Mohon tunggu...
Hadian Mukhlisha Irfani
Hadian Mukhlisha Irfani Mohon Tunggu... Arsitek - BIM and CPM Designer

Sebagai seorang yang sedikit mengerti tentang Teknik Sipil, dan terus berikhtiar menggeluti Spesialis "Building Information Modelling (BIM) Design dan Construction Project Management (CPM)". Saya terus belajar dan mencoba untuk menggabungkan ketepatan teknis dengan sentuhan artistik, dalam setiap proyek yang saya kerjakan. Tentu, dengan modal kejujuran dan integritas, dan saya selalu berusaha mendengarkan dan memahami kebutuhan 'klien' secara mendalam, sehingga dapat menciptakan konstruksi bangunan yang tidak hanya estetis, tetapi juga fungsional dan nyaman untuk digunakan. Dengan komitmen terhadap kualitas dan kepuasan 'klien', saya bisa berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang harmonis dan inspiratif bagi setiap orang yang menghuninya.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Revolusi Hijau dalam Teknik Sipil: Bahan Bangunan Ramah Lingkungan sebagai Masa Depan Industri Konstruksi

18 Agustus 2024   19:56 Diperbarui: 19 Agustus 2024   16:19 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: irfanihome.archin

Revolusi hijau dalam teknik sipil merupakan salah satu topik menarik yang sedang banyak dibicarakan dalam beberapa dekade terakhir. Perkembangan sektor konstruksi yang ramah lingkungan telah membawa perubahan signifikan pada bagaimana kita mendesain dan membangun infrastruktur. 

Penggunaan bahan bangunan ramah lingkungan kini menjadi prioritas utama, bukan hanya untuk mengurangi jejak karbon, tetapi juga untuk mewujudkan keberlanjutan lingkungan dan sosial.

Proses urbanisasi yang cepat di berbagai negara telah meningkatkan permintaan akan pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan. Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang, konsep bangunan hijau atau green building sudah sejak lama diadopsi dalam kebijakan pembangunan mereka. Salah satu contoh adalah penggunaan beton hijau, yang memiliki kandungan emisi CO2 lebih rendah dibandingkan beton konvensional.

Di Eropa, penerapan standar ketat terkait efisiensi energi dan lingkungan bagi bangunan baru telah mendorong penggunaan bahan-bahan bangunan yang lebih ekologis. 

Jerman, misalnya, terkenal dengan proyek Passive House di mana bangunan didesain untuk meminimalkan penggunaan energi secara efektif. Ini semua tidak terlepas dari teknologi modern dan material inovatif yang digunakan dalam konstruksi.

Negara-negara Skandinavia, seperti: Swedia dan Denmark, juga menunjukkan komitmen kuat dalam pembangunan hijau. Kayu, sebagai material bangunan utama, digunakan secara meluas di berbagai proyek konstruksi di sana. 

Pengenalan dan pemanfaatan kayu yang telah melalui proses rekayasa, seperti: kayu lamina dan kayu lapis, memungkinkan negara-negara ini untuk membangun gedung-gedung pencakar langit yang lebih ramah lingkungan.

Di sisi lain, teknologi green roof atau atap hijau juga telah banyak diadopsi di berbagai wilayah perkotaan di Asia, khususnya di Singapura dan Jepang. Atap hijau tidak hanya berfungsi sebagai area penyerapan CO2, tetapi juga membantu dalam mengurangi suhu udara di sekitar bangunan dan meningkatkan keanekaragaman hayati di tengah kota.

Mengalihkan pandangan ke Indonesia, revolusi hijau dalam teknik sipil masih berada dalam fase perkembangan. Meskipun sudah ada beberapa inisiatif dan proyek yang mempromosikan pembangunan hijau, tantangan seperti kurangnya kesadaran publik dan biaya tinggi masih menjadi hambatan. Namun demikian, sejumlah gedung komersial dan residensial di kota-kota besar seperti: Jakarta dan Surabaya sudah mulai mengadopsi konsep green building.

Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, telah menetapkan beberapa regulasi untuk mendorong pembangunan berkelanjutan. 

Termasuk di antaranya adalah insentif bagi proyek-proyek konstruksi yang memanfaatkan material ramah lingkungan dan energi terbarukan. Contohnya adalah penggunaan papan gipsum daur ulang dan beton porous yang bisa mengurangi genangan air.

Gambar: irfanihome.archin
Gambar: irfanihome.archin

Selain itu, inovasi dalam teknik sipil di Indonesia meliputi pengembangan bambu sebagai bahan bangunan. Bambu dikenal memiliki kekuatan dan kelenturan yang baik serta pertumbuhan yang cepat, menjadikannya pilihan material yang berkelanjutan. Studi dan pemanfaatan bambu dalam konstruksi mulai banyak dilakukan, khususnya oleh komunitas arsitektur hijau di Bali.

Pada era revolusi hijau ini, pentingnya riset dan pengembangan dalam teknik sipil tidak bisa diabaikan. Kolaborasi antara akademisi, industri, dan pemerintah sangat dibutuhkan untuk menciptakan solusi konstruksi yang lebih ramah lingkungan dan efisien. Kampus-kampus teknik di Indonesia, seperti: ITB dan Universitas Indonesia, telah mulai memperkenalkan mata kuliah spesifik tentang teknologi konstruksi hijau kepada mahasiswanya.

Di lingkup global, beberapa konferensi internasional telah menjadi sarana berbagi ilmu dan pengalaman tentang revolusi hijau di bidang konstruksi. Penggunaan teknologi canggih seperti Building Information Modeling (BIM) untuk mendesain dan mengelola bangunan yang lebih efisien juga semakin gencar dipromosikan.

Tak hanya itu, sertifikasi dan rating sistem seperti LEED (Leadership in Energy and Environmental Design) juga memainkan peran penting dalam memastikan standar pengembangan berkelanjutan dipatuhi oleh semua pihak terkait dalam industri konstruksi. Sertifikasi ini memberikan panduan mulai dari desain hingga operasional bangunan.

Masa depan konstruksi jelas bergerak ke arah yang lebih hijau. Kesadaran global terhadap dampak perubahan iklim serta keterbatasan sumber daya alam membuat penggunaan bahan bangunan ramah lingkungan menjadi suatu keharusan. Terlepas dari berbagai tantangan yang ada, baik di tingkat global maupun nasional, komitmen untuk terus memperbaiki dan meningkatkan teknik konstruksi berkelanjutan tetap menjadi harapan bersama.

Edukasi dan pelatihan juga sangat penting dalam menumbuhkan kesadaran akan pentingnya bahan bangunan yang ramah lingkungan. Tenaga kerja di bidang konstruksi harus diberi pengetahuan dan keterampilan tentang teknik-teknik baru yang lebih berkelanjutan. Hanya dengan cara ini, kita bisa meyakini bahwa revolusi hijau dalam teknik sipil benar-benar terlaksana.

Peran teknologi tidak bisa diabaikan dalam mendukung revolusi hijau ini. Teknologi seperti nanoteknologi, bioteknologi, dan material komposit memiliki potensi besar untuk menghasilkan bahan bangunan yang lebih kuat, tahan lama, dan ramah lingkungan. Inovasi terus menerus akan membawa kita lebih dekat kepada visi pembangunan yang sejalan dengan prinsip keberlanjutan.

Gambar: irfanihome.archin
Gambar: irfanihome.archin

Tentu saja, dukungan dari masyarakat luas juga sangat dibutuhkan. Partisipasi aktif dari individu hingga komunitas sangat diperlukan untuk mendorong perubahan ini. Kampanye dan sosialisasi mengenai pentingnya bahan bangunan ramah lingkungan perlu digalakkan di berbagai sektor, mulai dari pendidikan hingga industri.

Pada akhirnya, revolusi hijau dalam teknik sipil bukan hanya tren sementara, namun merupakan pergeseran paradigmatis yang akan membawa dampak besar bagi masa depan kita. 

Bahan bangunan ramah lingkungan adalah investasi yang bukan hanya membawa manfaat bagi alam, tetapi juga bagi kualitas hidup manusia. Indonesia dan dunia harus terus bersinergi untuk memastikan bahwa pembangunan yang berkelanjutan menjadi kenyataan bagi generasi mendatang. Wallahu A'lamu Bishshawaab.

Oleh. Hadian M. Irfani
Bekasi, 18 Agustus 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun