Cerita ketua RT yang tidak dipilih, tapi siapa yang mau
Ya, selama 10 tahun lebih tinggal di lingkungan perumahan, dari pengalaman pribadi dan juga mendengarkan cerita pengalaman teman, kira-kira seperti itulah momen 'keseruan' pemilihan ketua RT.
Tentu saja itu tidak bisa digeneralisir.
Tidak bisa digebyah uyah bahwa di semua lingkungan perumahan, warganya memang seperti itu ketika pemilihan ketua RT. Enggan bahkan takut bila ditunjuk jadi ketua RT.
Saya yakin, masih ada banyak lingkungan perumahan yang warganya sangat antusias mengikuti pemilihan menjadi ketua RT. Bahkan, mereka sampai membuat poster dan baliho untuk kampanye agar dipilih warga lainnya.
Tapi, sepengetahuan saya, memilih ketua RT di lingkungan perumahan memang tidak mudah. Karenanya, jabatan mereka bisa sangat lama karena tidak ada warga lainnya yang mau menjabat.
Pengalaman saya, di dua tiga tahun awal tinggal di perumahan, ada pemilihan ketua dan pengurus RT. Nah, karena waktu itu belum banyak warganya, mereka yang hadir saat rapat, otomatis jadi pengurus.
Bila tidak salah ingat, dulu saya pernah ditunjuk jadi pengurus RT di bidang keagamaan.
Tugasnya ya tidak jauh-jauh dari urusan keagamaan. Seperti menyiapkan kegiatan ibadah saat bulan Ramadan, halal bihalal, hingga menghubungi pihak pemerintah desa bila ada warga meninggal.
Seiring waktu, ketua RT yang kebetulan rumahnya tepat di samping saya, mengundurkan diri karena pindah domisili. Itu artinya, harus ada pemilihan ketua RT yang baru.
Seperti yang saya sampaikan di narasi sebelumnya, tidak banyak warga yang mau datang di momen seperti itu. Meski juga tidak sedikit. Bila rapat, itu sudah memenuhi quorum.