Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pentingnya Asah Skill di UKM Kampus, Karena Dunia Kerja Bukan Sekadar Nilai IPK

22 Desember 2021   16:20 Diperbarui: 23 Desember 2021   20:38 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi UKM Kampus | Sumber: British Council via kompas.com

Menyebut Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), membuat saya mendadak dilanda rindu. Merindu mengajar mahasiswa di kelas seperti di masa sebelum pandemi Covid-19 melanda.

Dulu, saya pernah diamanahi tugas sebagai dosen pembantu yang mengajar dasar-dasar jurnalistik dan penulisan kreatif di salah satu perguruan tinggi di Sidoarjo.

Bagi saya, itu pengalaman menyenangkan. Sebagai lulusan ilmu komunikasi dan juga jurnalis, menyenangkan bisa menjadi bagian dari proses transfer ilmu yang saya dapat di kampus dan pengalaman di dunia kerja. Terlebih bila mengajar langsung di kelas.

Saya senang bercerita. Senang mengobrol. Karenanya, ketika kuliah, selain memaparkan materi kuliah, sesi paling asyik bagi saya adalah ketika adik-adik mahasiswa itu bertanya.

Bukan hanya bertanya tentang kuliah.

Mereka juga penasaran mengorek informasi perihal pengalaman saya bekerja di dunia media, lantas mengomparasi dengan cita-cita mereka. Malah kadang curhat seputar kehidupan di kampus.

Kepada mereka, saya sering sampaikan, dunia kerja sekarang ini tidak hanya membutuhkan nilai IPK kuliah yang bagus. Tapi, kemampuan soft skill juga dicari dan jadi pertimbangan para pewawancara kerja.

Semisal bagi anak jurusan komunikasi, kemampuan berbicara dengan orang lain (kita biasa menyebutnya public speaking), lalu cair dalam membangun interaksi dengan orang lain, juga menjadi pertimbangan.

Karenanya, saya menyarankan agar selama masa kuliah mereka tidak hanya menjadi "mahasiswa kupu". Yakni mahasiswa yang ke kampus hanya untuk kuliah lalu pulang.

Sebaliknya, masa kuliah di kampus merupakan kesempatan bagus untuk mengembangkan kemampuan, menggali potensi diri, sekaligus membangun jaringan pertemanan. Sebab, mungkin saja ada dari mereka yang belum mengenali potensi dirinya.

Asah skill dengan bergabung di UKM

Nah, salah satu cara untuk mengasah kemampuan selama kuliah adalah dengan bergabung di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang ada di kampus.

Tentu saja, ada banyak ragam UKM yang ada di kampus. Setiap kampus mungkin punya UKM yang menjadi diferensiasi alais pembeda dengan kampus lain. Meski, bila dikelompokkan, menurut saya UKM itu ada dua.

Ada UKM untuk prestasi. Arahnya untuk mengoptimalkan potensi. Mahasiswa yang bergabung yang umumnya punya passion di bidang itu, diarahkan untuk semakin mengembangkan kemampuan yang dimiliki, bahkan bersaing di ranah prestasi.

Bergabung dengan tim podcast di kampus bisa memberikan banyak manfaat bagi mahasiswa/Kompas.com
Bergabung dengan tim podcast di kampus bisa memberikan banyak manfaat bagi mahasiswa/Kompas.com

Di kampus tempat saya mengajar, contoh kegiatan mahasiswa yang ranahnya prestasi ini salah satunya podcast. 

Beberapa mahasiswa yang saya ajar di kelas, bergabung dengan kegiatan kekinian yang di zaman saya kuliah dulu belum ada.

Dulu, zaman saya kuliah di awal tahun 2000, UKM yang ramai diserbu teman-teman adalah fotografi juga radio kampus.

Kini, dengan cepatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi semakin pesat, melahirkan berbagai inovasi baru dalam bidang penyiaran. Salah satunya podcast ini.

Sekadar informasi, podcast merupakan rekaman audio yang dapat didengarkan oleh khalayak ramai. Podcast berbeda dengan radio yang penyampaian kontennya dengan siaran secara langsung.

Menurut saya, podcast di kampus ini bukan hanya tentang kekinian karena podcast memang sedang happening. Namun, kemanfaatannya banyak. Utamanya bagi mahasiswa komunikasi.

Seperti halnya broadcast (radio/TV) dulu, dengan bergabung di sini, mereka bisa belajar untuk mengembangkan kemampuan bicara, mengajukan pertanyaan/mewawancara, mau banyak membaca, dan tentunya juga membangun relasi dengan orang lain.

Semua skill tersebut kelak akan sangat bermanfaat bagi mereka ketika lulus dari kampus dan mulai terjun di dunia kerja. Utamanya di bidang kehumasan ataupun media.

Bahkan, kabar yang saya dengar, tim podcast di kampus tempat saya mengajar, anak-anak yang saya kenal, meraih prestasi dengan menjadi juara favorit dalam lomba ajang nasional kreativitas mahasiswa yang pesertanya dari berbagai universitas di Indonesia.

Selain podcast, beberapa unit kegiatan di kampus yang menurut saya harus dicoba mahasiswa komunikasi adalah fotografi dan juga jurnalistik. Sebab, keduanya juga mengasah kemampuan mahasiswa yang kelak akan sangat berguna di dunia kerja.

Minimal, bergabung di UKM bisa menambah teman

Selain prestasi, ada pula UKM yang ranahnya untuk rekreasi.

Ranahnya bisa untuk refreshing dan self healing di sela rutinitas akademik di kampus.

Meski tidak menutup kemungkinan arahnya untuk bisa untuk mengembangkan kemampuan dan prestasi. Contohnya UKM pecinta alam, UKM teater, UKM paduan suara, ataupun UKM olahraga.

Ah ya, agar tidak terkesan 'asal bunyi' alias bicara tanpa pernah mengalami, saya dulu semasa kuliah juga cukup aktif bergabung di beberapa UKM.

Saya dulu sempat aktif di organisasi kampus, juga bergabung di UKM sepak bola, dan fotografi. Lantas ikut klub jurnalistik kampus dan cukup rutin menulis di koran kampus yang terbit bulanan.

Dulu, ketika memilih bergabung di UKM tersebut, mungkin hanya didorong minat. Selain juga ingin punya kenalan baru. Namun, selepas kuliah, saya bisa merasakan manfaatnya.

Tanpa saya sadari, selama di kampus, saya telah mengasah kemampuan menulis. 

Senang membaca buku-buku di perpustakaan demi mencari referensi untuk bahan tulisan. Plus, mulai senang bicara dan membangun relasi dengan orang lain. Semua itu berguna ketika saya bekerja di media selepas kuliah.

Sehingga, ketika melamar kerja di sebuah 'pabrik koran' (perusahaan media) grup Kompas Gramedia di awal lulus kuliah, saya langsung diterima karena lulus melewati serangkaian tes. 

Meski nilai IPK saya bagus, tetapi itu bisa jadi hanya menjadi salah satu pertimbangan. Namun, faktor utama pastinya karena penilaian selama saya mengikuti tes tulis yang susah, kecapakan bicara saat tes wawancara yang lebih 'mengerikan' dibandingkan ujian skripsi, juga tes psikologi.

Sekali lagi, saya beruntung telah mengasah kemampuan menulis, kepedean bicara, senang berdiskusi, gemar membaca, dan belajar ilmu membangun relasi pertemanan selama mengikuti kegiatan di kampus dulu. Sebab, itu semua bermanfaat.

Karenanya, sebelum menutup sesi kuliah, dulu saya sering berpesan kepada mahasiswa di kelas. Bahwa, eman (sayang sekali) bila kuliah sekadar datang ke kampus lalu selesai kuliah langsung pulang.

Sebaliknya, mumpung masih kuliah, coba gali semua potensi diri dengan bergabung di unit kegiatan mahasiswa. Bahwa, passion itu bukan hanya untuk dibicarakan bahwa saya punya passion di bidang ini itu. Namun, passion harus diasah menjadi skill.

Berkegiatan di UKM kampus akan mengasah skill mahasiswa.

Minimal, dengan mengikuti unit kegiatan di kampus, mahasiswa akan memiliki banyak teman. Kelak, kalian akan tahu bahwa manfaat memiliki banyak teman selepas lulus kuliah itu bukan sekadar punya nomor kontaknya. Salam.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun