Ginting unggul jauh dalam perolehan poin. Dia bahkan sempat unggul 18-11. Lu Guangzhu sempat mendekat ketika skor 20-16. Namun, sebuah pukulan keras Lu Guangzhu hingga shuttlecock keluar lapangan, menamatkan pertandingan.
Lu Guangzhu sempat meminta challenge. Mengecek benar tidaknya shuttlecock keluar lewat teknologi hawk eye. Namun, memang keluar. Ginting pun menang 21-16. Indonesia pun unggul 1-0.
Kemenangan Ginting menjadi pembuka jalan Indonesia
Seharusnya, Ginting berhadapan dengan Shi Yuqi. Namun, tunggal pertama China ini mengalami cedera saat menghadapi Kento Momota (Jepang) di semifinal kemarin.
Karenanya, China lantas memainkan Lu Guangzhu yang kemarin tidak ikut bermain saat mengalahkan Jepang 3-1 di semifinal.
Kemenangan Ginting atas Lu Guangzhu bisa bernilai krusial bagi Indonesia dalam upaya memenangi final dan meraih Piala Thomas.
Sebab, sebagai pemain pertama, kemenangan Ginting tentu akan memotivasi pemain lainnya. Itu terjadi ketika Indonesia mengalahkan Malaysia 3-0 di babak perempat final.
Kemenangan Ginting atas Lee Zii Jia membuat pemain-pemain Indonesia percaya diri. Indonesia pun menang nyaman 3-0 sekaligus melakukan revans kekalahan di Piala Sudirman.
Setelah Ginting, game kedua memainkan ganda putra. Indonesia memainkan pasangan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto. Ganda ranking 7 dunia ini menghadapi He Jiting/Zhou Haodong.
Sementara game ketiga, Jonatan Christie akan menghadapi pemain 21 tahun, Li Shifeng.
Andai Indonesia tidak langsung menang 3-0, maka laga akan berlanjut ke game keempat. Indonesia memainkan pasangan kejutan, Kevin Sanjaya dan Daniel Marthin. Mereka akan menghadapi Liu Cheng/Wang Yilu.
Memainkan Kevin dan Daniel ini merupakan strategi kejutan Indonesia di final seperti saya ulas di tulisan ini https://www.kompasiana.com/hadi.santoso/616bf98c06310e3584039412/menguak-alasan-indonesia-turunkan-line-up-kejutan-di-final-piala-thomas.