Sempat digadang-gadang sebagai calon leader, tapi lantas terlupakan oleh kehadiran beberapa pegawai baru berusia muda yang memiliki potensi unggul.
Begitu saya mengandaikan posisi pasangan ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto. Keberadaan mereka seolah terlupakan karena prestasi yang nanggung.
Sebelum Fajar/Rian menjadi juara Swiss Open 2022 Minggu (27/3) tadi malam, mereka bukan lagi news maker di bulutangkis Indonesia.
Mereka kesulitan mencapai levelnya Marcus Gideon/Kevin Sanjaya. Sementara pemain senior, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan masih belum tergoyahkan.
Peliknya, mereka 'diserbu' tiga pasangan junior yang memperlihatkan pesonanya.
Ada Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin, sang juara Asia dan dunia junior 2019 yang penampilannya menjanjikan. Lalu ada Pramudya Kusumawardana/Yeremia Rambitan yang tahun lalu meraih dua gelar. Juga ada Muhammad Shohibul Fikri dan Bagas Maulana.
Ketika Fajar/Rian tidak pernah bisa juara BWF World Tour level Super 1000, nama terakhir malah mampu menjadi juara All England, turnamen bulutangkis tertua di dunia dan level tertinggi di BWF World Tour.
Usia ketiga pasangan ini baru 20 tahun-23 tahun. Namun, mereka punya potensi. Bahkan, para junior ini bisa saja mengancam posisi Fajar/Rian di Pelatnas andai prestasi sang senior mereka itu tetap tidak ada kemajuan.
Move On di Swiss Open 2022
Sadar tantangan yang mereka hadapi, Fajar/Rian rupanya terlecut untuk kembali berprestasi.