnya aku memberi nama untuk anakku ini. Dalam Islam nama adalah doa dan harapan. Karena terlahir satu hari setelah Idul Fitri banyak menyarankan agar ia diberi nama Fitri, namun aku kurang setuju selain banyak yang menggunakan nama itu di sekitar rumahku, nama itu juga berhubungan dengan judul sinetron yang bertele-tele yang kubenci. Aku ingin memberi nama yang mempunyai arti bagus dari bahasa manapun karena Tuhan maha mengetahui arti setiap nama dan niat seseorang memberi nama. Maksudku tak harus berasal dari Bahasa Arab. Aku ingin nama depannya simpel dan mudah dilafalkan oleh orang-orang di sekitarku, unik dan tidak pasaran. Akhirnya dengan mengucap Bismillahirahmanirahim anakku kuberi nama : Della Utamima Auxiliary.
Nama depan Della (dobel L) bukan kepanjangan dari Depok Lama. Nama itu menurutku simpel dan cantik untuk nama depan seorang gadis. Seperti nama kakaknya, Adis, Della juga tidak ada artinya ketika pertama kali kupikirkan dijadikan nama depan. Tapi kemudian iseng-iseng aku browsing nama-nama bayi di internet, dan menemukan nama Della. Ternyata nama ini berasal dari Bahasa Jerman yang translasinya dalam bahasa Inggris noble/nobility yang artinya dalam Bahasa Indonesia adalah : bangsawan/ningrat/mulia/luhur/agung.
Utamima berasal dari Bahasa Arab. Dalam hadist Riwayat Bukhori tentang akhlak Nabi ada hadist yang berbunyi : innama bu’itstu li utamima makarima al-akhlak yang artinya : tiada lain aku diutus untuk menyempurnakan kebaikan akhlak. Nama Utama, Utami, Utomo juga sering kita dapati dalam nama orang asli Indonesia artinya : yang penting, yang pertama atau yang didahulukan. Aku berharap anakku kelak adalah orang yang mengutamakan kebenaran dan kejujuran diatas segala-galanya.
Auxiliary adalah istilah English grammar (tata bahasa Inggris). Dalam grammar ada istilah auxiliary verb yang kalau diterjemahkan adalah kata kerja bantu. Kata ini adalah : do, does dan did. Jika kita ingin membuat kalimat negatif, interrogative dan pertanyaan kita harus menggunakan kata ini. Ada juga istilah Modal Auxiliary untuk kata kata, can, must, will, may dan sebagainya. Jadi kalau disimpulkan Auxiliary itu artinya pembantu atau pelengkap.Kadang kita meremehkan peran pembantu atau asisten, padahal tanpa mereka pekerjaan kita kan terbengkalai dan tidak lengkap. Semoga kelak anakku menjadi pelengkap suatu pekerjaan yang membaikkan.Pasti ada yang bertanya : mengapa aku menggunakan istilah grammar? Ya, karena hobbyku membaca buku grammar dan mengajarkannya pada orang lain.
BOGOR 3 SEPTEMBER 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H