Tak terasa saat ini sudah memasuki liburan sekolah, dimana seperti telah menjadi tradisi, jika liburan sekolah maka tidak lengkap bila tidak diisi dengan tamasya ketempat-tempat wisata. Nah.. sudahkan anda dan keluarga merencanakan liburan yang berkualitas untuk putra-putri anda ? Jika belum, sepertinya PUSAT PRIMATA SCHMUTZER yang berada di Taman Margasatwa Ragunan. Biaya yang dikuarkan pun terbilang minim, kita hanya dikenakan biaya tiket masuk sebesar Rp.4000,- untuk dewasa, dan Rp.3000,- untuk anak-anak. Jika anda membawa kendaraan, maka ditambah retribusi untuk kendaraan sebesar Rp. 3000,- untuk Motor dan Rp. 5000,- untuk Mobil. Gorila adalah satwa langka yang dilindungi oleh Dunia, karena jumlahnya yang semakin terbatas karena terus berkurangnya hutan didunia. Pusat Primata Schmutzer adalah salah satu tempat perlindungan dan perawatan satwa tersebut, sehingga kelak dapat menjamin anak cucu kita tetap dapat mengenal dan melihat satwa langka tersebut. Jika kita ingin memasuki area penangkaran tersebut, kita dikenakan tarik lagi sebesar Rp.5000,- per orang baik untuk dewasa maupun anak-anak, pendapatan ini digunakan untuk biaya perawatan satwa tersebut. Tidak lupa pengunjung untuk menitipkan bahan bawaan terutama berupa makanan dan minuman, karena pengunjung tidak diperkenankan memberikan makanan dan minuman dari luar, karena dikawatirkan akan mengganggu kesehatan para satwa tersebut. Sambutan yang megah akan kita rasakan, ketika kita memasuki pelataran depan bangunan utama, dimana gerbang yang tinggi menjulang dan megah, seakan-akan mengisyaratkan kebesaran Gorila yang akan kita temukan didalam. Pengunjunga dapat berfoto ria dengan patung Gorila dengan ukuran sebenarnya, yang cukup besar, ini akan menjadi kenang-kenangan yang menarik kelak. Setelah menaiki anak tangga yang cukup tinggi, kita diarahkan kedalam lorong berupa jembatan, yang berada diatas hutan buatan, yang dibuat menyerupai habitat asli orang hutan. Sepandang mata memandang rimbun pepohonan yang besar, membuat kita serasa berjalan-jalan dihutan rimba. Menuruni lorong jembatan, jika beruntung, kita akan disuguhi oleh tingkah polah lucu dari satwa bernama Gorila tersebut. Tinggi besar, berperawakan sangat gagah, namun terlihat sangat imut dan lucu :), setidaknya menurut penulis lho :). Antusias pengunjung begitu besar untuk mengabadikan moment tersebut, sehingga membuat kerumunan gaduh di depan Gorila tersebut yang terlihat bingung menjadi artis dadakan :) Puas menyaksikan secara langsung Gorila yang ada, kita akan diarahkan menelusuri Goa buatan, yang sangat panjang dan melelahkan, bagaimana tidak, kita menelusuri goa yang nai dan turun, dengan lantai yang basah dan licin, tanpa adanya reling untuk berpegangan, agak berbahaya bagi pengunjung wanita apalagi ibu hamil, tidak disarankan memasuki goa tersebut. Sepanjang menelusuri goa, kita akan menemukan kaca2 yang tembuh kedalam hutan buatan, jika beruntung, kita akan menemukan spesies primata lainnya yang sedang bergelantungan diatas pohon. Panjangnya lorong Goa, tidak diikuti oleh ventilasi dan sirkulasi udara yang baik, sehingga kita akan sedikit merasakan agak panas dan agak sesak... mungkin karena pengunjungnya yang padat dan kecilnya lorong tersebut, yang hanya berukuran lebar 2 meter dan tingg 2 meter ber relief batu-batuan khas goa. Keluar dari lorong Goa, pastinya kita akan kehausan, jangan kawatir, karena tersedia banyak depot-depot air minum yang bisa langsung diminum oleh pengunjung dan telah dijamin kemurniannya oleh pengelola Taman tersebut. Penulis sempat mencicipi air tersebut melalui keran yang telah disediakan, memang rasa airnya menyegarkan seperti kita meminum iar mineral botolan. Namun sayang, jika kita lihat kondisinya sepertinya minim perawatan, dengan telah berkaratnya disana-sini serta terlihat kotor dan "maaf" agak menjijikan, sehingga jika tidak terpaksa sekali, saya memilih untuk tidak meminumnya. Dikawasan ini pun tersedia arena outbound yang cukup menantang, namun sayang, karena "sekali lagi" minim perawatan, mengakibatkan arena outbound tersebut rusak dimakan usia, dengan kayu-kayu yang telah lapuk dan regas, sehingga dinyatakan ditutup oleh pengelola, karena dikawatirkan membahayakan pengunjung yang bermain disana. Belum lagi petunjuk arah keluar dari lokasi yang amat minim, sehingga kami harus mencari-cari arah jalan untuk keluar dari arena tersebut. Akhirnya.. selesai sudah petualangan kita di taman tersebut, cukup puas, dengan beberapa kekurangan yang ada, Pusat Primata Schmutzer tetap menjadi tempat yang layak untuk dikunjungi oleh keluarga, karena banyak pengetahuan yang dapat dipelajari oleh putra-putri kita mengenai Primata, baik yang asli Indonesia maupun dari Mancanegara. Selamat Berlibur...!! (Hadie/3024)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H