Mohon tunggu...
Hadian Mukhlisha Irfani
Hadian Mukhlisha Irfani Mohon Tunggu... Arsitek - BIM and CPM Designer (Mahasiswa Magister Teknik Sipil UII Yogyakarta)

Sebagai mahasiswa yang sedang belajar tentang Teknik Sipil, dan terus berikhtiar menggeluti Spesialis "Building Information Modelling (BIM) Design dan Construction Project Management (CPM)". Saya terus berusaha belajar dan mencoba untuk menggabungkan ketepatan teknis dengan sentuhan artistik, dalam setiap proyek yang saya pelajari. Tentu, dengan modal kejujuran dan integritas, dan saya lebih banyak mendengarkan dan memahami kebutuhan 'klien' secara mendalam, sehingga dapat merancang konstruksi bangunan yang tidak hanya estetis, tetapi juga fungsional dan nyaman untuk digunakan. Dengan senantiasa komit terhadap kualitas dan kepuasan 'klien', saya selalu mencoba berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang harmonis dan inspiratif bagi setiap orang yang menghuninya.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menjembatani Seismik: Kolaborasi Regional untuk Masa Depan Konstruksi Tahan Gempa?!

13 November 2024   22:50 Diperbarui: 13 November 2024   22:56 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh. Hadian M. Irfani

Pada setiap wilayah yang rentan gempa, pembangunan infrastruktur tahan gempa menjadi keharusan. Jepang telah lama dikenal sebagai pelopor dalam teknologi dan strategi konstruksi bangunan tahan gempa. Namun, upaya ini tidak dapat berdiri sendiri. Kolaborasi regional di antara negara-negara di Asia Tenggara dapat menciptakan fondasi yang lebih kokoh untuk menghadapi tantangan seismik di masa depan.

Jepang telah menetapkan standar tinggi dalam pembangunan infrastruktur yang mampu bertahan dari guncangan gempa. Mereka telah mengembangkan berbagai teknologi inovatif, dari sistem isolasi dasar hingga struktur rangka bangunan fleksibel yang memungkinkan gedung bergerak mengikuti getaran tanah, tetapi tetap berdiri tegak. Menurut Prof. Hiroshi Aoyama, seorang pakar teknik sipil di Tokyo Institute of Technology, pendekatan Jepang dalam mengatasi gempa adalah kombinasi dari rekayasa struktural yang canggih dan kode bangunan yang ketat.

Di sisi lain, Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Filipina, dan Malaysia, menghadapi tantangan berbeda. Wilayah ini tidak hanya menghadapi ancaman seismik, tetapi juga kerentanan akibat kualitas tanah dan infrastrukturnya yang membutuhkan peningkatan. Prof. Bambang Wijaya dari Universitas Indonesia mengemukakan bahwa tanah aluvial di sepanjang pantai barat Sumatra, misalnya, dapat mengalami amplifikasi gelombang gempa yang sangat tinggi, meningkatkan risiko kerusakan infrastruktur.

Berdasarkan data dari BMKG, gempa yang terjadi di wilayah Indonesia sebagian besar dipengaruhi oleh pergerakan lempeng tektonik yang kompleks. Gempa-gempa tersebut dapat berdampak tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di negara-negara tetangga. Ini menggarisbawahi pentingnya kolaborasi dalam merancang dan mengimplementasikan bangunan yang lebih tahan terhadap gempa.

Sumber gambar: Gen_AI
Sumber gambar: Gen_AI

Namun, kolaborasi regional bukan hanya tentang berbagi teknologi, tetapi juga pembelajaran dari satu sama lain terkait kebijakan dan pengembangan sumber daya manusia. Jepang bisa menjadi mentor dalam hal teknologi bangunan, sementara Asia Tenggara menawarkan pelajaran berharga tentang beragam konteks geologi dan sosial. Dr. Lim Seng Choo, seorang insinyur struktural dari National University of Singapore, menekankan pentingnya memahami konteks lokal ketika mengimpor teknologi dari Jepang.

Selama beberapa dekade, Jepang telah mengeksplor pengetahuan dan inovasi teknologi tahan gempa ke banyak negara. Namun, transfer teknologi ini memerlukan adaptasi dan penyesuaian terhadap kondisi lingkungan lokal. Teknologi yang sukses di Jepang tidak selalu langsung dapat diterapkan di Jakarta atau Manila tanpa modifikasi.

Menurut Prof. Aoyama, pendekatan yang berhasil adalah dengan mengembangkan teknologi hibrida yang memadukan teknologi Jepang dengan inovasi lokal. Misalnya, sistem peredam seismik yang menggunakan bahan lokal dapat mengurangi biaya tanpa mengorbankan kualitas dan kinerja. Dengan demikian, negara-negara di Asia Tenggara dapat memanfaatkan pengalaman dan teknologi Jepang dengan cara yang lebih efisien.

Pembangunan berkelanjutan menjadi prioritas, terutama ketika menghadapi ancaman seismik yang konstan. Penggunaan material ramah lingkungan dan praktik pembangunan yang efisien energi membantu mengurangi dampak lingkungan. Arsitek dan insinyur harus memperhitungkan faktor-faktor keberlanjutan ini dalam setiap proyek, sebagaimana ditegaskan oleh Eko Prasetyo, seorang insinyur sipil di ITB.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun