Mohon tunggu...
Hadi Al Rasyid
Hadi Al Rasyid Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Teknik Industri Universitas Indonesia\r\n\r\n\r\n\r\n"bacalah agar semakin kaya, menulis untuk semakin fasih dan berdiskusilah agar engkau semakin jeli"

Selanjutnya

Tutup

Money

Geothermal, Green Industry dan Perubahan Iklim

30 Desember 2011   02:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:35 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tradable and Non-Tradable Good

A tradable good or service can be sold in another location distant from where it was produced. A good that is not tradable is called non-tradable

Kira-kira seperti itulah nalar kaum ekonom dalam membedakan antara barang tradable dan barang non-tradable. Yang dimana perbedaan mendasar antara kedua jenis barang tersebut adalah dapat atau tidaknya barang tersebut dipertukarkan ditempat lain. Di indonesia terdapat banyak barang tradable maupun non tradabel, tengok saja hasil lahan pertanian, hasil kelautan yang tergolong barang tradable dan keindahan pemandangan, panas bumi dan keramahan suku pedalaman merupakan wakil dari golongan barang non-tradable.

Rasional kiranya jika kita mau berbicara mengenai pembangunan energi,, mau tidak mau kita harus mengharmonisasikan antara nalar ekonomi bersamaan dengan nalar teknologi. Saat penulis dalami lagi lebih lanjut, penulis menemukan asalan kuat mengapa hal ini wajib untuk dilakukan. Hal ini sungguh ironis jika kita menyadari bahwa barang tradable menjadi tulang punggung dalam proses pengembangan energi. Padahal sumber energi tradable merupakan sumber energi yang sewaktu-waktu bisa habis dan apabila kita ingin memperbaruinya maka akan memakan waktu yang sangat lama. Lalu bagaimana dengan pengoptimalan barang non-tradable? tentunya seperti yang kita duga. Kekayaan alam non-tradable di negeri ini belumlah tereksplorasi secara optimal. Padahal jika melakukan valusi yang positif maka kita bisa mengolah barang non-tradable menjadi barang tradable yang mempunyai nilai jual bahkan lebih kompetitif. Lalu dari sekian banyaknya barang non-tradable yang terdapat pada bangsa ini, yang manakah barang yang tepat untuk mengatasi krisis energi, Energi panas bumi (Geothermal) adalah jawabannya.

Geothermal

Geothermal adalah salah satu kekayaan alam yang seringkali keberadaannya tidak disadari oleh kita. Jika sumber daya lain mempunyai fisik dan struktur yang jelas, lain halnya dengan geothermal. Sumber daya ini hanya bisa dirasakan tanpa bisa dilihat secara langsung. Tapi jika melakukan kajian tentang seberapa besar potensi yang terdapat didalamnya, maka kita jangankaget bahwa geothermal merupakan salah satu sumber energi yang paling menjanjikandi Nusantara ini. Hal ini dapat dilihat dari fakta bawha bumi nusantara ini terdiri terdapat “ring of fire” yang sangat dibutuhkan untuk membangun PLTP.

Selain merupakan sumber daya alam yang ekonomis dan ramah lingkungan. dari gambardiatas,terseirat sudah bahwa geothermal merupakan salah satu alternatif penghasil energi listrik yang besar dan yang paling rasional untuk dioptimalkan. Bayangkan dimana terdapat belasan gunugn api yang dapat dimamfaatkan potensi energinya, yang bahkan menurut Bapak Triharyo Indrawan Soesilo, Indonesia memiliki cadangan tenaga panas bumi sebesar 26.000 megawatt (MW). Namun hingga saat ini, yang dimanfaatkan baru 807 MW atau baru sekitar 3%. “Indonesia is the lowest user of geothermal energy in the world. Padahal cadangan (Panas Bumi) kita termasuk yang terbesar di dunia.

Energy For Green Industry

Selain berperan pada ketahanan energy nasional, energi minyak bumi juga dapat berkontribusi dalam menjaga perubahan iklim, salah satu alasannya adalah karena emisi dari pembangkit listrik panas bumi sangat rendah bila dibandingkan dengan minyak dan batubara (bahan fosil), karena itupula energy panas bumi memiliki kesempatan untuk memanfaatkan Clean Development Mechanism (CDM) produk Kyoto Protocol karena energi panas bumi tergolong energy bersih, selain itu dengan menggunakan energi panas bumi dapat menekan emisi yang disebabkan oleh transportasi bahan baku (fosil) pembangkit listrik karena tahapan pengkonversi panas bumi menjadi energy listriklangsung dilakukan ditempat panas bumi di ambil. Keunggulan lain dari energy panas bumi terdapat pada faktor kapasitasnya (capacity factor), dimana Faktor kapasitas dari pembangkit listrik panas bumi rata-rata 95%, jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan faktor kapasitas dari pembangkit listrik batubara, yang besarnya hanya 60-70% ((U.S Department of Energy).

Dari beberapa kelebihan geothermal yang disebutkan diatas, pantaslah jika disini penulis menyebutkan bahwa energy gheothermal merupakan salah satu alternative energi terbaik yang harus dikembangkan oleh pemerintahmaupunswasta untuk menjadi solusi malalah energy nasional ayng ramah lingkuangan, dan bahkan bisa menjadi Indonesia mejadi salah satu role model Green Industry bagi negara lain.

*Tulisan ini merupakan bagian dari tulisan tematik yang penulis buat dalam rangka menuju Indonesia Green Industry, yang dimana penulis terinspirasi setelah menghadiri COP 17, di Durban sebagai delegasi resmi Republik Indonesia, dimana reportasi mengenai COP dapat dilihat di tautan : http://green.kompasiana.com/iklim/2011/12/19/mahasiswa-ui-menjadi-delegasi-muda-indonesia-dalam-cop-17-di-durban/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun