Ya, dari Jonatan kita bisa belajar tentang seni menjawab kritikan. Bahwa, sebagai figur publik, dirinya menjadi sorotan dan mudah saja orang mengkritik bahkan menghujat ketika mereka kecewa.
Namun, Jonatan tidak baperan. Dia tidak mau terpuruk oleh kritikan. Sebaliknya, dia ingin menjawab nyinyiran orang-orang yang meragukan dirinya dengan penampilan hebat di lapangan. Hasil yang akhirnya bicara.
Kita harus mengakui, Jojo salah satu pemain terbaik tim Indonesia di Piala Thomas 2020 ini.
Dia pahlawan bulutangkis Indonesia. Persis seperti ketika Taufik Hidayat menjadi pahlawan Indonesia saat mengalahkan China 3-0 di final Piala Thomas 2000 ataupun Hendrawan di final Piala Thomas 2002.
Perjuangan Jojo dan caranya menjawab kritikan, layak diapresiasi. Dia layak jadi buah bibir, bukan melulu disindir.
Menariknya, dalam sebuah video pendek yang beredar di Instagram, seusai final tadi malam, Jojo diwawancarai oleh seorang reporter luar negeri.
Sang reporter bertanya, "Jojo, Anda sekarang seorang pahlawan, bagaimana komentar Anda?"
Jojo menjawab begini: "Semua pemain di tim ini adalah pahlawan. Termasuk fisioterapis dan juga dokter. Kami berjuang bersama-sama demi Indonesia".
Jawaban keren Jo.
Saya juga termasuk salah satu badminton lovers yang sempat gregetan melihat penampilan Jojo saat melawan Thailand. Sekadar kecewa. Tapi tidak sampai menghujat. Sebab, saya tahu Jojo pastinya sudah berusaha mengeluarkan semua kemampuan terbaiknya.
Namun, saya lantas seringkali bertepuk tangan melihat penampilannya saat melawan Malaysia dan Denmark. Bahkan, tidak jarang berteriak sendiri "mantap Jo" ketika menyaksikan final tadi malam.