Mohon tunggu...
Hadian Mukhlisha Irfani
Hadian Mukhlisha Irfani Mohon Tunggu... Arsitek - BIM and CPM Designer (Mahasiswa Magister Teknik Sipil UII Yogyakarta)

Sebagai mahasiswa yang sedang belajar tentang Teknik Sipil, dan terus berikhtiar menggeluti Spesialis "Building Information Modelling (BIM) Design dan Construction Project Management (CPM)". Saya terus berusaha belajar dan mencoba untuk menggabungkan ketepatan teknis dengan sentuhan artistik, dalam setiap proyek yang saya pelajari. Tentu, dengan modal kejujuran dan integritas, dan saya lebih banyak mendengarkan dan memahami kebutuhan 'klien' secara mendalam, sehingga dapat merancang konstruksi bangunan yang tidak hanya estetis, tetapi juga fungsional dan nyaman untuk digunakan. Dengan senantiasa komit terhadap kualitas dan kepuasan 'klien', saya selalu mencoba berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang harmonis dan inspiratif bagi setiap orang yang menghuninya.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Membangun Standar Konstruksi Tahan Gempa di Indonesia?!

14 November 2024   00:01 Diperbarui: 14 November 2024   00:58 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tantangan lainnya adalah kondisi ekonomi yang membuat banyak pihak terpaksa mengabaikan standar yang telah ditetapkan. Inisiatif-inisiatif seperti insentif untuk adopsi teknologi tahan gempa dan kredit bersubsidi bagi proyek yang memenuhi standar bisa menjadi solusi untuk mendorong implementasi yang lebih luas.

Kesadaran masyarakat juga menjadi faktor penunjang yang penting. Edukasi berkala dan informasi publik tentang pentingnya konstruksi tahan gempa harus terus disosialisasikan. Kesadaran ini akan menciptakan tuntutan dari masyarakat sendiri untuk memastikan setiap proyek pembangunan mempertimbangkan aspek ketahanan gempa.

Selain itu, peninjauan rutin terhadap kondisi bangunan lama dan penerapan prinsip retrofitting bisa memperpanjang umur bangunan sekaligus meningkatkan kemampuan bangunan dalam menghadapi gempa. Reassessment terhadap bangunan yang ada harus dilakukan secara berkala.

Penting juga untuk belajar dari pengalaman negara tetangga seperti Malaysia dan Filipina, yang memiliki pendekatan berbeda dalam menanggulangi masalah serupa. Studi perbandingan ini dapat memberikan perspektif baru dan alternatif solusi yang bisa diadaptasi ke dalam konteks lokal Indonesia.

Ke depan, di tengah ancaman perubahan iklim yang bisa mempengaruhi intensitas bencana alam, fleksibilitas dan kapasitas adaptif dalam dunia konstruksi harus terus diperkuat. Standar yang lebih adaptif dan dinamis akan mendukung diversifikasi desain yang lebih tahan terhadap berbagai jenis bencana.

Pembangunan sumber daya manusia dengan keterampilan khusus dalam bidang teknik sipil, terutama yang difokuskan pada rekayasa seismik, juga menjadi perhatian penting. UII Yogyakarta, melalui program-program pendidikannya, berperan aktif dalam mencetak lulusan yang siap menghadapi tantangan ini.

Pada akhirnya, penerapan standar konstruksi tahan gempa bukan hanya tentang menghindari kerugian material, tetapi juga tentang melindungi nyawa manusia. Kesadaran ini harus menjadi semangat kolektif yang menggugah berbagai pihak untuk bergandengan tangan.

Dengan seluruh komitmen dan kolaborasi tersebut, diharapkan Indonesia mampu bergerak menuju masa depan yang lebih aman, meminimalisir dampak bencana bagi kehidupan masyarakatnya. Melalui pembangunan yang berkesadaran tinggi terhadap risiko seismik, Indonesia bisa menjadi model bagi negara lain dalam manajemen bencana, sekaligus menjaga kelangsungan perkembangan ekonominya. Jadi, dari sikap proaktif inilah kita dapat mewujudkan cita-cita akan negara yang tangguh dalam menghadapi gempa bumi, dengan mengedepankan kemanusiaan dan keberlanjutan dalam setiap proses pembangunan ?! Wallahu A'lamu Bishshawwab.

Kaliurang, 13 November 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun