Ketujuh, kendala lainnya adalah resistensi terhadap perubahan yang datang dari para pemimpin puncak perusahaan konstruksi. Banyak dari mereka yang lebih memilih metode tradisional karena sudah terbukti berhasil selama bertahun-tahun. Edukasi yang baik mengenai keuntungan jangka panjang BIM dapat membantu mereka memahami pentingnya beralih ke teknologi ini.
Pada dasarnya, untuk memperkuat komitmen perusahaan terhadap BIM, pemerintah juga bisa menerapkan regulasi yang mendorong penggunaan BIM, seperti mewajibkan penggunaan BIM untuk proyek-proyek publik dengan nilai di atas jumlah tertentu. Hal ini akan memaksa perusahaan konstruksi untuk segera beradaptasi dengan teknologi ini.
Kendala linguistik dan adaptasi local context juga tidak bisa diabaikan. Software dan dokumentasi BIM biasanya tersedia dalam bahasa Inggris, sehingga menyulitkan bagi pekerja yang kurang menguasa bahasa Inggris. Solusi untuk ini adalah pengembangan dan penyebaran software, serta dokumentasi dalam bahasa Indonesia, serta adaptasi konteks lokal yang relevan.
Mengingat pentingnya membangun kesadaran akan manfaat BIM dalam skala yang lebih luas. Hal ini bisa dilakukan dengan mengadakan kampanye publik yang menunjukkan contoh sukses penggunaan BIM di proyek-proyek lokal. Mengundang media untuk meliput proyek-proyek yang menggunakan BIM juga bisa meningkatkan kesadaran dan penerimaan teknologi ini.
Pada akhirnya, meskipun banyak kendala dalam implementasi BIM di Indonesia, ada beragam solusi yang bisa diambil untuk menanganinya. Dengan komitmen dari pemerintah, swasta, dan akademisi, BIM bisa diadopsi secara luas di Indonesia, membawa industri konstruksi ke era baru yang lebih efisien dan kolaboratif. Pendidikan, regulasi, infrastruktur, dan perubahan budaya kerja adalah kunci utama untuk mencapai tujuan ini. Wallahu A'lamu Bishshawwab.
Bekasi, 10 Agustus 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H