Bukannya merasa sebagai peramal ataupun datang dari masa depan. Tapi, sebenarnya, saya pernah terbersit dalam pikiran dan memperkirakan kemungkinan seperti ini akan terjadi.
Saya pernah membayangkan ada orang tidak bertanggung jawab yang mengaku wartawan dengan membajak nama Kompasiana. Mengisi daftar hadir acara dengan status sebagai wartawan Kompasiana. Bahkan mungkin nekat mencetak id kompasiana sebagai kartu pengenalnya.
Saya berpikiran begitu karena memang literasi jurnalistik dan wawasan tentang media di masyarakat kita, cukup minim. Bahkan ada yang sangat minim alias tidak tahu sama sekali.
Karena kurangnya literasi tersebut, bukan tidak mungkin ada yang kena gocek dan terkecoh dengan wartawan yang mengaku mengatasnamakan Kompasiana. Merasa wartawan gadungan itu memang wartawan dari 'media sedulurnya' Kompas.
Pikiran itu muncul saat saya membaca komentar dari warganet ketika membaca tautan berita Kompasiana yang dibagikan di media sosial. Utamanya Facebook. Ternyata, masih banyak warganet yang menganggap Kompasiana itu seperti media arus utama. Punya wartawan sendiri.
Banyak yang masih belum paham poin 1 dan poin 4 dari penjelasan pihak Kompasiana tersebut. Saya beberapa kali menemukan komentar warganet yang menyebut unggahan di FB Kompasiana itu tulisannya 'wartawan' Kompasiana. Lantas mengaitkan dengan Kompas.
Nah, minimnya literasi itu yang sepertinya kemudian menjadi celah yang dieksploitasi oleh oknum yang mengaku "wartawan Kompasiana". Mereka paham bahwa di luar sana, banyak yang belum tahu bahwa Kompasiana itu ya seperti yang dijelaskan dalam poin 1-4 tersebut.
Soal minimnya literasi masyarakat perihal jurnalistik dan wartawan gadungan ini pula yang kemudian ikut berperan merusak citra wartawan yang benar-benar bekerja dengan cara benar.
Pernah ketika mengantar anak ke sekolah, seorang petugas keamanan sekolah yang tahu saya seorang wartawan, mendadak menyampaikan cerita dan pertanyaan menggelitik.
Kata dia, sekolahnya baru kedatangan orang yang mengaku wartawan lantas meminta-minta duit dengan mencari-cari kesalahan sekolah tersebut. Dia pun lantas bertanya, "wartawan memang kerjanya minta duit begitu ya, Cak?"
Saya lantas memberikan penjelasan singkat kepadanya. Minimal agar dia paham bahwa wartawan begitu ya yang palsu alias gadungan.