Mohon tunggu...
Hadian Mukhlisha Irfani
Hadian Mukhlisha Irfani Mohon Tunggu... Arsitek - BIM and CPM Designer (Mahasiswa Magister Teknik Sipil UII Yogyakarta)

Sebagai mahasiswa yang sedang belajar tentang Teknik Sipil, dan terus berikhtiar menggeluti Spesialis "Building Information Modelling (BIM) Design dan Construction Project Management (CPM)". Saya terus berusaha belajar dan mencoba untuk menggabungkan ketepatan teknis dengan sentuhan artistik, dalam setiap proyek yang saya pelajari. Tentu, dengan modal kejujuran dan integritas, dan saya lebih banyak mendengarkan dan memahami kebutuhan 'klien' secara mendalam, sehingga dapat merancang konstruksi bangunan yang tidak hanya estetis, tetapi juga fungsional dan nyaman untuk digunakan. Dengan senantiasa komit terhadap kualitas dan kepuasan 'klien', saya selalu mencoba berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang harmonis dan inspiratif bagi setiap orang yang menghuninya.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Dari Tokyo ke Jakarta: Adaptasi Teknologi Bangunan Tahan Gempa di Asia

13 November 2024   21:30 Diperbarui: 14 November 2024   16:46 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi masyarakat Asia Tenggara lainnya, adaptasi teknologi tahan gempa yang dilakukan Jepang menjadi pelajaran penting bahwa bencana alam tidak bisa dihindari tetapi dampaknya dapat dikurangi.

Misalnya, di Thailand, riset tentang teknologi bangunan tahan gempa mulai difokuskan pada penyesuaian dengan struktur bangunan lokal yang tradisional tetapi memiliki potensi untuk diperkuat.

Usaha untuk mengombinasikan teknologi mutakhir dengan desain arsitektur tradisional menjanjikan hasil yang tidak hanya fungsional tetapi juga estetis. Menurut Dr. Chaiyah Kahaw, seorang ahli arsitektur dari Universitas Chulalongkorn, memadukan seni dan teknologi merupakan cara untuk mendukung keberlanjutan sekaligus ketahanan.

Indonesia dengan kekayaan budaya arsitekturnya juga berpotensi untuk mengadopsi pendekatan serupa. Keberadaan rumah adat seperti Rumah Gadang di Sumatra Barat yang telah terbukti tahan terhadap gempa selama ratusan tahun menjadi bukti bahwa arsitektur tradisional bisa diselaraskan dengan teknologi modern.

Dengan mengamati berbagai pendekatan dari Tokyo ke kota-kota di Asia Tenggara lainnya, terlihat jelas bahwa penyesuaian teknologi memerlukan perhatian pada konteks budaya, geografis, dan ekonomis lokal. Perbedaan dalam implementasi ini adalah kekuatan yang dapat digunakan untuk mendorong inovasi dan kolaborasi lintas negara.

Kolaborasi internasional dan dukungan dari para pakar teknik sipil menjadi sangat penting dalam mewujudkan hal ini. Seminar, workshop, dan simposium yang diadakan secara internasional dapat menjadi wadah untuk berbagi pengetahuan terbaru dan membahas metode praktis yang telah diverifikasi di lapangan.

Pada akhirnya, tujuan dari adaptasi teknologi bangunan tahan gempa tidak hanya untuk memperkuat struktur melawan kekuatan alam tetapi juga untuk melindungi kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Teknologi adalah alat, tetapi penyesuaiannya dengan konteks lokal serta dukungan komunitas menjadi faktor penentu keberhasilan.

Jadi, dengan potensi yang ada, dari Tokyo ke Jakarta dan ke seluruh Asia Tenggara, kita bisa bersama-sama membangun masa depan yang lebih aman dan berkelanjutan. Inovasi dan adaptasi teknologi harus terus dilakukan, kita selalu ingat bahwa keamanan dan keselamatan manusia adalah prioritas utama yang tidak dapat ditawar?!

Wallahu A'lamu Bishshawwab.

Kaliurang, 13 November 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun