Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kita dan Pentingnya Mengusai Ilmu Pertolongan Kondisi Kegawatdaruratan

6 September 2022   10:04 Diperbarui: 12 September 2022   08:16 1107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari lalu, beredar video singkat di TikTok yang membuat kita yang melihatnya ikut merinding dan deg-degan.

Dalam video berdurasi 1 menit 34 detik tersebut, tampak ada seorang bapak yang kolaps diduga karena terkena serangan jantung saat olahraga/bermain bulutangkis.

Lantas, ada bapak lainnya yang langsung sigap memberikan pertolongan dengan menekan dada si bapak yang pingsan. Sementara dua bapak lainnya memegangi tangan dan kakinya.

Berkat pertolongan dasar yang sigap dari teman-temannya, bapak yang collapse tersebut bisa terselamakan. Sempat hanya terdiam kaku, si bapak itu akhirnya bisa kembali bernafas.

Cuplikan video singkat itu diunggah di sejumlah akun Instagram. Lantas dibagikan ke grup-grup WhatsApp.

Grup WhatsApp kumpulan bapak-bapak  di perumahan saya yang rutin bermain bulutangkis, juga ikut membagikan video tersebut. Kebetulan, saya ikut tergabung di grup WA tersebut.

Saya kurang tahu, insiden bapak yang kolaps dan pertolongan heroik dari bapak satunya itu terjadi di kota mana.

Tapi yang jelas, cuplikan video singkat itu menjadi pembelajaran penting bagi kita perihal bagaimana menghadapi kondisi gawat darurat. Serta, pentingnya menguasai ilmu pertolongan kondisi kegawatdaruratan.

Sebab, andai di kumpulan bapak-bapak yang bermain bulutangkis itu tidak ada yang paham ilmu pertolongan darurat , sangat mungkin bapak yang kolaps itu tidak akan tertolong alias meninggal karena tidak segera ditolong.

Karena alasan ini, penting menguasai ilmu pertolongan kegawatdaruratan

Ya, dalam situasi darurat seperti itu, penting bagi orang awam seperti kita alias orang yang bukan dari kalangan medis, menguasai ilmu pertolongan kondisi kegawatdaruratan atau yang di luar negeri sana ngetop dengan sebutan basic life support (BLS).

Apalagi, di Indonesia, kejadian kegawatdaruratan ini seringkali terjadi di mana saja. Namanya gawat darurat, kejadiannya mendadak. Bisa terjadi di lapangan bulutangkis, di lapangan sepak bola, di ruas jalanan, ataupun di tempat kerja.

Nah, di Indonesia, ketika ada kejadian gawat darurat yang terjadi tiba-tiba seperti itu, hampir dipastikan korban tidak akan dibiarkan. Sebab, orang Indonesia itu sejatinya peduli dan suka menolong sesamanya.

Semisal ketika ada rekan di tempat kerja kita yang mendadak ambruk ketika sedang bekerja dikarenakan serangan jantung, orang sekantor pasti akan segera memberikan pertolongan sesegera mungkin.

Atau juga semisal ada kecelakaan di jalan raya, tanpa disuruh, akan ada orang yang tergerak menghentikan kendaraannya untuk menolong korban kecelakaan. Bahkan mungkin bersedia mengantar korban ke rumah sakit.

Hanya saja, pertolongan pertama yang diberikan tersebut terkadang tidak tepat sasaran. Bahkan ada lebih banyak orang yang sekadar melihat. Bukannya tidak mau membantu, tetapi karena mungkin mereka bingung harus menolong bagaimana.

Padahal, jantungnya mungkin berhenti dan harus segera ada tindakan. Sementara bila memanggil petugas medis, tentu butuh waktu untuk datang ke lokasi karena mereka tidak memiliki kemampuan teleportase alias memindahkan ruang waktu.

Bagi orang awam seperti kita, bila paham ilmunya, kita mungkin bisa menyelamatkan nyawa orang lain dengan tindakan cepat dan tepat yang kita lakukan.

Lalu, seperti apa penanganan terhadap kondisi kegawatdaruratan alias basic life support ini?

Saya teringat beberapa tahun lalu pernah mewawancara seorang dokter senior di RSUD Dr Soetomo Surabaya untuk majalah kesehatan. Dokter senior tersebut selama bertahun-tahun bekerja di bagian kegawatdaruratan dan terbiasa menangani kondisi emergency yang mengancam nyawa.

Selama kurang lebih satu jam, beliau bercerita banyak hal terkait penanganan korban kegawatdaruratan.

Bagi saya, wawancara tersebut tidak sekadar menarik sebagai bahan tulisan. Namun, saya juga mendapatkan 'ilmu gratis' yang berguna dan belum tentu bisa saya dapatkan bila sekadar membaca informasi di mesin pencari berita.

Dari sekian penjelasan--yang memakai istilah ngetop sekarang 'daging semua' tersebut--saya tertarik dengan statement bahwa penanganan emergency itu bukan hanya bisa dilakukan orang-orang yang bekerja di bidang medis.

Namun, orang awam seharusnya memahami penanganan emergency ini.

Sebab, kondisi kegawatan seperti halnya korban kecelakaan, orang yang tersedak maupun orang tenggelam, kejadiannya bisa terjadi di mana saja, kapan saja dan bisa mengenai siapa saja. Karena itu, semua orang harus bisa menolong.

"Walau sifatnya pertolongan awal, itu menentukan nasib korban. Benar nanti dibawa ke rumah sakit, tetapi ditolong agar hidup dulu," ujarnya.

Dia mencontohkan, ketika ada orang mendadak terkena serangan jantung atau stroke di rumah, secara teoritis sebenarnya masih bisa ditolong dan tidak menyebabkan kematian.

Bila orangnya tidak sadar dan tidak bernafas, bisa dipijat jantung. Sembari menunggu tim medis datang, bisa dipijat dada. Sementara bila bernafas dan jantung masih detak, korban diposisikan dangak/terlentang menghadap ke atas.

Begitu juga bila ada orang yang tersedak bakso/pentol dan kesulitan bernafas, kita bisa melakukan pertolongan emergency dengan memukul di bagian punggungnya. Atau juga ketika ada orang yang tenggelam, bisa ditolong.

Di Indonesia, belum banyak yang paham ilmu Basic Life Support

Ironisnya, di Indonesia, kebanyakan orang yang mengalami situasi gawat darurat tersebut tidak tertolong (meninggal). Ini karena ketidakmampuan orang-orang di sekitarnya untuk melakukan pertolongan awal. Sebab, belum banyak orang yang menguasai ilmu penanganan kegawatdaruratan tersebut.

Kondisi itu berbeda dengan di luar negeri. Ada lebih banyak orang yang bisa melakukan pertolongan awal karena menguasai ilmu basic life support.

Dia mencontohkan, di luar negeri seperti di Amerika Serikat maupun di beberapa negara Eropa, banyak orang awam bisa melakukan BLS. Sebab, mereka pernah mengikuti pelatihan penanganan emegergency tersebut.

Sebab, di Amerika maupun di negara Eropa di seperti Swedia, Norwegia, ketika warganya mengambil SIM ataupun KTP, disyaratkan untuk memiliki sertifikat basic life support.

Ya, penting bagi orang awam di sini untuk menguasai ilmu pertolongan terhadap kondisi kegawatdaruratan ini. Sebab, dari data yang ada, kondisi mati mendadak di luar rumah sakit mencapai 64 persen lebih banyak daripada di dalam rumah sakit.

Menurut pak dokter tersebut, sebenarnya, sejak beberapa tahun lalu, sudah adainisiatif untuk mengedukasi orang awam perihal penanganan emergency.

Dokter yang saya wawancara tersebut mengisahkan, sekira sejak dua dekade lalu, dia bersama beberapa dokter sudah aktif melakukan sosialisasi penanganan kegawatdaruratan di berbagai instansi, pusat pendidikan, karang taruna di lebih dari 20 provinsi.

Masyarakat diberi pemahaman dan dibekali ilmu untuk menolong berbagai kondisi gawat darurat yang mengancam nyawa.

Semua itu demi harapan sederhana: agar orang awam di Indonesia walaupun bukan dari kalangan medis, bisa melakukan pertolongan pertama dengan benar.

Hanya saja, entah apakah mereka yang mengikuti pelatihan tersebut, lantas membagikan dan menyebarkan ilmunya ke masyarakat. Atau malah ilmunya sekadar untuk dirinya sendiri.

Pelajaran dari video viral

Kabar bagusnya, kerja keras pak dokter dan timnya untuk membagikan ilmu basic life support, kini seperti mendapatkan supporting system alias sistem pendukung.

Utamanya dengan keberadaan media sosial dan aplikasi kekinian seperti TikTok, Instagram, maupun WhatsApp yang membagikan informasi pertolongan terhadap kegawatdaruratan.

Saya yakin, cuplikan video singkat perihal pertolongan gawat darurat kejadian di lapangan bulutangkis itu sudah viral. Sudah ditonton ribuan orang bahkan mungkin jutaan warganet.

Termasuk bapak-bapak gemar bermain bulutangkis di perumahan yang saya tinggali, yang rata-rata sudah berusia di atas 40 tahun atau hampir 40 tahun.

"Sebenarnya, ini yang harus kita mengerti bos. Jika ada kejadian urgen di lapangan, tindakan apa yang harus kita lakukan. Karena kalau ada kejadian seperti itu, korban hanya punya waktu sekitar 15 menit-an". 

Begitu bunyi pesan di grup WhatsApp bapak-bapak bulutangkis di perumaha saya merespons sharing video singkat tersebut.

Ya, secara tidak langsung, video pertolongan kegawatdaruratan di lapangan bulutangkis itu memberikan edukasi sekaligus menggugah kesadaran banyak orang agar menguasai ilmu basic life support.

Bagaimana dengan sampeyan (Anda)? Sudahkah memahami ilmu pertolongan kondisi kegawatdaruratan? 

Salam sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun