Kucoba menyapa lagi dan ayahku tetap tidak menjawab. Kucoba terus untuk membangun komunikasi dengan sosok di sampingku. Sosok yang luar biasa besar jasanya dalam kehidupanku.
"Bapak, aku kangen Bapak," kataku. Lirih suaraku. Seketika air mataku berlinang. Aku ingin sekali memeluk ayahku. "Apa Bapak kangen aku juga?"
Ayahku hanya mengangguk. Air mataku makin berlinang. Kubiarkan saja. Aku betul-betul ingin memeluk ayahku. Tetapi, seperti ada kekuatan lain yang menghalangiku. Entahlah. Aku merasakan begitu berat untuk memeluk ayahku.
"Bapak," ucapku. "Bapak baik-baik saja kan?"
Lagi-lagi ayahku hanya mengangguk. Kulihat bola matanya, menyiratkan jika ayahku memang dalam keadaan baik-baik saja. Betapa senangnya aku.
Rasa kantuk kembali menghinggapiku. Kantuk kali ini lebih berat dibandingkan kantuk sebelumnya. Hingga tanpa sadar aku tertidur.
Bus terus melaju. Sampailah di rumah makan. Bus berhenti. Aku terbangun. Seketika aku terkejut, ayahku tidak ada. Aku mencari-cari di sekelilingku. Tiba-tiba aku tersadar. Segera kulafazkan kalimat istigfar dan salawat berulang-ulang.
Sekujur tubuhku seketika terasa lemas. Pandanganku terasa kosong. Kepala pusing. Aku hanya duduk pasrah, serasa hilang semangatku. Pikiranku mulai kacau. Aku terus membayangkan tentang ayahku.
Bus kembali melanjutkan perjalanan. Aku terus beristigfar dan bersalawat. Air mataku terus berlinang. Aku sadar bahwa ayahku telah lama meninggalkanku. Ayahku meninggal dunia pada tahun 2006. Sedangkan, ibuku meninggal dunia pada tahun 2017. Kepulanganku kali ini adalah untuk mengunjungi mereka, tepatnya mengunjungi makam mereka.
Tibalah bus di Brebes. Aku bergegas turun. Aku ingin segera sampai ke rumah orang tuaku. Rumah tempat aku dilahirkan dulu. Aku ingin berziarah dan nyekar ke makam kedua orang tuaku. Aku kangen sekali dengan mereka. Aku ingin kembali mencium nisan mereka.
"Ya Allah, semoga Engkau menempatkan kedua orang tuaku di surga-Mu."