Mohon tunggu...
Hadian Mukhlisha Irfani
Hadian Mukhlisha Irfani Mohon Tunggu... Arsitek - BIM and CPM Designer

Sebagai seorang yang sedikit mengerti tentang Teknik Sipil, dan terus berikhtiar menggeluti Spesialis "Building Information Modelling (BIM) Design dan Construction Project Management (CPM)". Saya terus belajar dan mencoba untuk menggabungkan ketepatan teknis dengan sentuhan artistik, dalam setiap proyek yang saya kerjakan. Tentu, dengan modal kejujuran dan integritas, dan saya selalu berusaha mendengarkan dan memahami kebutuhan 'klien' secara mendalam, sehingga dapat menciptakan konstruksi bangunan yang tidak hanya estetis, tetapi juga fungsional dan nyaman untuk digunakan. Dengan komitmen terhadap kualitas dan kepuasan 'klien', saya bisa berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang harmonis dan inspiratif bagi setiap orang yang menghuninya.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Value Engineering: Perjalanan Panjang dari Konsep Hingga Implementasi di Dunia Konstruksi Modern

12 Agustus 2024   22:04 Diperbarui: 13 Agustus 2024   11:30 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Dok. Pribadi (Dalam sebuah acara)

Oleh Hadian M. Irfani

Value Engineering (VE), juga dikenal sebagai Rekayasa Nilai, memiliki sejarah panjang yang telah membawa banyak perubahan signifikan dalam industri konstruksi. Dari awal mula di era Perang Dunia II hingga implementasinya dalam berbagai proyek modern, VE telah menjadi salah satu metode utama dalam memastikan efisiensi biaya dan kualitas dalam proyek konstruksi. Dalam konteks industri konstruksi di Indonesia, konsep VE juga mulai mendapatkan perhatian yang lebih besar seiring dengan kebutuhan pembangunan infrastruktur yang masif.

Pada masa Perang Dunia II, General Electric (GE) dipaksa untuk melakukan substitusi material akibat kelangkaan bahan baku dan tenaga kerja. Kondisi ini mendorong pengembangan awal metode VE, saat mereka mencari cara untuk tetap memproduksi barang dengan kualitas yang sama atau lebih baik dengan biaya yang lebih rendah. Krisis ini menjadi katalis bagi berkembangnya konsep VE.

Tahun 1947 menjadi tonggak penting ketika Lawrence D. Miles dari GE mengembangkan cara analisis nilai sebagai metode penghematan biaya. Metodologi ini kemudian berkembang menjadi apa yang kita kenal sekarang sebagai Value Engineering. Miles berpendapat bahwa dengan cara yang sistematis dan analitis, setiap proyek dapat diarahkan untuk menggunakan sumber daya yang lebih optimal.

Pada tahun 1952, Miles mengadakan seminar pertamanya tentang VE. Seminar ini terfokus pada bagaimana konsep VE dapat diterapkan dalam berbagai industri, termasuk konstruksi, untuk menghasilkan produk yang lebih baik dengan biaya yang lebih rendah. Seminar ini menjadi awal penyebaran luas ide-ide VE ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Sumber: bahan seminar FT Unisma, 8 Agustus 2024
Sumber: bahan seminar FT Unisma, 8 Agustus 2024

Pada tahun 1954, US Navy Bureau of Ships mulai menerapkan VE untuk menghindari biaya tinggi dalam proses desain. Mereka melihat VE sebagai solusi untuk mencapai efisiensi biaya tanpa mengorbankan kualitas. Langkah ini memperkuat validitas VE sebagai metode yang efektif dalam kontrol biaya dan peningkatan nilai proyek.

Pada 1956, penerapan VE oleh Watervliet Arsenal meneguhkan manfaat besar VE dalam industri pertahanan, yang kemudian mendorong penerapannya ke sektor sipil. Dari sini, VE mulai berkembang pesat dan mulai menjadi standar dalam pengelolaan proyek besar, termasuk di sektor konstruksi.

Tahun 1958, berdirilah Society of American Value Engineers (SAVE) di Washington DC. SAVE menjadi wadah bagi para profesional yang ingin mendalami dan mengembangkan VE. SAVE juga berperan dalam penyebaran metode VE ke seluruh dunia, termasuk memberikan pelatihan dan sertifikasi.

Pada tahun 1960-an, Charles Bytheway memperkenalkan FAST (Function Analysis System Technique) Diagram sebagai alat analisis VE yang memberikan cara visual untuk memahami dan menganalisis fungsi-fungsi dalam sebuah proyek. Alat ini menjadi sangat populer di kalangan praktisi VE.

Tahun 1969 menyaksikan National Aeronautics and Space Administration (NASA) dan Office Facilities mulai melakukan studi dan pelatihan formal VE. Langkah ini mempertegas pentingnya VE dalam proyek-proyek besar dan kompleks, membawa VE ke tingkat yang lebih tinggi dalam manajemen proyek.

US Congress pada tahun 1970 merekomendasikan dan mendukung penerapan VE untuk proyek Jalan Raya Federal Aid. General Services Administration (GSA) juga mulai menerapkan VE pada program kontraktor bangunan. Ini menunjukkan bahwa VE diakui secara luas sebagai metode yang efektif dalam meningkatkan efisiensi dan kualitas proyek pemerintah.

Tahun 1973, SAVE meluncurkan program sertifikasi spesialis VE. Sertifikasi ini membantu memastikan para praktisi VE memiliki kompetensi yang diperlukan untuk menerapkan teknik VE dengan efektif. Sertifikasi juga memberikan kredibilitas lebih pada penerapan VE dalam proyek konstruksi.

Berlanjut ke 1974, sertifikasi spesialis nilai dalam konstruksi oleh GSA menjadi prasyarat bagi mereka yang terlibat dalam proyek konstruksi yang didanai oleh pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa VE telah benar-benar diintegrasikan ke dalam sistem manajemen proyek konstruksi.

Pada tahun 1987, American Association for State and Highway Transportation Officials (AASHTO) menerbitkan "Guidelines for VE". Dokumen ini menjadi panduan utama dalam penerapan VE pada proyek jalan raya di seluruh negeri, termasuk prinsip-prinsip dan metodologi yang harus diikuti oleh kontraktor.

Tahun 1993, The Office of Management and Budget (OMB) di Amerika Serikat mengeluarkan surat edaran yang mendorong semua lembaga federal untuk mengimplementasikan teknik VE secara luas. Langkah ini menunjukkan komitmen pemerintah terhadap VE sebagai alat utama untuk kontrol biaya dan peningkatan nilai proyek.

Di Indonesia, VE mulai dikenal luas seiring dengan semakin banyaknya proyek infrastruktur besar yang membutuhkan efisiensi biaya tinggi. Proyek-proyek seperti pembangunan jalan tol, jembatan, dan gedung pencakar langit mulai menerapkan konsep VE untuk dapat memenuhi target anggaran tanpa mengorbankan kualitas.

Salah satu contoh sukses penerapan VE di Indonesia adalah pada proyek Jalan Tol Trans Jawa. Proyek ini menggunakan VE untuk mengidentifikasi area-area yang dapat dihemat biaya tanpa mengurangi kualitas atau daya tahan jalan. Hal ini memungkinkan proyek berjalan lebih efisien dan tepat waktu.

Selain itu, VE juga mulai diterapkan pada pembangunan gedung-gedung perkantoran dan residensial di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Para kontraktor dan konsultan menggunakan VE untuk mengoptimalkan desain dan penggunaan material sehingga dapat mengurangi biaya tanpa mengkompromikan estetika dan fungsi.

Implementasi VE dalam proyek konstruksi di Indonesia juga didukung oleh akademisi yang melakukan penelitian dan menawarkan pelatihan khusus tentang VE. Dengan begitu, calon-calon insinyur dan manajer proyek dapat lebih siap menerapkan konsep VE dalam pekerjaan mereka.

Pada akhirnya, perjalanan VE dari konsep hingga implementasi menunjukkan betapa pentingnya pendekatan sistematis dan analitis dalam meningkatkan nilai proyek konstruksi. Di Indonesia, penerapan VE masih memiliki ruang yang sangat besar untuk berkembang, terutama dengan kebutuhan infrastruktur yang terus meningkat dan tantangan untuk menjaga anggaran proyek tetap efisien. Wallahu A'lamu Bishshawwab.

Bekasi, 12 Agustus 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun