Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar dari Cara Sinotif "Berdamai" dengan Pandemi, Sukses Bermetamorfosis dari Luring ke Daring

28 Januari 2022   21:25 Diperbarui: 30 Januari 2022   22:17 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sinotif mengembangkan metode pengajaran daring menyenangkan dan punya banyak benefit bagi siswa/Foto ilustrasi Shutterstock via Kompas.com

Pengajar tentu bukan hanya guru dan dosen. Tapi juga para tutor yang mengajar di lembaga bimbingan belajar(bimbel) . Mereka juga sangat terdampak oleh perubahan pengajaran luring ke daring.

Maklum, selama berpuluh-puluh tahun, lembaga bimbel  menjalankan kegiatannya secara offline (luring). Ketika pandemi, mendadak mereka dipaksa berubah. Dampaknya terasa.

Perihal bagaimana dampak pandemi pada lembaga bimbel  ini, pada pertengahan Januari lalu, saya beruntung bisa berbincang dengan Co Founder Sinotif, Anthonyus Kuswanto.

Sebagai informasi, Sinotif merupakan bimbel online terbaik spesialis eksakta, yang secara khusus bergerak di bidang matematika, fisika, dan kimia. Selama lebih dari 20 tahun, Sinotif terus berkembang dalam memenuhi kebutuhan belajar siswa-siswi mulai tingkat sekolah dasar hingga menengah atas.

Pak Anton, begitu saya memanggilnya, bercerita bahwa pandemi telah menyebabkan sejumlah disrupsi pada kegiatan bimbel. Pertama, muncul pandemi disruption yang lantas diikuti digital disruption.

Betapa pandemi yang mengubah perilaku banyak orang, berpengaruh pada cara Sinotif dalam menjalankan bisnisnya. Dia menyebut awal pandemi yang diikuti munculnya kebijakan PSBB dan PPKM sehingga tidak bisa lagi belajar secara tatap muka, sebagai masa bertahan hidup.

Jumlah siswa yang mengikuti bimbel menurun. Penurunan itu jelas berdampak kerugian hingga ratusan Juta dari sisi bisnis.

Situasi itu membuat Anton dan koleganya di Sinotif berpikir keras untuk melakukan inovasi pengajaran. Sebab, bila ingin bertahan hidup, pilihannya hanya dua: beradaptasi dengan pindah ke digital, atau mati digilas perubahan.

"Semangat kami adalah mengembangkan sistem pengajaran online yang rasanya seperti tatap muka, tidak beda dengan mengajar di kelas. Bagaimana agar siswa suka, nyaman, dan mudah paham. Itu goal kami," jelas Anton.

Menurut Anton, bimbel  Sinotif sebenarnya sudah membuat konsep belajar e-learning sejak lima tahun lalu. Namun, penerapannya susah. Sebab, siswa masih lebih senang datang langsung ke kantor cabang, belajar di kelas.

Nah, pandemi Covid-19 ini, terlepas dari imbas buruk yang ditimbulkan, juga menjadi momen emas bagi sistem pengajaran online tersebut "naik kelas". Bukan lagi pilihan kedua. Tapi satu-satunya pilihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun