Negara tetangga lainnya, seperti Malaysia dan Thailand, meskipun tidak berada tepat di jalur gempa, mulai memperhatikan isu ini dengan serius. Malaysia, dengan kondisi tanah yang relatif lebih stabil, mulai menyisipkan modul tahan gempa dalam kebijakan pembangunannya, sementara Thailand fokus pada penguatan struktur bangunan umum melalui penyisipan elemen struktural tambahan.
Dalam konteks kompetisi regional ini, Indonesia juga perlu belajar dari praktik terbaik negara-negara lain di Asia Tenggara. Salah satu pendekatannya adalah melalui kolaborasi dan pengetahuan bangsa lain yang memiliki pengalaman lebih, baik dalam hal desain maupun implementasi teknologi.
Di Indonesia sendiri, ketersediaan material bangunan yang bervariasi di berbagai lokasi merupakan keuntungan sekaligus tantangan. Di daerah-daerah tertentu, mudah untuk mendapatkan material bangunan yang kuat seperti batu dan beton, namun di tempat lain, seperti di pulau-pulau kecil, instruksi yang lebih disesuaikan untuk sistem konstruksi baru perlu diterapkan.
Namun, adopsi teknologi baru ini tidak lepas dari tantangan sosial-ekonomi. Di banyak wilayah di Indonesia, anggaran dan kesadaran masyarakat masih menjadi kendala utama. Dalam kasus ini, peran pemerintah dan edukasi publik sangat penting. Bahkan, teknologi paling maju tidak akan berhasil jika tidak ada upaya untuk mengintegrasikannya dalam kebijakan pembangunan nasional.
Pendekatan berbasis komunitas dengan memanfaatkan kearifan lokal juga dapat menjadi solusi yang efektif bagi Indonesia. Budaya gotong royong dan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan bisa meningkatkan penerimaan inovasi teknologi tahan gempa di tingkat lokal.
Kolaborasi internasional dan pertukaran ide dengan negara-negara seperti Jepang dapat memberikan dorongan yang sangat dibutuhkan. Pemerintah Indonesia telah menjalin beberapa kerja sama strategis, termasuk transfer teknologi dan pelatihan untuk insinyur lokal, guna meningkatkan kapasitas nasional di bidang ini.
Selain itu, pentingnya penelitian dan pengembangan konteks lokal tidak boleh diabaikan. Penelitian berkelanjutan yang dilakukan oleh universitas-universitas lokal dan pusat riset menjadi fondasi bagi inovasi yang lebih relevan dan berkelanjutan.
Rini Astuti, peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, menambahkan bahwa peningkatan sensor gempa dan teknologi prediksi juga harus menjadi prioritas. Integrasi antara teknologi ini dengan arsitektur bangunan mampu memberikan peringatan dini dan mengurangi potensi kerugian material dan nyawa.
Meskipun tantangan konstruksi bangunan tahan gempa di Indonesia sangat besar, semangat gotong royong dan inovasi yang terjangkau memberi harapan untuk masa depan yang lebih aman.
Dengan belajar dari negara-negara tetangga dan memperkuat riset lokal, Indonesia dapat mencapai standar keamanan bangunan yang lebih tinggi.