Kemenangan Anthony Sinisuka Ginting atas pemain India, Parupalli Kashyap, di babak 32 besar All England Open 2022, Rabu (16/3) malam, punya makna penting bagi tunggal putra andalan Indonesia ini.
Anthony Ginting (25 tahun) akhirnya bisa mengakhiri rasa penasaran yang dia rasakan selama bertahun-tahun setiap kali tampil di All England.
Ya, bagi Ginting, dari sekian turnamen BWF World Tour yang rutin diikutinya, All England adalah yang mungkin paling bikin penasaran.
Pasalnya, pemain asal Cimahi, Jawa Barat ini seperti 'dikutuk' setiap kali tampil di turnamen bulutangkis tertua di dunia ini. Kutukan itu berupa dirinya selalu terhenti di babak pertama.
Ya, sejak kali pertama tampil di All England pada tahun 2017 silam, Ginting tidak pernah mampu lolos ke putaran II.
Di tahun 2017, Ginting yang baru melakoni debut, dihentikan pemain top Taiwan, Chou Tien-chen. Lalu, di tahun 2018, dia dihentikan seniornya, Tommy Sugiarto.
Bahkan, di tahun 2019, ketika dirinya masuk dalam daftar seeded (unggulan) untuk kali pertama, Ginting masih belum mampu lolos dari putara pertama.
Ginting yang jadi unggulan 8, langsung kalah dari pemain Hong Kong, NG Ka Long Angus lewat rubber game.
Begitu juga di All England 2022, Ginting yang jadi unggulan 4, langsung tersingkir di putaran I usai kalah dari pemain Denmark, Rasmus Gemke.
Ginting Kembali jumpa pemain India di babak 16 besar
Karenanya, kemenangan atas Parupalli Kashyap tadi malam, layak disambut dengan suka cita oleh Ginting. Sebab, itu merupakan kemenangan pertamanya di All England sejak berpartisipasi mulai tahun 2017 silam.
Tentu, kemenangan itu akan membuatnya jadi lebih percaya diri menghadapi babak berikutnya.
Tadi malam, Ginting memang tampil trengginas saat melawan Parupalli. Permainan menyerang cepat diwarnai beberapa kali pukulan smash dan penempatan shuttlecok ke posisi sulit yang menjadi ciri khasnya, benar-benar keluar.
Ginting hanya butuh waktu 37 menit untuk mengalahkan pemain senior India  berusia 35 tahun tersebut.
Menariknya, di putaran II atau babak 16 besar yang dimainkan Kamis (17/3) malam, Ginting yang jadi unggulan 5, akan kembali menghadapi pemain India. Yakni, Srikanth Kidambi.
Tentu saja, Kidambi (29 tahun) yang kini menempati ranking 11 dunia, akan menjadi lawan yang lebih tangguh bagi Ginting ketimbang Parupalli.
Memang, Kidambi yang pernah menjadi world number one pada April 2018 silam, sudah sangat lama tidak pernah juara turnamen BWF World Tour.
Masa kejayaannya mungkin sudah lewat. Itu terjadi pada 2017 silam saat dia mampu meraih lima gelar BWF Super Series. Di antaranya Indonesia Open, Denmark Open,d an French Open.
Setelah itu, penampilannya seringkali naik turun karena hantaman cedera. Jarang sekali Kidambi menembus babak penting.
Namun, tahun 2021 lalu, Kidambi mampu menembus final Kejuaraan Dunia 2021. Meski, ia akhirnya harus puas hanya jadi runner-up setelah dikalahkan Loe Kean Yew dari Singapura.
Andai Ginting tampil dalam form terbaiknya, seharusnya dia bisa mengalahkan Kidambi. Namun, bila dia tampil loyo seperti di German Open 2022 pekan lalu, bukan tidak mungkin dia takluk.
Sebagai informasi, di German Open 2022 pekan lalu, Ginting dkalahkan anak muda India, Lakshya Sen di putaran II. Nah, Lakshya Sen ini dikalahkan Kidambi di semifinal Kejuaraan Dunia 2021 silam.
Tunggal putra paceklik gelar di All England sejak tahun 1995
Di sektor tunggal putra, selain Ginting, Jonatan Christie juga lolos ke babak 16 besar.
Nanti malam, Jonatan akan menghadapi pemain Thailand, Kunlavut Vitidsarn. Ini akan jadi ulangan laga di German Open pekan lalu di mana Jonatan dikalahkan Kunlavut di putaran II.
Setelah berkali-kali hanya main di putaran awal, badminton lovers Indonesia tentu berharap banyak agar Ginting dan Jonatan bisa melangkah jauh di All England Open 2022.
Apalagi, sudah terlalu lama, tunggal putra Indonesia tidak mampu juara di turnamen bergengsi ini.
Kali terakhir tunggal putra Indonesia bisa juara di All England, terjadi pada tahun 1994 silam atas nama Hariyanto Arbi. Kala itu, si pemilik smash kencang ini bahkan juara beruntun di tahun 1993 dan 1994.
Setelah itu, tidak pernah ada lagi tunggal putra Indonesia bisa juara di All England. Bila dihitung tahun ini, sudah 28 tahun, tunggal putra Indonesia paceklik gelar di All England.
Mungkinkah itu akan berakhir tahun ini? Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H