Mohon tunggu...
Hadiartadana
Hadiartadana Mohon Tunggu... -

wirausaha muda

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Beyond Blogging, Menulis untuk Peduli Negeri

4 Februari 2017   00:17 Diperbarui: 4 Februari 2017   00:24 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://courtstreetstories.com/

Melalui tulisan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada para blogger atas kerja kerasnya menulis berbagai macam hal dari beragam sudut pandang. Tulisan-tulisan blog seringkali bisa menjadi penawar “racun” beberapa channel televisi yang dipenuhi satu berita yang sama dibahas berjam-jam tanpa isi, ditampilkan seperti jadwal makan (pada pagi, siang, dan sore hari) dengan isi berita jiwa-jiwa yang merasa paling toleran sedunia. 

Blog telah menjadi "televisi" saya beberapa bulan ini. Dengan membaca blog, saya bisa melihat lebih luas dari sekedar mereka yang duduk di samping host berita atau sudut pengambilan gambar yang itu-itu saja. Terkadang berita yang ditampilkan begitu seragam dan diulang tanpa pembahasan yang mendalam sehingga sedikit membuat muak. Berita-berita yang sifatnya trend sesaat telah mengalahkan berita mereka yang berada di pinggiran negeri ini, bersekolah melewati jembatan "gantung", mencari sumber air berkilo-kilometer atau mereka yang hanya makan sehari cuma sekali.

Dari 13 channel yang ada di televisi saya, saya bisa menghitung dengan jari acara televisi yang menurut saya baik bagi diri saya sendiri. Namun saya tidak bisa menghitung berapa tulisan blog yang berguna bagi diri saya. Bukan karena tidak ada, tapi karena saking banyaknya tulisan blog yang memberi dampak positif. Sejauh pengamatan saya, tidak ada televisi yang menampilkan berita tentang blog yang memberi dampak positif. Tapi saya pernah menemukan tulisan blog yang membahas acara televisi yang memberi dampak positif. Menurut pandangan saya, blog telah mengalahkan televisi dewasa ini.

Baru sekitar 1 tahunan ini saya intens membaca blog. Banyak yang mengatakan blog sebagai wadah bertukar pikiran yang tanpa sensor. Wajar saja tanpa sensor, ini blog bukan televisi. Sensor terhadap sebuah tulisan blog ada dalam diri pembaca. Sensor yang kini sangat kentara, televisi memburamkan belahan dada dan mulusnya paha tidak peduli itu manusia atau kartun belaka. Dengan tampilan visual yang sedikit terganggu, nampak kaki berjalan dengan tubuh yang melayang, disaat itu juga diri seorang penonton sebenarnya sedang dimanjakan dalam mesensor sebuah tayangan. Lain halnya dengan membaca tulisan terutama di blog. 

Berbagai macam blog dengan konten yang sangat beragam menjadikan pembacanya sendiri menjadi juru sensor. Blog menjadikan otak pembacanya terbiasa berpikir bahwa ini berguna untuknya dan ini tidak. Membuat para pembacanya bisa melihat dengan lebih luas memang setiap sesuatunya ada pro dan kontra dan bisa memilih yang mana cocok untuk dirinya. Tidak seperti televisi yang semakin hari semakin tidak imbang di dalam pemberitaan.  

Blog di era keterbukaan ini telah memiliki peranan yang sangat vital bagi penikmatnya, baik penulis maupun pembaca. Dengan berbagai gaya penulisan, dengan berbagai teknik promosi, dan dengan berbagai keuntungan yang didapatkan bagi penikmatnya, blog telah memberi segalanya termasuk pekerjaan ataupun sekedar sebuah kepuasan. Kepuasan yang saya dapatkan sebagai pembaca adalah saya bisa memilih topik apa yang sayainginkan sewaktu-waktu, tidak mesti standby di jam-jam tertentu seperti menonton televisi. Selain topik berita yang beragam, banyak pula topik curhat atau membagikan pengalaman pribadi yang bisa menjadi inspirasi. 

Sebulan terakhir ini, saya bergabung menjadi Kompasianer karena saya ingin menulis blog dan mengikuti kompetisi. Saya merasa Kompasiana menjadi wadah tulisan blogger yang cukup lengkap. Tulisan-tulisannya memuat berbagai pandangan dari berbagai sudut pandang tentang topik yang beragam. Tidak seperti menulis blog biasa yang hanya bisa dikomentari saja, menulis di Kompasiana bisa mendapatkan nilai dari pembaca, ulasan bahkan bisa mendapatkan artikel tandingan sebagai balasan atas artikel yang sudah dibuat. Selain itu, yang selalu menarik perhatian saya Kompasiana menyediakan informasi kompetisi blog yang terkini.

Mengusung tema baru "beyond blogging" guna menjadi platform blog terbesar di Asia bahkan dunia, Kompasiana hendaknya terus berinovasi. Bukan hanya sekedar wadah yang menampung opini blogger tentang suatu topik dan menjadi sarana tuang adu aspirasi, tetapi juga sebagai wadah meningkatkan kepedulian antar sesama yang mulai terkikis saat ini. 

Saya melihat Kompasiana belum memiliki rubrik khusus tentang kepedulian sosial. Ketika diluar sana, arah wirausaha sudah condong ke social enterprenuer, yaitu tidak sekedar mengejar profit namun juga memberi dampak sosial yang positif, Kompasiana mungkin bisa menjadi platform blog dengan konsep seperti itu.

Keinginan saya sebagai pembaca, ada rubrik khusus di Kompasiana yang mengangkat kisah seseorang yang membutuhkan perhatian kita sebagai sesama manusia. Tujuannya siapatahu ada hati dermawan yang terenyuh kiranya mau menolong mereka yang memang membutuhkan. Penulis dan pembaca Kompasiana setidaknya pasti memiliki smartphone atau laptop, dimana bisa dikategorikan termasuk orang yang berada satu garis di atas mereka di luar sana yang membutuhkan bantuan kita.

Saat ini Kompasiana mungkin sudah menampung ribuan atau puluhan ribu artikel. Dengan banyaknya artikel tanpa pengelompokkan dengan baik, akan sulit dicari oleh pembaca yang ingin mencari topik tertentu. Menurut saya, jika saya menjadi dermawan saya akan kesulitan mencari artikel tentang mereka-mereka yang membutuhkan uluran tangan sehingga diperlukan penambahan kategori tentang tulisan peduli sesama. Mereka yang tinggal di pinggiran dan belum terjamah teknologi tentu belum bisa berteriak melalui tulisan seperti ini. 

Bahkan mungkin membaca dan menulis pun mereka mungkin belum mampu sehingga kita memang harus membantu. Lebih dari sekedar menulis blog, sebelum menjadi terbesar di Asia, mari kita menjadi besar di negeri sendiri dengan berkontribusi menjadikan mereka yang sering terlupakan menjadi ada dan dipedulikan lewat tulisan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun