Tetapi memang, harus diakui, Thailand juga punya kelebihan yang tidak dimiliki Indonesia di final nanti.
Tim Gajah Putih yang kini dilatih pelatih asal Brasil, Alexandre Polking, masih mengandalkan nama-nama pemain yang main di tim Piala AFF 2018 saat dilatih pelatih asal Serbia, Milovan Rajevac yang terhenti di semifinal.
Rata-rata usia mereka di atas 25 tahun. Dari 11 pemain yang dimainkan saat melawan Vietnam tadi malam, hanya satu pemain yang berusia 22 tahun, yakni Kritsada Kaman.
Selebihnya usianya di atas 26 tahun. Seperti bek Manuel Bihr (28 tahun), Theerathon Bunmathan (31 tahun), dan Narubadin Weerawatnodom (27 tahun). Di tengah ada Sarach Yooyen (29 tahun), Thitiphan Puangchan (28 tahun), Phitiwat Sukjitthammakul (26 tahun).
Lalu kapten mereka, Chanathip Songkrasin (28 tahun), dan penyerang Teerasil Dangda (33 tahun) yang sudah mencetak 4 gol, plus Pathompol Charoenrattanapirom (27 tahun).
Secara permainan, pengaruh Polking membuat Thailand kini terlihat rasa Brasilnya. Gol kedua Thailand ke gawang Vietnam di semifinal pertama yang tercipta lewat perpaduan umpan pendek satu dua, sangat terasa Brasilnya.
Yang jelas, dari usia tersebut, pemain-pemain Thailand lebih punya pengalaman ketimbang pemain-pemain Indonesia. Mereka lebih matang. Ini kelebihan pertama Thailand.
Tapi, dalam hal ini, kuncinya sebenarnya bukan soal pengalaman atau tidak. Tapi lebih kepada mental. Usia muda bukan kendala bila mentalitas mereka oke. Asnawi cs membuktikan mereka punya mental tangguh dan siap menghadapi Thailand.
Kelebihan kedua Thailand adalah head to head melawan Indonesia di final.
Dari tiga kali pertemuan melawan Indonesia di final Piala AFF tahun 2000, 2002 dan 2016, Thailand selalu bisa juara dengan tiga cerita berbeda.
Dalam perjumpaan pertama di final, Thailand mengalahkan Indonesia dengan skor telak, 4-1 di final edisi 2000. Lantas menang adu penalti 4-2 di final Piala AFF 2004 usai bermain imbang 2-2.